Batu yang Dungu

.

LK ARA, sang penyair itu, Minggu (25/2/2012) dinihari di Simpang Kelaping Pegasing menunjukkan sebuah foto jefretannya dari dalam mobil saat melintas di kawasan Cot Panglima menuju kampung halamannya, Gayo untuk saksikan pacuan kuda di Gelengang H Muhammad Hasan Gayo Belang Bebangka.

“Tunjukkan foto itu kepada pembaca Lintas Gayo,” ujarnya sambil merebahkan badan dengan mata terpejam. Kelihatan lelah, namun tiba-tiba dari mulutnya mulai keluarkan kalimat celotehan, segera kucatat. “Batu yang dungu, itu judulnya,” katanya.

Setelah diketik, aku ingin membacakan puisi tersebut agar dia mendengarnya. Namun LK Ara sudah lelap. Ring tone handphone-ku yang berdering agak keras juga tak lagi mampu membangunkannya. Dia terlelap dan ini puisinya tentang batu yang dungu disisi jalan Cot Panglima menuju Gayo :

Batu yang Dungu

LK Ara

Hujan sore itu
Seperti rindu membasahi tebing-tebing Cot Panglima
Keruh air matanya melingkar-lingkar digundukan tersendat
dan bongkahan tebing yang dikikis alat berat

Sebenarnya ia sudah rindu menjadi lalu lintas menuju negeri kahyangan
tapi selalu saja orang tak mempedulikan
kalau kini air matanya keruh karena sudah terlalu lama berteduh
dibalik batu yang dungu


Simpang Kelaping Pegasing , Sabtu 25 Februari 2012

(Khalisuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.