TAKENGON – Central Kupi, Belang Kolak I Takengon Aceh Tengah, tempat dimana anak muda biasanya nongkrong, seketika berubah dengan lagu-lagu The Beatles dan Koesplus. Anak-anak muda yang hadir terus memberi tepukan lagu demi lagu yang mengalir, rupanya malam ini, Sabtu,3 Maret 2012, mereka sedang dihibur total oleh orang-orang tua eks pemusik angkatan 80-an yang lagi unjuk kebolehan.
Bukan cuma Beatles dan Koesplus tetapi Lagu milik Nazaret “Love Hurt” pun mengalun dengan indah, lagu yang sebagian besar anak muda kini tidak mengenal lagu itu, tetapi tetap menyuplai aplaus yang luar biasa.
Siapa orang tua yang sudan memainkan seperangkat Live musik? mereka adalah orang dulu yang kreatif bermusik di tanih Gayo, ada Mazz Tone, gitaris dan vokalis yang memperkenalkan musikbarat dikalangan generasi tahun 1980-an. Ada Gimin (Drum), pemusik tua yang dulu cukup dikenal sebagai penggebuk drum di Tanoh Gayo, Dik Li (Keyboard), pemusik yang pertama kali memainkan Keyboard di tanoh gayo, dan Bassis Ijal, pemusik yang lama bermusik di Medan.
“Luar biasa bapak-bapak kita,” kata Ipak, seorang ibu muda yang khusus menonjok pertunjukan langka tersebut kepada The Aceh Post.
Mereka semua memang dulunya aktif bermusik dibawah payung Sanggar arimulomi Band, sebuah sanggar bersejarah di Tanoh Gayo. “Insya Allah Juni Arimulomi akan berulang tahun yang ke -35 tahun, nanti akan ada acara khusus digelar,” kata Ramli, Pembina Sanggar Arimulomi.
Ya, rupanya ikut hadir pula Camat Lut tawar bersama pemusik Reitem asal Teritit bener Meriah Tossa.
Pertunjukan ini mengingatkan kita pada masa-masa dimana musik di Aceh Tengah mulai tumbuh dan berkembang, itu terlihat dengan kehadiran beberapa orang tua yang aktif sejak dulu, Ramli, tokoh Teater Prapto, dan ada juga Zulfan, pejabat pertambangan Takengon yang dikebal paling menggemari musik-musik lama.
Selain Reunian Arimulomi, tampil juga Band central Kupi dengan lagu-lagu tahun 1990-an, itupun cukup disambut anak-anak muda. Tampaknya orang tua sedang berupaya menunjukan kreatifitas kesenian di Tanoh Gayo, harus terus berkembang dan eksis dari waktu ke waktu. (Jauhari Samalanga | The Atjeh Post)