Apakah sebenarnya profesi wartawan? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wartawan adalah orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat di surat kabar, majalah, radio dan televisi. Wartawan juga disebut juru warta atau jurnalis.
Mengapa orang memilih jadi wartawan? Journalist’s Adventure membaginya dalam dua alasan, ada alasan yang ringan dan ada alasan yang serius.
Untuk alasan yang ringan: (1) Bisa keliling Indonesia dengan gratis; (2) Bisa keliling dunia juga dengan gratis; (3) Keliling dunia dengan menginap gratis; (4) Sering makan gratis di hotel; (5) Bisa ketemu orang penting seperti presiden dan wapres; (6) Bisa ketemu artis terkenal; (7) Diberi kamera gratis oleh kantor; (8) Dapat alat perekam gratis dari kantor; (9) Dapat uang jalan dari kantor kalau bertugas ke luar kota/luar negeri; (10) Bisa naik pesawat bersama menteri/presiden; (11) Bisa berfoto dengan tokoh terkenal; (12) Pulang dari luar negeri bisa beli souvenir.
Alasan serius orang memilih jadi wartawan: (1) Menjadi tempat berkarir menyenangkan dan mensejahterakan; (2) Menjadi tempat mencari pengalaman dalam bekerja; (3) Membantu menyambung aspirasi masyarakat; (3) Banyak belajar tentang kemanusiaan; (4) Banyak belajar mengenai budaya dan kebiasaan negara lain.
Mencermati dua alasan menjadi wartawan yang ditulis oleh Journalis’s Adventure tersebut, baik yang ringan maupun yang serius, nampaknya ada sesuatu yang menyenangkan dalam profesi ini. Namun, penulis tetap yakin bahwa wartawan adalah profesi mulia yang ditekuni oleh orang berintegritas tinggi. Umumnya, karena ingin banyak belajar tentang kemanusiaan dan budaya, membuat orang pada “ngiler” ingin menjadi wartawan. Tidak jarang juga ada yang sependapat sebagaimana ditulis Journalis’s Adventure.
Sekarang sering ditemukan, media jejaring sosial diakui oleh mereka yang “tergila-gila” kepada profesi wartawan sebagai tempatnya bekerja. Padahal, di media jejaring sosial, laporan citizen jurnalisme bisa langsung ditayangkan untuk publik. Tulisan yang ditayangkan tidak mesti yang bagus dan bermutu saja, tulisan apa saja pasti ditayangkan di layar monitor PC atau laptop melalui media jejaring sosial itu.
Bagi para “penyuka” profesi wartawan, tidak jarang hasil penayangan itu yang ditunjukkannya kepada nara sumber atau masyarakat sebagai bukti bahwa dia wartawan beneran. Apalagi jika nara sumbernya adalah orang yang tidak mengetahui bahwa situs jejaring sosial sebagai media warga, maka bertambah keyakinan masyarakat bahwa yang bersangkutan adalah wartawan. Keadaan ini, selain merugikan masyarakat juga akan merugikan profesi wartawan yang ikhlas dan berintegritas dalam meliput berita.
Dari hasil pengamatan penulis, ternyata masyarakat awam berpandangan bahwa orang yang sering menulis di media jejaring sosial atau blog sudah dianggap wartawan. Asumsi ini sebenarnya yang keliru dan sering merugikan masyarakat itu sendiri. Beberapa teman tertipu oleh orang yang mengaku wartawan, tetapi sebenarnya mereka hanya mengelola blog.
Oleh karena itu, mewaspadai penipuan dengan modus mengaku sebagai wartawan media online perlu ditingkatkan. Media online juga hendaknya wajib melengkapi para reporternya dengan kartu identitas atau name tag yang setiap saat dapat dilihat oleh nara sumber, khususnya media online Lintas Gayo. Dengan demikian, profesi wartawan menjadi profesi yang menyenangkan. Selamat bertugas!