Perlu Integrasi Peternakan Di Perkebunan Kopi Gayo

Takengon | Lintas Gayo – Sudah saatnya usaha perkebunan kopi di dataran tinggi Gayo beritegrasi dengan usaha peternakan, demikian pernyataan pakar peternakan DR. M Yacob yang kini sebagai salah seorang staf ahli dijajaran Pemerintah Kabupaten Bener Meriah, Sabtu (17/3). Pernyataan ini diamini praktisi perkebunan di Aceh Tengah, Hermanto SP

Menurut M Yacob, upaya ini penting segera diterapkan mengingat ekstensifikasi (perluasan areal-red) sudah semakin tidak memungkinkan dilakukan oleh petani kopi baik di Aceh Tengah, Bener Meriah maupun di Gayo Lues.

“Peluang memperluas lahan perkebunan kopi semakin tidak mungkin dan salah satu solusi adalah mengintegrasikan usaha peternakan dengan perkebunan kopi agar kesuburan lahan kopi bisa dipertahankan dan hasil produksi kopi bisa ditingkatkan dengan biaya murah,” kata pria kelahiran Pantan Nangka Kecamatan Linge ini.

Dipaparkan M Yacob, 1 ekor sapi perharinya biasanya menghasilkan 16 – 20 kilogram feces (kotoran-red) basah atau 6 – 8 kilogram feces kering yang dijadikan sebagai pupuk organik ditambah urine (air kencing-red) sebanyak 10 liter perhari perekornya yang diolah secara sederhana menjadi Pupuk Pelengkap Cair (PPC).

“Jika kotoran dan urine ternak ini bisa dimanfaatkan dengan baik oleh petani kopi maka dipastikan hasil dan kualitas produksi akan meningkat,” ujar M Yacob yang disela-sela tugas kesehariannya juga berprofesi sebagai peternak lebah di Paya Tumpi Takengon.

Pernyataan ini ditimpali Hermanto SP jika ampas kopi berupa cangkang biji kopi dan kulit kopi gelondongan juga bisa dijadikan ransum ternak. “Dengan pengolahan yag sangat sederhana kulit kopi bisa dijadikan sebagai bahan utama ransum ternak dan ini sejak lama diterapkan di daerah lain. Kulit kopi untuk pakan ternak ini dihargai mencapai Rp.700 kilogram di pulau Jawa yang didatangkan dari Lampung,” kata Hermanto.

Untuk hijauan makanan ternak (HMT) petani dapat membudidayakannya disela-sela pohon kopi atau dilahan yang kurang subur dalam lokasi kebun, timpalnya.

“Dengan integrasi peternakan ke perkebunan kopi, maka pabrik pupuk tentu sudah ditempatkan dalam lahan yang akan dipupuk,” cetus Hermanto.

Diskusi Sosialisasikan Program

Untuk memulai program ini perlu dilakukan diskusi-diskusi baik resmi atau tidak resmi dengan melibatkan berbagai pihak.

“Mensosialisasikan program ini kepada pihak petani dan kepada penentu kebijakan tidak mudah”, kata M Yacob diiyakan Hermanto.

Solusinya, menurut keduanya perlu digelar diskusi-diskusi untuk saling berbagi pengalaman dan bertukar pendapat dengan melibatkan para pihak. (Khalisuddin SPt)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.