Pohon Patah di Sudut Jalan
Karya : Fajrul Hayat
Dia telah punah ditelan ganasnya hari
barangkali badai itu membunuh segenap inginnya
batang-batang yang menggenggam daun-daun hening di sudut jalan pun kini musnah diterpa hari silam
Ah, mungkin mereka telah menenggelamkan hidupnya
niat kasihnya kini hitam
hari-harinya kini musnah
sebab, lampau tak ingin tahu akan maksud hatinya
pohon itu telah luluh lantak mengusamkan jejeran indah bangsanya
oh, kini dia akan menangis mengusap hari sembari menjinjit keperkasaanya dari mereka
pohon patah di sudut jalan
kami terus menatap lirih tangisanmu
(SMAN 1 Matangkuli, 15 November 2011)
Detak
Tahukan kau yang kukatakan itu?
mungkin kau tak akan mempedulikan tingkahku
ya, wajarlah kupikir
karena kau tak pernah bisa menganggap dunia ini emas yang bisa kau ambil manfaatnya kelak
padahal, kau menyaksikan bahwa dermaga ini terus berdetak dengan halus
tapi kenapa kau tak pernah berpikir untuk sesuatu yang jauh hari telah bercahaya di hadapanmu?
tahukah kau?
semua ingin agar kau tak lagi mendiami kepahitanmu di sisi cinta suci itu
mereka selalu menertawakanmu di tengah keterpurukanmu
kau indah. Kau cantik
semua ingin kau bangkit walau kau tak ingin agar kau bisa bangkit
Detak
ia masih terus menyerta di hidupmu
mengayomi samudera keemasan yang tak lagi jauh darimu
jangan lagi kau terpuruk di tengah deduri itu
kau harus bangkit…
rasakanlah. Dia masih terus berdetak untuk hari kelakmu
(Matangkuli, 27 November 2011)
—-
Biodata : Fajrul Hayat, lahir di Matangkuli, 30 Maret 1994. Penulis adalah ketua Penulis Sastra Aceh Utara (PiSAU)