Memang tidak banyak orang yang mengenalnya, karena dia terbilang baru saja keluar dari Belang Kejeren, Gayo Lues, ke Banda Aceh untuk melanjutkan studi. Tiada yang terunik dari diri laki-laki muda ini, namun satu hal yang patut dicatat, dialah orang yang konsisten, tetap bekerja dan membantu apa saja yang berkaitan dengan Gayo, utamanya Gayo Lues.
Supri Ariu, atau teman-temannya biasa menyapa dengan panggilan Supri atau Win, sehari-hari selain kuliah di FKIP Unsyiah jurusan Geografy, juga paling aktif mengurusi seni Saman Gayo danaktifitas sosial masyarakat Gayo Lues. Barangkali itu pula alasan yang menjadikannya dipilih sebagai koordinator Saman Gayo di Sanggar Seribu Bukit, sanggar milik masyarakat Gayo Lues di Banda Aceh.
“Yang harus kita lakukan menghidupkan Saman Gayo, dan mempertahankan kesenian Aceh lainnya, karena sekarang sudah rancu akibat semua kesenian duduk di Aceh sudah disebut Saman, padahal bukan. Kasian kesenia-kesenian itu,” kata Supri kepada The Atjeh Post, Selasa 13 Februari.
Soal Saman Gayo, dia akui kalai dirinya bukanlah ahlinya, tetapi sebagai putra Gayo Lues tentu dapat memainkannya, karena di Ggayo Lues laki-laki yang tak pandai bersaman, dianggap bukan laki-laki perkasa. Sehingga, kebanyakan pria di Gayo Lues lihai bersaman. “sampai ke Anak laki-laki yang kecil pun sudah bersaman,” katanya.
Kini Supri lagi benar-benar sibuk, karena dia harus mempersiapkan maulid Raya masyarakat Gayo Lues bersama lembaga paguyuban Mahasiswa Himpunan Pemuda, Pelajar, dan Mahasiswa Gayo Lues (Hippemagas), minggu 18 Maret nanti di Anjungan Gayo Lues, PKA Taman ratu Safiatuddin, Banda Aceh. Dan satu lagi yang bikin Supri harus bolak-balik Banda Aceh-Gayo Lues, dia lagi mempersiapkan Festival saman Gayo tingkat sekolah Dasar di Gayo Lues, selepas pelaksanaan Pilkada Aceh.
“Yang ikut sekitar 100 SD yang ada di Gayo Lues,” jelas Supri.
Anak muda yang berasal dari Kampung Uring, Pining GayoLues ini memang punya obsesi cukup tinggi untuk Gayo Lues. dan dialah satu-satunya wartawan Gayo Lues yang direkrut Lintas Gayo Takengon. Alasan dia bergabung sederhana saja, untukmelebarkan informasi Gayo Lues. “Orang-orang perlu komunikasi, termasuk berkomunikasi dengan perkampungan di Gayo Lues,” jelasnya lagi.
Supri Ariu lahir di Belang kejeren 30 Agustus 1991. Dia anak ke-3 dari 4 bersaudara. Ayahnya H Zainuddin adalahseorang pedagang Kelontong di Gayo Lues, dan Ibunya Hj Sribani, perempuan yang aktif membantu suami. Kakak kandungnya yang sulung kini bekerja sebagai PNS, kakak no 2 masih tercatat sebagai mahasiswi Tehnik Pertanian di Unsyiah, serta adik bungsu masih duduk di bangku SMP 1 Belang Kejeren.
Ditanya bagaimana Supri membagi waktu beraktifitas dengan Kuliah, dia mengatakan itu bukan masalah, karena sudah dijadwal, sehingga antara aktifitas dan kuliah tak berbenturan. “Lagian kerja sosial tak sepanjang hari,” ucapnya.
Begitulah Supri, tetap setia pada Gayo Lues, karena apapun yang dia lakukan tak terlepas dari sentuhan pada Gayo Lues. teringat pada Kampung Uring, Kecamatan Pining, Gayo Lues, maka semakin besar semangatnya, dia ingin kampungnya yang berada di pelosok Gayo–tanpa listrik dan sinyal handphone, kelak bisa menjadi kampung yang maju. Untuk itu diperlukan semangat. Insya Allah…(Joe Samalanga | The Atjeh Post)