Takengon | Lintas Gayo – Brian, warga Afrika Selatan selama ini hanya bermimpi dapat minum kopi luwak. Apalagi kopi luwak, merupakan kopi termahal dunia saat ini. Namun mimpi Brian minum luwak menjadi nyata saat berada di Takengon.
Brian yang datang bersama istrinya Joe, mencoba menikmati kopi luwak di sebuah kantin di Takengon, Senin (26/3). Menurut Brian, selama ini dia hanya mampu bermimpi menikmati segelas kopi luwak.
“Mimpi saya minum kopi luwak menjadi nyata di Gayo”, ucap Brian bangga. Mimpi meminum kopi luwak, lanjut Brian karena mahalnya harga segelas kopi luwak di Afrika. Demikian halnya di Swedia, ujar Joe, istri Brian yang berasal dari Swedia dan menetap bersama Brian di Afrika Selatan.
Saat berada di sentral kopi luwak liar terbesar di Sumatera, Tanoh Gayo, Brian meminum hingga dua gelas luwak. Tidak puas hingga disana, Brian juga coba membandingkan rasa dan aroma luwak dengan kopi arabika Gayo biasa (regular).
Bahkan Brian membawa oleh –oleh ke Afrika, biji kopi luwak arabika yang sudah diroasting sebanyak tiga bungkus. Masing-masing bungkus dengan berat 250 gram yang dijual Rp.150 ribu/250 gr. Menurut Joe yang sebelumnya menetap di Swedia, Swedia adalah Negara nomor dua penikmat kopi terbanyak setelah Finlandia.
Di Swedia, tambah Joe, kopi didatangkan dari hamper seluruh dunia. Dikatakan , Joe, dia sudah mendengar bahwa kopi Gayo merupakan kopi yang memiliki rasa dan aroma yang baik. Menurut kedua turis asing ini, keramahan penduduk di Takengon membuat mereka betah dan berharap bisa kembali lagi.
“Mungkin Bali merupakan kawasan wisata di Indonesia yang sudah dikenal dunia, tapi kami lebih suka berwisata yang tidak banyak dikunjungi wisatawan asing karena lebih menarik”, ungkap Brian. ‘Kami suka pemandangan dan udara Takengon yang sangat bagus”, pungkas Joe.”Senang bertemu dengan anda”, ucap Joe sambil pamitan dan akan melanjutkan perjalanan ke Ketambe setelah beberapa minggu di Sabang
Brian dan Joe ditemani Abrar Syarif yang memiliki sebuah lokasi wisata di pinggiran danau. (Win RB)