Tgk Padang si Ali, Ulama dan Pejuang Aceh dari Negeri Seunagan

Catatan: Said Syahrul Rahmad*

BANGSA yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Soekarno pada Hari Pahlawan 10 Nop.1961)

Tgk Padang si Ali dilahirkan di negeri Seunagan Desa Puloe Ie Kecamtan Seungaan Kabupaten Nagan Raya. Ia diperkirakan lahir pada tahun 1870-an dari keluarga yang taat beragama. Tgk. Padang Si Ali  bukan nama aslinya, melainkan nama yang dipopulerkan oleh masyarakat Nagan padanya, sedangkan nama aslinya adalah Habib Muhammad Yasin bin Habib Abdurrahim. Tgk. Padang Si Ali juga ayah kandung dari ulama dan pejuang kharismatik Aceh yaitu Habib Muda Seunagan.

Pada masa kecil, Tgk. Padang Si dididik dengan penuh kasih sayang dan kelembutan oleh sang ayah. Beliau adalah anak yang baik dan berani. Semasa kecil memang sudah nampak jiwa pemimpin yang berani pada dirinya. Sang ayah terus memberikan perhatian penuh padanya, ia diajarkan berbagai ilmu keislaman dan ilmu bela diri.

Pada umurnya yang sudah meranjak dewasa ia sudah mulai banyak tau tentang situasi didaerahnya, beliau sudah mulai merasa bahwa negerinya sedang dikuasai oleh kaphe penjajah. Ia sangat membenci pada orang-orang Belanda yang melakukan penjajahan pada rakyat Aceh. Oleh sebab itu ia merasa terpanggil untuk ikut berjuang dalam medan perang  melawan tentara Belanda.

Sejarah sudah mencatat tentang bukti kepahlawanan Tgk. Padang si Ali, diantaranya tercatat dalam beberapa buku karya sejarahwan Aceh seperti dalam buku karangan M. Thamrin YS, yang berjudul Perang Kemerdekaan Aceh dan dalam buku karangan Edy Mulyana dan Agus Budi Wibowo yang berjdudul Kompilasi Sejarah dan Budaya Aceh. serta dalam buku-buku sejarah Aceh lainnya.

Berdasarkan catatan sejarah, Tgk. Padang si Ali dikenal sebagai salah seorang pelopor yang melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda. Ia ikut melakukan perlawanan didaerah rimba Aceh Barat bersama Pocut Baren dan beberapa daerah di negeri Seunagan.

Pada saat negeri Seunagan dipimpin oleh Teuku Keumangan, Tgk. Padang si Ali juga tampil dalam barisan terdepan untuk menumpas kejahatan brutal Belanda. Perlawanan beliau terhadap belanda waktu itu dibantu oleh  Tengku Putik (Sayid Abdurrani).

Tidak hanya itu, pada tahun 1902 sampai 1904 Tgk. Padang si Ali kembali berperang bersama Teuku Raja Tampok untuk menghadang kesatuan-kesatuan Marsose Divisi II yang pimpin Campioni dan Mathes. Pada peperangan ini salah seorang perwira Belanda yang bernama Kapten Campioni berhasil dilumpuhkan dan mati ditangan para pejuang Islam.

Pada bulan Januarai 1905 salah seorang pejuang yang bernama Teuku Raja Keuamangan turun berdamai dengan pihak Belanda dengan alasan bahwa kekuatan Belanda semakin kuat dari pada para gerilyawan Islam.

Dalam kondisi seperti ini, Tgk. Padang si Ali dan Tgk. Putik serta pejuang lainnya tidak patah semangat dan tetap berusaha keras untuk melanjutkan perjuangan dengan segala kekuatan demi misi melawan Belanda.

Tgk. Padang si Ali dan pejuangnya terus melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda yang dipimpin Kapten Baretta dan Letnan H.J. Scmidt. Perjuangannya lagi-lagi mendapatkan bantuan dari Tgk. Putik dan di bantu oleh pejuang sejati yaitu Teku Raja Tampok. Dalam perlawanan ini tampil juga Teuku Kapa dan Teuku Itam. Penyerangan lansung dilakukan ke markas tentara Belanda di Jeuram dan Lam Ie. Aksi yang dilakukan tersebut membuat Belanda kewalahan karena pejuang Islam  sangat menguasai alam sekitarnya yang dijadikan sebagai medan perang. Pejuang islam juga melakukan penyerang berkelewang yang amat berbahaya.

Namun karena tentara Belanda sudah terkomando dengan baik, para pejuang Tgk. Padang si Ali dan Tgk. Putik tidak mampu menagalahkan Belanda dan mengusirnya dari negari Seunagan. Malah sejumlah ksataria mereka gugur, termasuk anak Tgk.Putik sendiri juga gugur dalam pertempuran.

Sehingga pada bulan Oktober 1910 Tgk. Putik dan 40 orang pengikutnya turun dari hutan untuk diplomasi – misi perdamaian dengan pihak Belanda. Akibat dari perdamaian yang kedua ini membuat kekuatan perlawanan bertambah kecil.

Akibat dari perdamain yang dilakukan Tgk. Putik membuat kekuatan pejuang Islam semakin berkurang. Dan membuat tentara Belanda semakin licik untuk menaklukkan pejuang Islam, Belandapun mulai melakukan tipu daya agar  pejuang Tgk. Padang Si Alai mau berunding genjatan senjata. Sehingga pada Januari tahun 1911 membuat Tgk. Padang si Ali ikut  melakukan perundingan untuk berdamai dengan Belanda. Ahir beliau kembali berbaur dengan masyarakat seperti biasanya.***

*Staff Lembaga Riset Publik Indonesia/mantan Pengurus Ikatan Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa Nagan Raya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.