Hikmah dari Beugong Jeumpa Denang Tanoh Gayo

MINGGU tanggal 29 April saya mengahadiri acara di Radio Republik Indonesia (RRI) yang bertajuk Beugong Jeumpa Denang Tanoh Gayo dengan tema peluncuran (launching) buku  yang berjudul “A.R Moese Perjalanan Sang Maestro”, karya Yusradi Usman Al-gayoni. Acara tersebut disiarkan dari Jakarta sampai kepenjuru Aceh.

Penjelasan penulis tentang karyanya tersebut melalui tanya jawab dengan penyiar dan pendengar yang menelepon mengalir dengan alur kata yang mudah diterima sehingga menghidupkan suasana dan memberikan antusias yang begitu mendalam kepada pendengar setia Beugong Jeumpa Denang Tanoh Gayo lebih-lebih kepada saya dan teman-teman yang hadir disana.

Buku yang berjudul “A.R Moese Perjalanan Sang Maestro” menceritakan tentang biografi perjalanan Al-marhum A.R Moese dalam dunia seni. A.R Moese adalah sosok seniman dan budayawan yang namanya begitu akrab dikenal, baik Nasional maupun  Internasional. Seni yang menjadi jiwa A.R Moese memberi arti dan pelajaran yang begitu berharga bangsa dan masyarakat Gayo khususnya, dimana kegigihan, totalitas dan kedisiplinan A.R Moese dalam dunia seni mencapai titik puncaknya dimana berbagai prestasi yang diraih dalam ajang perlombaan seni dikancah nasional.

Disamping itu, kecerdasan Moese dalam menciptakan lagu yang begitu populer bahkan menjadi lagu sepanjang masa. Lagu Tawar Sedenge (Penawar Dunia) adalah lagu pemersatu masyarakat Gayo menjadi lagu wajib dalam berbagai acara di Aceh tengah merupakan mahakarya yang tercipta dari buah tangan Moese. Dengan jiwa seni yang tumbuh didalam diri Moese bukan hanya lagu yang dia ciptakan, akan tetapi alat musik pun berhasil dia ciptakan dan menambah khasanah alat musik tanah Gayo.

Menurut penulis, buku “A.R Moese  Perjalanan Sang Maestro” memberikan pelajaran yang berarti bagi saya, dimana jiwa nasionalis lokal Moese dituangkan melalui seni dan pengabdiannya. Pertanyaan saya akankah tumbuh Moese selanjutnya?. Buku ini memberikan perenungan (kontemplasi) yang begitu mendalam tentang hakikat (kebenaran) hidup perjuangan dan tujuannya. Keyakinan saya tumbuh melalui perenungan ini, bahwa pepatah yang mengatakan “Mati Satu Tumbuh Seribu” masih berlanjut dari kedisiplinan, perjuangan dan totalitas A.R Moese menjadi inspirasi bagi kita untuk lebih memaknai hidup secara utuh.

Membaca buku karya Yusradi Usman Al-Gayoni sangat memberi arti bagi saya untuk meneladani perjuangan hidup Sang Maestro A.R Moese. dan saya memberikan apresiasi yang begitu mendalam kepada Yusradi yang telah mengangkat kisah perjungan seniman dan budayawan A.R Moese dalam bentuk buku, karena dengan diangkatnya perjuangan beliau dalam bentuk buku dapat memberikan motivasi bagi saya pribadi dan putra-putri Aceh secara keseluruhan dan harapan saya kedepan akan muncul Moese-Moese selanjutnya yang akan mewarnai dunia seni ditingkat nasional bahkan internasional, dan juga  melalui buku ini dapat menginspirasi ganerasi putra-purtri untuk berkarya dan menemukan identitas dan jati dirinya.(Khairul Rijal/Mahasiswa Perbankan Syariah FAI-UMJ)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.