DUNIA pendidikan yang merupakan tonggak kecerdasan suatu bangsa, merupakan hal yang paling sangat berkaitan dengan sosok seorang guru. Guru adalah lilin, rela membakar diri asalkan anak didiknya dapat menjadi sesuatu yang berguna. Sosok guru yang menjadi pelita bagi murid-muridnya itu tidaklah dapat digambarkan dengan kata-kata, keikhlasan serta berdaya juang tinggi yang menghantarkan mereka dengan julukan pahlawan tanpa tanda jasa. Itulah petikan singkat dari salah seorang Guru di negeri ini saat wawancara dengan Lintas Gayo, Sabtu (05/05/2012) lalu diruang kerjanya.
Guru tersebut bernama Drs. Uswatuddin, M.AP pengampu mata pelajaran fisika yang juga menjadi pimpinan SMA Negeri 1 Takengon-Aceh Tengah sejak tahun 2010 lalu.
Sepanjang kariernya menjadi guru dan pimpinan dibeberapa sekolah di Aceh ini, menjadikan dirinya menyimpan segudang pengalaman yang menarik dalam memajukan dunia pendidikan.
Pria berperawakan kecil ini lahir di Isaq, 26 September 1963 ini merupakan sederetan insan muda dalam dunia pendidikan yang telah menuai banyak prestasi.
Uswatuddin menamatkan pendidikan dasarnya di MIN Boom Takengon, kemudian melanjutkannya di MTsN Boom Takengon, dan pendidikan atasnya di MAN Banda Aceh. Semasa menjadi siswa, dirinya telah banyak berprestasi, mulai dari bidang akademik hingga ekstrakulikuler. Dirinya pernah menjadi juara baca puisi se-Banda Aceh mewakili sekolahnya pada tahun 1980, juara pidato se-Banda Aceh juga mewakili sekolahnya pada tahun 1981, juara kejuaraan tinju se-Aceh dalam even Sarung Tinju Emas dan menjadikannya petinju pelajar pertama yang menjuarai even tinju untuk tingkat umum tersebut.
Melanjutkan pendidikan tinggi di jurusan pendidikan Fisika Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh dan selesai pada tahun 1989.
Setahun kemudian tepatnya tahun 1990, Uswatuddin diangkat menjadi seorang guru di SMA Negeri 1 Kuta Cane. Hanya butuh waktu 4 tahun saja Uswatuddin berhasil menarik perhatian dunia pendidikan di Aceh dan kemudian menariknya dari sekolah tersebut untuk dijadikan salah satu guru di SMA Negeri Modal Bangsa Banda Aceh pada tahun 1994.
Tak pernah terpikirkan olehnya akan menjadi pengajar di SMA tersebut. Semasa menjadi guru disekolah terbut, Uswatuddin dikenal sebagai sosok yang cerdas oleh siswa-siswanya, sehingga menjadikannya dirinya sangat dekat dengan siswa-siswanya dan hingga saat ini alumni angkatan pertama SMA Modal Bangsa tersebut masih mengenangnya.
“Saat ini siswa angkatan pertama SMA Modal Bangsa masih sering menelpon saya, terlebih siswa saya yang kini menjadi dokter lulusan Universitas Indonesia yang juga menjadi musisi nasional yang kita kenal saat ini, T Adi Fitrian alias Tompi yang menjadi siswa pertama saya saat mengajar”, kata Uswatuddin.
Melihat prestasinya semakin hari semakin meningkat, pada tahun 1999 dirinya diorbitkan menjadi kepala sekolah SMA Negeri Kuta Panjang Aceh Tenggara (sekarang Kabupaten Gayo Lues), disinilah puncak kariernya melesat, dirinya terpilih menjadi kepala sekolah berprestasi di tingkat kabupaten itu. Yang kemudian Uswatuddin dipercaya untuk memimpin di SMA Negeri 1 Belang Kejeren pada 2002, sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorit di negeri Seribu Bukit itu.
Uswatudiin yang dikenal cerdas dalam memimpin, kemudian dipercaya memimpin sekolah unggul di Kabupaten Gayo Lues, yakni SMA Negeri Unggul Seribu BukitĀ pada 2004, disekolah inilah puncak prestasinya meningkat, dirinya berhasil menjadi kepala sekolah berprestasi tingkat nasional versi menteri pendidikan Republik Indonesia, sentuhan tangan dinginnya juga berhasil mengangkat nama sekolah tersebut tercatat sebagai salah satu sekolah unggulan di Aceh pada saat ini, dirinya berhasil mengantarkan siswanya menjadi siswa berprestasi tingkat nasional dan semua lulusan pertama disekolah itu berhasil lulus di universitas negeri di seluruh Indonesia dan setengahnya lulus melalui jalur undangan tanpa test masuk diperguruan tinggi negeri.
Ditahun 2007, Uswatuddin memilih kembali ke kampung halaman, dirinya ingin mendedikasikan dirinya untuk kembali ke Gayo Lut, di Takengon sendiri dirinya tak menjadi kepala sekolah meskipun prestasinya di negeri seribu bukit melesat dengan tajam, dan ditempatkan di SMA Negeri 3 Takengon menjadi guru mata pelajaran fisika selama kurang lebih dua tahun
Pada tahun 2009, Uswatuddin kembali dipercaya menjadi kepala sekolah di SMA Negeri 11 Takengon, kemudian pada pertengahan tahun 2010 Uswatuddin dipercaya kembali memimpin sekolah tertua di Takengen, SMA Negeri 1 Takengon.
Disekolah inilah, capaian prestasinya kembali bangkit, dalam waktu kurang dari 2 tahun, Uswatuddin berhasil menitipkan beberapa prestasi, baik ditingkat Kabupaten, Provinsi dan Nasional.
Selama kurang dari dua tahun ini, sudah 2 prestasi akademik tingkat nasional, dengan menjadi perain mendali perunggu di ajang Indonesian Sains Project Olympiad (ISPO) Ke-3 dan Ke-4, berhasil diraihnya bersama dengan keluarga besar SMA Negeri 1 Takengon, yang menjadikan sekolah tersebut mulai disegani dalam dunia pendidikan nasional. Lain lagi prestasi dibidang non akademik.
Suami dari Asnaini ini, merupakan salah satu penerobos muda dalam dunia pendidikan Aceh Tengah saat ini, dengan capaian prestasi menjadikan ayah 3 orang anak ini menjadi pemimpin yang ramah dan disenangi oleh rekan-rekannya terlebih siswa, ide-ide yang cemerlang selalu saja mengalir dalam pikirannya.
“Guru adalah lilin, yang selalu rela membakar diri untuk menerangi anak didiknya, jadikanlah mereka berakal sehingga menjadi pintar, jadikanlah mereka manusia karena tugas guru sesungguhnya adalah memanusiakan manusia, ajarkan mereka cinta yang abadi agar kelak meraih hasil yang gemilang, sebagai generasi bangsa”. Ā (Darmawan Masri)
Salut buat Ama SMUN I Tkn, semoga panjang umur, sehat selalu dan tidak ada hambatan berarti dlm usaha Beliau utk memajukan pendidikan di dataran tinggi Gayo……………………………