Ruri, Sosok Wanita Berprestasi, Pilih Menggaji Ketimbang di Gaji

MURAH senyum dan peramah, itulah potret seorang Ruri Maulidhani yang akrab disapa Ruri. Seorang putri asli berdarah Gayo kelahiran Banda Aceh, 30 tahun silam yang menjadi salah seorang wanita pelaku bisnis di Takengon, Aceh Tengah.

Putri bungsu Alm. M. Yacob Ibrahim dan Hj. Herawati Manaf ini saat ditemui di Bunda Cafe, Hotel Bunda – Reje Bukit Takengon ini tidak keberatan saat diminta Lintas Gayo bercerita tentang pengalamannya tentang dunia usaha yang digelutinya setelah memutuskan keluar sebagai karyawan salah satu Bank di Aceh.

“Saya pembaca setia Lintas Gayo kok. Keren bisa numpang tenar di situs berita Gayo tersebut,” ujar Ruri bernada canda mengawali percakapan dengan Lintas Gayo.

Lulusan Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen serta Pasca Sarjana (S2) Akuntansi UNSYIAH  ini mengaku sangat menyenangi dunia bisnis. Tidak heran, di usia yang baru memasuki 30 tahun, sudah mengelola beberapa bisnis. Diantaranya Hotel Bunda – Reje Bukit (Takengon), Boutiq Rumah Payet Bunda (Takengon), MR. Burger (Banda Aceh), MR. Laundry (Takengon), Papan Bunga MR. Florist (Takengon), serta konsultan dari minuman nutrisi (wilayah Takengon). Ruri enjoy dalam menjalankan semua bisnis tersebut, dengan mengambil keputusan yang luar biasa, yaitu mengundurkan diri dari salah satu Perbankan Syari’ah di Banda Aceh.

Kini puluhan orang menjadi karyawan di perusahaan-perusahaan yang dikelola Ruri. “Entah kenapa ya, tapi mungkin karena ayah saya adalah dosen di Fakultas Ekonomi Unsyiah dan sempat menulis buku bertajuk Study Kelayakan Bisnis membuat saya lebih suka berbisnis. Saya pilih berupaya menggaji orang ketimbang digaji,” ujar Ruri.

Berbicara soal prestasi, lulusan SD N. 16 Banda Aceh, SMP N. 3 Banda Aceh, SMU N 4 Banda Aceh ternyata sering juara semasa sekolahnya. Ruri juga aktif di berbagai kegiatan ekstra kurikuler. Ruri yang masa kecil bercita-cita ingin menjadi Dokter, ternyata tidak kesampaian.

“Dulu saya ingin sekali menjadi Dokter, tapi ternyata tidak lulus UMPTN waktu memilih Fakultas Kedokteran”, kenangnya. Namun, hal ini tidak menjatuhkan semangat saya. Saya pun masuk ke pilihan kedua yaitu Fakultas Ekonomi. Well, ternyata saya tidak salah pilih, Economy is THE BEST for me. Saya belajar banyak soal bisnis disini. Sambil kuliah, saya juga sempat  menjadi penyiar di salah satu Radio ternama di Banda Aceh. Banyak sekali wawasan yang saya dapatkan disini”, kata Ruri.

Lulus kuliah dengan titel Sarjana Ekonomi di tahun 2004 dengan predikat “kumlaude” adalah satu prestasi yang luar biasa. Orang tua saya sangat senang pada saat itu. Namun, sedihnya ”ayah tercinta tidak diberi kesempatan oleh Yang Kuasa melihat putri cantiknya di wisuda. “Bapak meninggalkan kami 20 November 2004, tepatnya 7 hari sebelum hari wisuda saya”, tutur Ruri dengan nada lirih.

Desember 2004, musibah Tsunami melanda Aceh. Kesedihan yang luar biasa bagi masyarakat Aceh. Ruri yang saat itu baru lulus kuliah, tidak mampu menahan diri untuk tidak membantu korban tsunami.

“Dari keluarga kandung saya, Alhamdulillah tidak ada korban, namun saudara saya, sanak family, teman-teman adalah korban tsunami,” kata Ruri.

Bermodal bahasa Inggris yang pada saat itu pas-pasan, Ruri pun bergabung dengan Swiss Agency for Development and Cooperation (SDC), salah satu Organisasi dari Pemerintahan Swiss yang memberikan bantuan untuk korban Tsunami di Aceh.

Project di SDC berakhir. Atas prestasi kerja yang baik, Ruri pun mendapat rekomendasi bekerja di NGO-NGO lain. Sambil bekerja Ruri pun melanjutkan kuliah ke jenjang S2. Dengan biaya pendidikan dari hasil jerih payah sendiri dan dukungan dan motivasi yang sangat tinggi dari Bunda tercinta (Hj. Herawati Manaf) serta abang-abang dan kakak (Irwandi Yacob SE, Evi Ramadhani S.Si, M.Si dan Erwin Konadi, SE, MM), Ruri pun berhasil menyelesaikan S2 hanya dengan waktu 18 Bulan.

“Saat itu saya pasang target harus mampu menyelesaikan S2 sebelum menikah,” kenangnya. “Dan Alhamdulillah selesai 18 Bulan, kalau tidak saya harus bayar SPP lagi untuk semester 4, berhubung biaya kuliah dari kantong sendiri lumayan berat juga kan ya?, heeeheee,” tutur Ruri yang murah senyum ini bernada seloroh.

Lima tahun di NGO memberi Ruri banyak sekali pengalaman, dan tentunya berkesempatan memperlancar berbahasa Inggris. Kemudian bekerja sebagai Financial Planner di salah satu asuransi ternama. Dan tahun 2009, Ruri bekerja sebagai Funding Officer di salah satu Perbankan Syariah di Banda Aceh. Dan resign dari Perbankan Maret 2011.

Putri bungsu dari 4 bersaudara ini dipercayakan oleh Abang, Kakak dan Ibundanya tercinta untuk mengelola Usaha Hotel Bunda – Reje Bukit. Hal inilah yang membawa Ruri hijrah pulang ke kampung halaman kedua orangtuanya, dari Banda Aceh ke Takengon.

Ruri dan Suami, Mukhlis Amin (karyawan Bank BRI) berdomisili di Takengon sejak 1 tahun lalu. Ibu dari 1 orang putri ini selain memiliki jiwa bisnis juga suka dengan modeling. Pada tahun 2002, Ruri juga masuk nominasi Cover Girl Majalah Aneka Yess mewakili Provinsi Aceh pada saat itu. Ini membuat Ruri pun tidak bisa menolak untuk menjadi salah satu sponsor acara Pemilihan Putri Kopi Gayo 2012.

Bicara soal kepariwisataan di Tanoh Gayo, Ruri sebagai pebisnis jasa perhotelan tentu sangat mendukung adanya upaya pengembangan di sektor tersebut. “Ide digelarnya Festival Danau Lut Tawar 2013 adalah salah satu bentuk angin segar untuk kemajuan pariwisata di Aceh Tengah. Kita sangat mendukung kesuksesan acara ini,” pungkas Ruri. (Kha A Zaghlul/red.03)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments