Ini Kata Basri Arita dan Bazaruddin Tentang Kebutuhan Masyarakat Gayo

Nara sumber : Basri Arita (Mantan Anggota DPRA) dan Bazaruddin Banta Mude (Tokoh Masyarakat Gayo)

KEBERNI GAYO – Acara Keberni Gayo merupakan satu-satunya acara yang berbahasa Gayo ditayangkan secara live di Aceh TV Banda Aceh yang kini telah berusian 6 (enam) tahun dan telah dapat disaksikan tidak hanya di Aceh tetapi di seluruh Indonesia bahkan Asia Fasifik. Pada jum’at (15/06/12) malam jam 20.00 sampai dengan 21.00 WIB hadir kembali dengan tema bahasan seputas “Kebutuhan Masyarakat Gayo”, dalam acara ini yang di undang sebagai narasumber adalah Basri Arita (Mantan Anggota DPRA) dan Bazaruddin Banta Mude (Tokoh Masyarakat Gayo) yang kini keduanya berdomisili di Banda Aceh.

Melalui bahasan yang ditayangkan selama satu jam, kedua narasumber sangat menekankan akan adanya perhatian khusus dari semua pihak tentang perkebunan kopi di Gayo, dan yang memberi perhatian hendaknya bukan hanya Pemerintah Kabupaten, tetapi juga Provinsi dan Pemerintah Pusat. Alasan mereka mengatakan demikian adalah karena kopi bukan lagi hanya menjadi kebanggaan daerah Gayo tetapi juga Indonesia. Wujud perhatian yang mereka kehendaki adalah menanamkan rasa bangga masyarakat terhadap profesi mereka, yang selama ini secara turun-temurun telah diusahakan namun belum memberi kebanggaan kepada masyarakat secara umum.

Selama ini mereka katakan nampaknya perhatian pemerintah belum maksimal, pemerintah hanya mencari nama dari usaha masyarakat. Belum ada penyuluhan secara berkesinambungan dari pemerintah tentang bagaimana menanam, merawat, mengelola hasil pertanian kopi. Apalagi yang berhubungan dengan pemasaran. Artinya masyarakat menanam kopi selalu dengan cara tradisional dan dengan bibit yang diupayakan oleh pemilik kebun, belum ada upaya dari pemerintah untuk menyediakan bibit secara besar-besaran dengan standar yang bagus untuk kepentingan masyarakat. Untuk perawatan juga sama, masyarakat dengan tidak memiliki ilmu yang benar memberi pukuk untuk tanaman kopi mereka, sehingga kita lihat ada sebagian masyarakat yang hasil kebunnya melimpah, tetapi sebagian lagi tidak ada hasil. Seharusnya masyarakat memiliki ilmu tentang pertanian kopi yang relatif sama sehingga hasilnya juga dapat diperhitungkan untuk setiap panen dan setiap tahunnya.

Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten secara Khusus, diantaranya adalah membuat pabrik pupuk organik yang bahan bakunya sangat banyak tersedia, baik dari sampah-sampah atau juga dari humus-humus dedaunan yang banyak kita jumpai disekitaran hutan Gayo. Tidak hanya untuk kepentingan menyuburkan tanaman kopi guna dari pupuk organik tersebut tetapi lebih dari situ adalah untuk memudakan kembali yang sudah tua dan hampir tidak produktif lagi.

Alasan lain kenapa pemupukan ini diperlukan adalah karena semakin sempitnya lahan yang dimiliki masyarakat, pada awalnya masih terdengar ada masyarakat yang meiliki perkebunan kopi seluas 5 hektar bahkan lebih, tetapi karena telah diwariskan kepada anak-anak mereka maka lahan semakin berkurang, sedangkan untuk pembukaan lahan baru tidak memungkinkan lagi. Jadi tidak ada upaya lain yang bisa dilakukan selain dari peningkatan kualitas tanah dan tanaman yang dimiliki. Hal itu mungkin dilakukan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi sekarang ini, kita memiliki beberapa orang yang ahli dalam bidang ilmu perkebunan kopi yang secara akademis mampu melakukan pengkajian dan penelitian.

Untuk mendukung apa yang telah dibicarakan, kita punya Universitas Gajah Putih dengan jurusan pertanian. Mereka dapat melakukan kajian dan penelitian tentang pertanian sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tapi hal ini juga belum nampak kendati usia Jurusan Pertanian telah menghasilkan banyak sarjana. Untuk itu juga kita tidak bisa menyalahkan orang lain selain dari pemerintah Gayo yang menjadi pemimpin masyarakat. (Jamhuri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.