Bintang | Lintas Gayo – Untuk meningkatkan nilai jual ikan Depik (Rasbora tawarensis), sejumlah nelayan Danau Lut Tawar (DLT) mengeringkan dengan menjemur ikan hasil tangkapan mereka dibawah matahari.
Penjemuran ini juga dilakukan bila harga ikan endemik (khas-red) DLT tersebut dalam keadaan basah jatuh, dibawah Rp.50 ribu perbambunya.
“Kami biasa mengeringkan ikan ini jika ingin meningkatkan nilai jual atau harga ikan basah jatuh,” kata Aman Selfi saat ditemui didepan rumahnya di Mengaya warga Mengaya Kecamatan Bintang Aceh Tengah, Kamis 30 Agustus 2012.
Menurutnya, harga ikan Depik saat hasil tangkapan nelayan melimpah hanya dibandrol oleh pedagang pengumpul antara Rp.50 ribu – Rp.60 ribu perbambunya. Dan dijual kembali ke seputaran Aceh Tengah dan Bener Meriah menimal Rp,70 ribu perbambu.
Untuk Depik yang sudah kering, pengakuan Aman Selfi dijual tidak kurang dari Rp.80 ribu perbambunya dan diecer kembali oleh pedagang Rp.100 ribu.
Resah Depik Punah
Ditempat yang sama, salah seorang warga yang kelihatannya sudah berumur lebih dari 50 tahun, Idris Sadin mengaku sangat resah dengan kondisi Danau Lut Tawar yang kian kotor dan airnya makin menyusut. Hasil tangkapan nelayan ikan Depik juga semakin berkurang.
Dia meyakini, makin berkurangnya ikan Depik dipengaruhi oleh tempat hidupnya yang sudah kian rusak. “Sepertinya tidak lama lagi ikan Depik akan segera punah jika tidak ada upaya untuk melestarikannya,” ujar Idris Sadin sedih. (Khalisuddin)
Alhamdulillaah…kekayaan alam Calon propinsi Aceh Leuser Antara begitu melimpah Ruah…