Oleh : Agusni*)
Desa Merah Mege desa di Kecamatan Atu Lintang, 32 Km dari pusat kota Takengon bila kita menggunakan roda 4 maka membutuhkan waktu 1 jam lebih untuk mencapai desa tersebut, desa nya biasa saja sama seperti kehidupan desa yang lain aktivitas masyarakat bertumpu pada pertanian khususnya petani kopi, bila di bandingkan dengan kecamatan yang lain di Aceh Tengah maka kecamatan Atu Lintang masih termasuk Kecamatan yang tertinggal, walapun demikian di kecamatan ini terdapat sebuah desa yang aktivitas di bidang kesehatan perlu untuk di contoh oleh desa-desa yang lain. mereka pernah menjadi juara 1 Desa Gammawar tingkat propinsi, Piagam penghargaan yang di berikan dalam kategori desa teladan.
Saat saya bersama dengan staf Puskesmas Merah Mege berkunjung ke desa tersebut , sesampai di depan pustaka gampong yang di jadikan posko posyandu saat ini saya melihat begitu banyak ibu ibu bersama dengan anak anak balita yang berumur 0 – 3 tahun sedang antri, rupanya mereka ingin menimbang anak anaknya, aktivitasnya cukup ramai setiap bulan, ada 50 – 60 bayi dan balita yang kita timbang maupun imunisasi sebut ibu siti ketua kelompok posyandu mengawali pembicaraan kami, Posyandu kami sudah termasuk ke dalam kategori posyandu mandiri hanya bagian medis yang masih di tangani oleh bidan desa, bagian yang lain sudah mampu di tangani oleh kader kader posyandu.
Untuk operasional posyandu saat ini berasal dari sumbangan masyarakat dimana setiap bulan mereka menyumbang satu gemgam beras, kami menyebutnya sistem Jempitan, sumbangan ini setiap bulannya di kutip oleh petugas dusun yang sudah ditentukan kemudian petugas dusun ini menyetor kembali ke petugas gampong kemudian beras ini di jual untuk di jadikan biaya oprasional posyandu setiap bulan biasanya terkumpul Rp 210.000.
“Apa yang di lakukan oleh teman teman kader hari ini sesuatu yang di dorong dari hati nurani, bayangkan bila saya ke kebun maka dalam satu hari saya bisa dapatkan minimal 30.000 tapi kalau kami sini kami tidak dapat apa apa kami lakukan karena kami merasa terpanggil saja melihat kondisi masyarakat disini” seperti apa yang disampaikan oleh ibu Ngatiem salah seorang kader yang ikut dalam diskusi, kalau ibu ibu biasanya bawa anak nya kemari kan membawa kartu KMS (kartu menuju sehat) ya kami hanya mengharapkan KMS saja yaitu Kartu Menuju Surga itulah moto kami .
Disamping itu kegiatan di posyandu bukan hanya melakukan rutinitas imunisasi tetapi untuk menarik partisipasi ibu-ibu kami juga melakukan beberapa inovasi lain semisal Tabungan Anak-anak Balita sifatnya seperti julo-julo setiap bulan ibu-ibu bebas seberapa pun menyimpan dana nya dan dana tersebut kami dari kader yang simpan dan nantinya setiap tahun biasanya sebelum lebaran kami kembalikan kepada si penabung , dana ini biasanya di gunakan oleh si ibu untk keperluan si anak biasanya beli baju baru dan kalau ada lebih baru di gunakan untuk keperluan yang lain.
Dengan jumlah penduduk 782 jiwa dari 152 KK, kami juga menyediakan produk Tabungan Ibu Hamil, tabungan ini di perioritas bagi ibu-ibu yang sedang hamil konsepnya juga sama seperti julo-julo dimana ibu hamil dengan sukarela mendepositokan dana di tempat kami bisa 50.000, 100.000 setiap bulan dan di saat ibu-ibu hamil ini melahirkan dana ini dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan, ya keinginan kami hanya ingin membantu meringan kan para ibu-ibu dalam menghadapi pra dan sesudah masa melahirkan.
Ada bantuan dari Kepala Kampung itu pun setahun sekali, tapi kami tidak pernah berpikir akan pamrih yang di berikan yang penting bagi kami adalah bagaimana kami bisa membantu sesama.
*) Program Manager di LOGICA2 Aceh Tengah