by

Beasiswa Bagi Mahasiswa Asing dan Citra Positif Indonesia

Oleh Win Wan Nur*

SELAMA ini kita sangat familiar dengan informasi tentang beasiswa yang diberikan pemerintah Indonesia dan juga perusahaan baik lokal maupun asing kepada mahasiswa Indonesia untuk kuliah di luar negeri.

Tidak banyak yang tahu bahwa pemerintah Indonesia juga banyak memberikan beasiswa kepada mahasiswa asing untuk kuliah di Indonesia.

Malam ini tanggal 5 oktober 2012, saya menginap di Hotel Grand Quality, Yogyakarta kebetulan di hotel tempat saya menginap ini juga diselenggarakan acara pertemuan tahunan, mahasiswa asing penerima beasiswa dari pemerintah Indonesia, yang diselenggarakan oleh Diknas.

Berbagai informasi tentang kegiatan ini saya dapatkan dari bapak Indro, Ketua STIPRAM (Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo) Yogyakarta yang ditunjuk oleh Diknas sebagai Local Commite. Menurut Pak Indro, ternyata pemerintah Indonesia sudah lama memberikan beasiswa kepada mahasiswa asing dari berbagai negara.

Selama ini saya dan banyak dari kita berpikir bahwa mahasiswa asing yang kuliah di Indonesia mayoritas hanya mengambil jurusan seni, budaya atau bahasa. Maka kepada Pak Indro saya pun menanyakan, rata-rata jurusan apa yang dipilih oleh para mahasiswa asing penerima beasiswa pemerintah Indonesia tersebut. Jawaban Pak Indro sangat mengejutkan, karena ternyata mereka mengambil segala jurusan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Termasuk teknik dan kedokteran, meskipun penerima beasiswa untuk jurusan-jurusa tersebut mayoritas berasal dari negara-negara berkembang, seperti Siera Leone, Timor Leste, Papua New Guinea, Tajikistan, Uzbekistan sampai Palestina.

Di STIPRAM sendiri menurut Pak Indro terdapat 4 orang mahasiswa asing asal Timor Leste yang mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia di fakultas Pariwisata untuk jurusan Hospitality dan Perhotelan.

Masih menurut Pak Indro, ada banyak manfaat yang didapatkan oleh pemerintah Indonesia dengan adanya pemberian beasiswa kepada mahasiswa asing ini. Yang sudah pasti pemberian beasiswa seperti ini memberi citra positif bagi Indonesia di luar negeri, karena rata-rata mahasiswa asing yang kuliah di Indonesia itu kemudian menjadi sangat cinta Indonesia. Dan para mahasiswa asing ini tidak hanya kuliah di Jakarta maupun Yogyakarta, tapi tersebar di berbagai universitas di Jawa bahkan Sumatera dan Sulawesi.

Mendengar penuturan Pak Indro saya berpikir, tidak ada salahnya kalau Universitas Gajah Putih juga berinisiatif untuk menjadi salah satu universitas penerima mahasiswa asing. Kalau ini bisa terwujud, tentu Gayo akan lebih banyak dikenal orang di dunia.

Selepas mewawancarai Pak Indro, saya ingin mewawancarai sendiri para mahasiswa asing penerima beasiswa dari pemerintah Indonesia ini, terutama sekali mahasiswa asal Palestina. Tapi karena hari sudah larut malam, saya tidak berhasil menemukannya. Tapi saya beruntung mendapati sekelompok mahasiswa asal Papua New Guinea.

Di sana saya berkenalan dengan Shane yang mendapat beasiswa untuk belajar Teknik Informatika di UNIKOM Bandung, kemudian ada Vincent dan Spencer yang kuliah di Yogyakarta dan juga Alexander, mahasiswa Papua New Guinea asal Kokoda yang terkenal dengan tujuan wisata Kokoda Trek-nya yang sedang menuntut Ilmu di Akademi Pariwisata Universitas Trisakti Jakarta. Di Jogja, para mahasiswa asal Papua New Guinea ini mendapat kunjungan dari seorang teman mereka, Carlo, warga Indonesia anak seorang diplomat yang lahir di Papua New Guinea yang masih belum terlalu fasih berbahasa Indonesia. Ternyata beberapa dari mahasiswa asal Papua New Guinea itu adalah teman-teman sekolahnya selama dia tinggal di negara tersebut.

Mengobrol dengan mahasiswa asal Papua New Guinea ini sangat menyenangkan, bahasa Inggris yang merupakan bahasa utama mereka selain bahasa Pidgin sangat mudah dipahami, tidak seperti bahasa Inggris aksen Australia ataupun aksen Singapore dan Malaysia.

Ketika kepada mereka saya tanyakan kesan mereka selama kuliah di Indonesia, benar apa yang dikatakan oleh Pak Indro, ketika saya mewawancarai para mahasiswa asal PNG ini. Saya dapati bahwa mereka semua sangat suka tinggal di Indonesia. Shane, si mahasiswa UNIKOM mengatakan sebenarnya dia mendapatkan dua tawaran beasiswa di negaranya, satu dari Australia dan satu dari Indonesia. Tapi karena dia sudah sering dan sangat familiar dengan Australia, dia memilih tantangan baru untuk ke Indonesia yang hampir sama sekali tidak dikenalnya. Dan Shane mengaku dia sangat bersyukur dengan pilihannya, karena kualitas pendidikan yang dia dapatkan di Bandung sangat baik, dan terutama sekali yang membuatnya sangat betah, orang Indonesia di mana pun menurutnya sangat ramah-ramah. Menurut mereka, sangat sayang sekali kita begitu familiar dengan Australia, Jepang, Amerika dan Eropa padahal kita yang hidup bertetangga, bahkan berbagi tanah yang sama, sama sekali tidak tahu apapun tentang tetangga kita.

Alexander yang kuliah di Trisakti juga mengatakan kesan yang kurang lebih sama tentang Indonesia dan kualitas pendidikan yang dia ambil. Dia kuliah di sini mengambil jurusan travel karena menurutnya pengelolaan pariwisata di Papua New Guinea masih kalah jauh dengan Indonesia dengan Bali-nya. Alexander mengambil jurusan itu karena, dia melihat potensi wisata di negaranya sangat besar dan dia ingin mengembangkannya seperti Indonesia mengembangkan pariwisata di Bali dan Jogja.

Ketika saya katakan, saya sangat ingin sekali mengunjungi negaranya dan mencoba Kokoda Trek, perjalanan lintas rimba dengan berjalan kaki yang katanya memerlukan waktu tempuh 4 hari. Alex dengan antusias menyambutnya dan berjanji akan menjadi guide bagi saya.

Jadi saya pun bisa menyimpulkan, kalau pemberian beasiswa kepada Mahasiswa Asing seperti ini memberikan citra sangat positif bagi diplomasi luar negeri Indonesia.

*Penulis tetap di media online Lintas Gayo

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.