Khalisuddin | The Globe Journal | Selasa, 08 Maret 2011
Takengon – Penelitian arkeologi di Ceruk Mendale dan Ujung Karang Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah dilanjutkan pertengahan Maret 2011 ini, demikian pernyataan Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Tengah, Muchlis Gayo,SH didampingi Ketua Tim Peneliti dari Balai Arkeologi Medan, Drs. Ketut Wiradnyana MSi serta Ketua Tim dari Lembaga Molekul Eijkman Jakarta, dr.Alida R Harahap,SpPK(K),PhD di Takengon, Selasa (8/3).
Diungkapkan Muchlis Gayo, penelitian ini digagas Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah dalam rangka penelitian lanjutan penelusuran jejak masa lalu nenek moyang Urang Gayo yang selama ini masih belum jelas.
“Mudah-mudahan dengan penelitian ini sedikit demi sedikit identitas dan asal muasal Urang Gayo bisa diungkap secara ilmiah,” harap Muchlis Gayo.
Sementara secara terpisah diperoleh keterangan dari para peneliti dari dua lembaga penelitian tersebut saat meninjau lokasi penelitian arkeologi Ceruk Mendale dan Ujung Karang.
Dilokasi penelitian Ceruk Mendale, Ketut menjelaskan bahwa penelitian kali ini merupakan penelitian ekskavasi atau penggalian lanjutan dari tahun 2009 dan 2010 lalu.
“Sebelumnya kita sudah temukan hasil yang menarik berupa kerangka manusia yang masih utuh selain tulang fragmen tulang manusia yang berserakan, kapak genggam, kapak persegi dan lonjong, alat serpih dari cangkang moluska, taring hewan yang bertulang, fragmen gerabah dengan pola hias,” jelas Ketut.
Ditegaskan Ketut, Data tersebut menunjukkan babakan teknologi dari masa mesolitik, neolitik hingga Islam atau colonial.
Setidaknya ada 3 pointer yang menjadi focus kegiatan penelitian kali ini, papar Ketut, diantaranya kapan dan bagaimana bentuk kegiatan manusia di Loyang Mendale dan sekitarnya. Lalu bagaimana pola pemanfaatan ruang gua atau ceruk dan hubungan antar situs disekitar Loyang Mendale? Terakhir migrasi budaya dalam konteks regional atas manusia dan budayanya serta hal lain yang menyertainya di situs Loyang Mendale dan sekitarnya ?
Selanjutnya dirincikan terkait sasaran penelitian diantaranya menghimpun data artefaktual dan ekofaktual, mencari hubungan antar situs disekitar Mendale serta mendapatkan data pentarikhan juga pollen gambaran aktivitas masyarakat prasejarah dalam berbagai babakan masa.
Tes DNA Untuk Lacak Etnik
Menurut Ketut, yang menarik pada penelitian kali ini adalah adanya tes DNA yang dilakukan oleh para peneliti dari Lembaga Molekul Eijkman Jakarta. “Kali ini akan didapatkan bukti genetic melalui struktur populasi dan keaneragaman genetic yang memiliki kepekaan dan kerentanan pada berbagai penyakit dengan pemeriksaan DNA mitokondria, kromosom Y dan DNA autosom,” jelas Ketut yang mengklaim penelitian di Takengon adalah penelitian perdana yang dilakukan bersama antara penelitian ekskavasi dan uji DNA.
Sementara keterangan Pimpinan Tim Peneliti dari Lembaga Molekul Eijkman Jakarta, dr.Alida R.harahap.SpPK(K), PhD didampingi sejumlah rekannya menyatakan pada akhir Maret hingga awal April timnya akan berada di Takengon untuk melakukan penelitian keanekaragaman genom manusia dan penyakit.
“Khusus untuk tes DNA, nantinya akan ditangani rekan saya Safarina G Malik, DVM,MSPh.D,” ujar Alida diamini Safarina dan seorang seorang rekan lainnya, Prof.DR. Herawati Sudoyo,MD,PhD.
Dijelaskan Safarina, pihaknya akan dibantu praktisi kesehatan dan pihak Dinas pendidikan di Aceh Tengah untuk sample darah manusia asli Gayo sekarang diwakili para siswa sebanyak 200 orang nantinya yang dalam tubuhnya belum mengalir darah percampuran antar etnis.
“Kami juga akan mengambil sample tulang kerangka manusia di Ceruk Mendale dan Ujung Karang untuk di tes DNAnya yang gunanya untuk melacak etnik, perbedaan dan persamaan manusia pra sejarah dan yang hidup sekarang serta bisa kita lihat pola migrasinya,” papar Safarina yang tampak sangat senang berada di Takengon dan ingin mengkoleksi sulaman kerawang Gayo ini.
Dalam kunjungan sinkronisasi kegiatan penelitian di Aceh Tengah dengan berbagai pihak terkait ini, rombongan peneliti juga menyempatkan diri melihat-lihat objek wisata Danau Lut Tawar.
Sumber : www.theglobejournal.com
lanjut truz..
klo perlu cek sekalian siapa keturunan2 raja lingge sekarang..(ini yg perlu)
dengan bantuan simulasi DNA.
mantaP..
ttd
loadingserlah
Berdasarkan skala waktu, kalau pelacakan DNA kerangka di Ceruk Mendale ini kita ibaratkan seperti sejarah berkembangnya teknologi komputer sekarang. Maka cerita Batak 27 dan penduduk ‘asli’ Gayo itu adalah masa ketika terjadinya persaingan merk prosesor antara INTEL dan AMD. Sementara masa penemuan kerangka itu masih pada masa ketika LISTRIK pertama kali ditemukan.
Jadi lucu sekali ketika INTEL yang merasa lebih dulu ada kemudian merasa diri lebih asli, lalu meminta teknologi AMD tidak perlu dimasukkan sebagai salah satu bagian sejarah teknologi komputer ketika penelusuran itu dilakukan dari masa awal ketika LISTRIK baru ditemukan.
Asal usul Urang Gayo perlu dibuktikan secara ilmiah bkn hanya dari kekeberen, sehingga hasilnya bisa dipertanggungjawabkan….
Langkah maju, dukung terus ya Pa’…