Danau Laut Tawar dan Masyarakat Sekitarnya

Oleh: Isranuddin Harun*

TAKKAN pernah habis kosa kata dan kalimat yang kita miliki untuk menggambarkan dan menceritakan pesona dan permasalahan Danau Laut Tawar, seperti keindahan panorama yang disuguhkannya tak pernah kurang mulai dari pagi sampai petang hari. Danau Laut Tawar tak pernah sunyi dari cerita, dimulai dari cerita depik sampai pada cerita lembide. Bangsa Gayo harus bangga dan bersyukur kepada Allah Yang Kuasa yang telah memberikan anugerah terindah yaitu Danau Laut Tawar.

Sejuk, dingin, tawar menyimpan ribuan pesona itulah Danau Laut Tawar. Berada ditengah hamparan tanah serambi  diantara jutaan manusia di bumi Aceh, ribuan umat melepas dahaga dari ketawaran airnya, milyaran tanaman dan pohon juga diberinya manfaat. Bagi penduduk lokal danau ini merupakan alternatif untuk mengais rizki dimasa sulit sambil menunggu musim panen tiba, danau ini benar-benar membawa berkah bagi semua orang, bukan cuma bagi kita masyarakat hulu tetapi juga bagi saudara kita yang berada di hilir, tetapi kenapa tanggung jawabnya hanya ada pada masyarakat hulu? Adil atau tidak adil itulah faktanya. Tetapi kita tidak akan menyesali itu, karena kita bukan bangsa pengharap!

Kalau ada sindiran masyarakat sekitar kurang peduli terhadap kelestarian danau, itu adalah pernyataan sepihak yang keliru. Setidaknya sepengetahuan penulis ada dua kearifan lokal yang diterapkan masyarakat masa lalu untuk melindungi kelestarian danau yaitu mengatasi jumlah kepadatan penduduk dianjurkan berimigrasi ke daerah Bener Meriah untuk membuka lahan kebun sebagai upaya melindungi hutan tangkapan air danau dan juga di tahun 90-an hampir setiap tahun masyarakat sekitar danau bergotong royong membersihkan saluran air keluar, mulai dari daerah Boom sampai kampung Asir-asir.

Masyarakat yang berasal dari pinggiran danau membersihkan sepot-sepot, sampah dan lantak (bambu/kayu terpajang dalam air) yang menghambat laju air keluar danau melalui sungai pesangen guna memperlancar saluran air agar luapan danau (lemo) di musim penghujan tidak sampai mengganggu lahan pertanian masyarakat. Kalau sepot, sampah dan lantak dikhawatirkan membawa dampak bagi lahan masyarakat, lalu bagaimana dengan pembangunan tanggul?

Kemudian banyak juga tudingan yang diarahkan kepada maslok, adanya penebangan skala besar dan illegal loging yang dilakukan masyarakat. Geli mendengarnya dan perlu diklarifikasi, fakta di lapangan justru terbalik, ribuan hektar lahan perkebunan masyarakat berubah menjadi tamas mude (hutan kecil), akibat konflik Aceh yang panjang dan sebagian masyarakat sampai sekarang masih enggan untuk membuka kembali lahan mereka dan cenderung membiarkannya menjadi hutan (saya dapat membuktikannya).

Pemaksaan menambah angka tutupan hutan yang diterapkan pemerintah telah menzalimi masyarakat sekitar danau, gara-gara isu karbon Aceh yang mau dijual kepihak luar dan rencana pembangunan PLTA pemerintah telah memaksakan kehendak dengan “melindungkan” status lahan perkebunan masyarakat, itulah prestasi terbaik pemerintah dalam melindungi danau. Terkadang saya bertanya dalam hati “apakah ini upaya sistematis pengusiran masyarakat sekitar danau dari habitatnya”, wallahu’alam hanya Allah Yang Maha Tahu.

Masalah jaring yang tinggal di dasar danau bukanlah kesengajaan dari nelayan lokal, disebabkan derasnya arus bawah danau yang cenderung berubah arah terkadang memindahkan posisi jaring yang dipasang sehingga menyulitkan si pemilik untuk mencari keberadaan jaringnya kembali dan jaring tersebut menjadi net ghost dibawah danau. Biasanya doran/jaring yang sering hilang dan tertinggal di dasar danau adalah doran dedem, dipasang sore diangkat pagi.

Kemudian masalah timbunan yang terjadi di sekitar danau mayoritas dilakukan oleh pemerintah seperti pembuatan jalan Boom-Mendale, pembangunan lokasi wisata lukup penalam dan pante menye, jadi kurang tepat kalau alibinya hanya masyarakat sekitar, kalaupun ada keterlibatan masyarakat melakukan penimbunan kebanyakan adalah masyarakat lokal baru pebisnis dari luar sekitar danau, dan pemerintah bisa dong untuk tidak mengeluarkan izin bangunannya, itupun kalau memiliki niat baik.

Kepada rekan-rekan semua yang memiliki komitmen yang tinggi akan kelestarian danau ini, mari kita semua berbuat demi kelestariannya dengan menghargai sisi sosial disekitarnya. Mencaci, menghujat, saling menyalahkan dan berseloro berlebihan tidak akan menyelamatkan danau dari kepunahan.(israntajuk[at]gmail.com)

*Ketua LSM Tajuk

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.