Written by Jauhari Samalanga
Sekelompok anak muda–sore itu—lagi berkumpul di Rumah Adat Gayo Lues di Arena Pekan kebudayaan Aceh, Banda Aceh. Di rumah berlantai dua itu, mereka tampak sibuk, yang beru (perempuan muda) juga tak kalah, terus bercanda seraya bekerja melipat surat menyurat yang akan disebar.
“Kami sedang siapkan surat Undangan untuk orang tua kita,” kata Supri, Sekretaris Panitia pelaksanaan Pertunjukan Saman Saraingi satu Malam Suntuk pada 19 Maret pukul 20.00 di AAC Dayan Dawood, Unsyiah, Banda Aceh kepada The Atjeh Post, Rabu, 16 Maret 2011.
Pertunjukan Saman Seraingi rencananya akan menampilkan pesaman (pasuken) Pemda yang datang langsung dari Gayo Lues yang akan mengunjungi pasuken saman Sanggar Seribu Bukit. Disela-sela penampilan Saman juga akan ditampilkan tari Bines, yakni tarian kaum perempuan yang akan memberi semangat kepada para pesaman. “ Ini pertunjukan sepertin itu yang biasadilakukan di gayo Lues,” lanjut Rusdi, S.KH, ketua Panitia.
Menurut Rusdi, Saman yang di Gelar malam minggu ini, 19 Maret, akan group yang tampil akan memainkan Saman hingga menjelang subuh, dan merupakan penampilan Saman Saraingi pertama kali dilakukan Banda Aceh. “Makanya teman-teman disini (anjungan Gayo Lues) bekerja kerasagar acara ini bisaberjalan lancer dan sukses,” katanya.
Saman
Kesenian Tradisional Saman merupakan kesenian yang berkembang di dataran tinggi Gayo dan Aceh Barat. Kesenian ini dimainkan oleh kaum laki-laki. Di Gayo sendiri kesenian ini berkembang pesat di Gayo lues, tetapi juga aktif di Lokop serbejadi (Aceh Timur) dan Aceh Tenggara.
Sampai sekarang , kesenian ini masih di awang-awang karena belum diketahui secara pasti asal usulnya. Menurut Dr Rajab Bahari, ahli Saman dari Gayo Lues dan dosen Bahasa Unsyiah, seharusnya pemerintah sudah memiliki data soal sejarah Saman ini.
Tetapi di Gayo, seluruh masyarakatnya menjaga Saman ini dengan baik. “Kita bangga pada masyarakat Gayo yang setia menjaga saman sejak dahulu. Walaupun Saman merupakan tari tradisional, namun masyarakat Gayo tetap setia mempertahankannya,” kata Rajab pada Seminar Saman yang digelar pada Rabu, 16 maret di ACC Sultan Shelim, Banda Aceh.
Katanya, di daerah Gayo Lues Saman sangat menonjol , hal ini bisa dilihat dari Belah (klan) ada kelompok saman. “Misalnya, Kampung penosan ada enam Belah, dan sudah pasti di Kampung itu terdapat enam kelompok saman yang disebut Pasuken (pasuken = grup),” tulisnya dalam makalah yang disampaikan Rajab.
Pada malam pertunjukan Saman Saraingi, direncanakan penyair Aceh Fikar W Eda akan menjadi opening Art dengan membacakan puisi berjudul “SAMAN”. Rencanaya Fikar akan diiringi oleh Penari Didong Nalo, sebuah tarian penyambutan Tamu khasGayo Lues.
“Insya Allah, kami harapkan kami betul-betul akan menampilkan hiburan yang berbobot, karena Saman sekarang membuka diri dan siap tampil satu malam penuh,” demikian kata Rusdi, pemain Saman yang menjadi ketua panitia.
Sumber : atjehpost.com