To’et Dikenang Di Takengen

Takengon | Lintas Gayo : Dua orang pelaku seni budaya Gayo, LK Ara (dua dari kanan) dan Fikar W Eda (paling kiri) serta tokoh masyarakat Gayo diperantauan, Yusra Habib Abdul Gani dengan dimoderatori Khairul Akhyar (paling kanan) sedang menyampaikan siapa To’et serta karya-karyanya dihadapan puluhan undangan diskusi bertajuk “Gayo Dimata To’et” yang diselenggarakan di Gedung Ops Room Setdakab Aceh Tengah, Senin (4/3) malam.

Dalam kesempatan tersebut, tampil sebagai pembicara pertama, Yusra Habib Abdul Gani dengan judul makalah Gayo Dimata To’et. Lalu Fikar W Eda “Sekamar dengan To’et, Penyair adalah Pencatat” dan LK Ara “Mengenang To’et”. Pantau Lintas Gayo, seluruh undangan yang terdiri dari berbagai kalangan tersebut dengan tekun mengikuti paparan demi paparan yang disampaikan oleh para narasumber tersebut.

Acara tersebut yang digagas Komunitas Love Gayo tersebut difasilitasi Pemkab Aceh Tengah dikoordinatori Khalisuddin dan Khairul Akhyar. (aman zaghlul)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments

  1. Isi tulisan Bang Yusra Habib telah di kaji oleh TIM akademisi di Banda Aceh dengan kesimpulan : Siapa yang bertanggung jawab ????

    – Hidup di tanah Gayo yang subur, harus berani bertarung melawan diri sendiri, jika mau selamat tidak hendak ingin mati.
    -Hidup liar tanpa ikatan batin antara sejarah masa silam dengan kehidupan kekinian.
    -Merasa diri lebih rendah dari orang lain.
    -Solidaritas persaudaraan diantara sesamanya begitu rapuh.
    -Akal mudah dijengkal, Harkat dan martabat mudak disipat (karena tidak memiliki sentiment kolektif untuk menyelamatkan khazanah peradaban kegayoan)
    -Kepribadian lugu.
    -“Miskin” orang berilmu dan ulama penyejuk kalbu serta tiada tokoh pemersatu
    -Tidak pernah resah jika satu masa nilai budaya akan punah.
    -Tidak pernah khawatir dan berfikir jika satu saat komunitas Gayo akan tersingkir.
    -Hati tidak pernah tersirat, kalau satu masa bahasa Gayo akan terjerat.
    -Tidak pernah cemas kalau satu saat hasil mubinya akan dikuras.