MEMBACA berita yang dimuat Lintas Gayo sabtu (11/05) yang biberi judul “Dijamu Wali Murid, Guru MIN 1 Takengon Terharu” sebagai seorang guru sangat terharu dan memunculkan kesadaran, bahwa masih ada orang tua murid yang menaruh perhatian lebih kepada guru yang telah mendidik anak mereka.
Hal ini sudah langka dalam tradisi masyarakat kita (khususnya Gayo), sebagaimana diucapkan kepala MIN 1 Takengon Bapak Safwan. Kenapa tidak, sementara ada sebagian orang yang menganggap bahwa mendidik adalah kewajiban guru dan kalau guru memarahi apalagi memukul anak didiknya orang tua melaporkan guru tersebut ke Polisi dengan alasan melanggar Undang-undang Guru.
Yang dilakukan oleh keluarga Ibu Nurhayati dengan mengundang dewan guru kerumah dan menjamu mereka untuk makan siang dan sekaligus mengucapkan terima kasih atas jasa para guru sangatlah luar biasa, dan sudah seharusnya menjadi contoh bagi para orang tua murid.
Kita yakin do’a orang tua terhadap anaknya untuk menjadi anak amal shalih tiada hijab di sisi Allah, ditambah lagi dengan ucapan do’a dari para guru yang telah membekalinya dengan berbagai ilmu. Kita yakin do’a orang tua dan para guru akan melahirkan moral yang baik bagi seorang anak.
Dengan membaca berita yang dimuat oleh Lintas Gayo ini saya teringat sebuah pengalaman sebelum tahun 2000 di Malaysia, dimana pada saat itu saya mengajar disebuah lembaga pendidikan al-Razi Penang–Malaysia. Pas bertepatan dengan hari guru, dimana para mahasiswa mengadakan suatu acara masak bersama di kampus guna menjamu semua dosen (pensarah) yang ada di kampus dengan tidak membebankan sedikitpun dana kepada lembaga (dengan cara urungan semua mahasiswa). Pada hari itu semua pensarah disepakati harus memakai baju pakaian adat Melayu.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan berkah ilmu yang didapatkan dari guru, diantaranya seperti yang dilakukan keluarga Ibu Nurhayati kepada para guru yang sudah mengajar anak/cucu mereka di MIN 1 Kota Takengon. Semoga hal yang baik ini menjadi tiruan bagi semua keluarga dan orang tua.(Ungel)