Banda Aceh | Lintas Gayo : Yusra Habib Abdulgani meminta pemerintah Kabupaten Aceh Tengah bekerja serius menggarap potensi pariwisata Gayo yang sudah terkenal. Namun, kata Yusra Habib, pembangunan pariwisata harus dilakukan dengan pendekatan kebudayaan dan manusia Gayo. Pariwisata baru dikatakan maju apabila sudah memiliki agenda sedikitnya 1 sampai 5 tahun kedepan. “Tanpa itu akan jalan ditempat,” katanya saat mengisi acara diskusi rutin Forum Akademisi Gayo di Gedung Gayo Centre di kawasan Kampung Doy, Lampineng, Banda aceh. Rabu.(13/4).
Potensi pariwisata Gayo, lanjut Yusra Habib, selain danau Laut tawar juga ada di pertanian dan alam pegunungan.
Masalahnya, ketika orang datang ke Gayo yang ditemui tidak ada yang unik, tidak ada bungalow Gayo yang secara terus-menerus mensimbolkan Gayo melalui lagu-lagunya, persis seperti di Jogja yang setiap wilayah pariwisata ada langgam Jawa yang kental. “Seni Gayo itulah simbol yang harus dirasakan oleh tamu yang datang,” katanya.
Penemuan di Loyang Mendale misalnya, bisa dijadikan tempat kunjungan wisata sejarah arkeologi. Perkebunan Kopi dan pertanian unggulan harus dimanfaatkan untuk kunjungan wisatawan. Sedangkan sekarang ini pembangunan di Aceh Tengah hanya terfokus pada pembangunan jangka pendek saja. Kedepan harus jelas diprogram jangka panjang.
“Soal jadwal kepariwisataan penting, supaya wisatawan punya jadwal yang pasti. Kata Yusra, kalau di Eropa sekarang ini kondisi masyarakatnya memang individualis lantaran kesibukan yang padat, disamping ada uang juga.
“Pada musim liburan 60 % masyarakat Denmark keluar untuk berwisata. Maka harus ada yang menarik dari penawaran menarik dengan menghidupkan kembali tradisi-tradisi Gayo,” demikian Yusra Habib pada acara diskusi tersebut.
Diskusi tersebut dihadiri kalangan akademisi, seniman, pengusaha, tehnokrat dan politisi, antara lain M Amin, Sofyan M Saleh, Zamhuri, Marah Halim, Yan Budianto, dan dua kandidat Bupati Aceh Tengah Martis, SE dan Mustafa Alamy. Sedangkan dari seniman dan penulis yang hadir tampak Salman yoga. Jauhari Samalanga dan LK. Ara.
Diskusi pariwisata tersebut nanti akan melahirkan sebuah rekomendasi bersama untuk mempressure Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah untuk melaksanakan beberapa hal penting, seperti peningkatan anggaran pariwisata dan aturan pembangunan di tepi Danau laut Tawar. (miko)