Jalan Di Gayo, Dekat Ngerje Meling Canang

Kelneng kelnong, wan ngerje turah meling canang. Seseger bedetur gong. Likak ni tari munamah rami. (kelneng kelnong, dalam pesta perkawinan harus berbunyi canang. Sesekali berdentum gong. Gerak tari menambah semarak).

Ketika tim Lintas Gayo menelusuri jalan Takengen- Gayo Lues, awal pekan ini, berbagai perasaan bercampur di dada. “Yah nge mulai itetah jelen Bur Lintang ni – (yah sudah mulai diperbaiki jalan Bur Lintang ni,” sebut Iqoni RS wartawan muda di Gayo, yang ikut bersama tim.

Betawe, nge dekat meling canangni, ke ara seje trik. Meh oya sengap. (Begitulah, dekat bunyi canang ini, ada saja trik politik. Sesudah itu diam,” jawab Fajri Gayo, pimpinan LG. Sambil berjalan tim mengambil gambar aktifitas pekerjaan pelebaran jalan di Bur Lintang.

Pelebaran itu tidak panjang. Sekitar 1 kilometer, kemudian kembali seperti jalan semula, dengan tikungan tajam, jalan berlubang dimana-mana. Pendakian Tembolon, Ise-Ise, nasib jalan tidak pernah berubah. Maut tantangannya. Menedekati Tampeng Gayo luwes (Pantan Cuaca), penurunan tower, kembali lagi terlihat perbaikan dan pelebaran jalan.

pelebaran jalan Bur Lintang (LG/Iqoni RS)
pelebaran jalan Bur Lintang (LG/Iqoni RS)

Mendekati kota Blang Kejeren, kembali ada aktifitas pengaspalan. Semua pekerjaan itu “mucabok-cabok, dikerjakan serius dan berkelanjutan. Kemudian ditinggalkan, entah kapan lagi akan dilanjutkan pembangunanya. Apakah ketika akan kembali “guwel canang” pembangunan  itu dilanjutkan, sementara jalan yang sudah dibangun hancur.

Sambil berbincang-bincang, Ihsan Fauzi, justru teringat dengan jalan Biren- Takengen, di Cot Panglima. Kondisinya semakin parah. Setelah gunung dihancurkan, material dibawa kemana-mana, jalan itu tetap “milik” alam, tidak tersentuh aspal. Ancamannya juga maut, khusus bila dilalui mobil kecil.

Konadi angkat bicara, berganti gubernur Aceh, jalan ke negeri Gayo tetap seperti itu, padahal status jalan ini negara. Dana otsus Aceh yang melimpah ruah, penggunaan “sesuka hati” bukan untuk skala prioritas. Lebih penting operasional dan rumah wali nanggroe daripada memikirkan nasib rakyat yang berjuang untuk hidup.

diantara alat berat (LG/Iqoni RS)
diantara alat berat (LG/Iqoni RS)

Gayo sebenarnya negeri yang makmur, kaya, bila pemerintah jeli melihat apa yang dibutuhkan rakyat. Hasil bumi Gayo mampu menghidupi rakyatnya, namun benturan harga dan sarana transportasi seperti kembali kepada jaman kolonial. Rakyat menentukan nasib sendiri.

Tim kecil Lintas Gayo, ketika berada dipersimpangan Jalan menuju sebuah kerajaan tua, Linge. Negeri yang melahirkan tokoh terkemuka Aceh, saat kerajaan Aceh Darussalam, namun kondisi jalannya memprihatinkan.

Gereke durhaka dan pengkhianat kite, jelen ku Linge lagu ini. Karena ara Linge ni le kati ara kerajaan Acih. ( Tidakkah durhaka dan pengkhianat kita. Jalan menuju Linge seperti ini. Karena ada Linge maka ada kerajaan Aceh),” pertanyaan itu muncul dari wartawan muda Gayo, Iqoni.

Semua terdiam. Menarik nafas dalam-dalam. Imran wartawan Online Lueser, yang ikut bersama tim, buka bicara. “ Sana si kunei Ko? Ke kite berontak, protes, iperen kule,gajahlah. Nume pengkhianatpe neh gerelle, iatas oya ara ke? Ke gera ara Gayo, gere ara Acihni, sana si tos omong. Tapi kite oya pariee. Untuk apa kamu tanya? Kalau kita berontak dan protes, dibilang harimaulah gajahlah. Bukan pengkhianat lagi, diatas itu ada lagi tidak? Kalau tidak ada Gayo, tidak ada Acehni, Jangan banyak bicara. Tapi kita ini keadaannya,” sebut Imran.

pelebaran jalan di ruas jalan Takengen- Gayo (LG/Iqoni RS)
pelebaran jalan di ruas jalan Takengen- Gayo (LG/Iqoni RS)

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Namun pemerintah Aceh belum menghargai jasa pahlawan yang mendirikan kerajaan Aceh Darussalam. Negeri Linge saja, kondisinya memperihatinkan. Akses jalan Ke Linge, hancur-hancuran.

Gayo menjadi anak tiri di Aceh, dinegeri sendiri, negeri yang dilahirkannya menjadi sebuah kerajaan besar pada jamannya. Pembangunan di negeri Gayo (Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues), belum serius dan kontinu. Kapan suka pembangunan jalan itu digulirkan. Dekat male ngerje ke turah meling canang.eeeeeeehhhh seseger gegedem urum gong ke turah bedetur.  (tim LG)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments