Gempa Gayo, Pemerintah Terapkan Belah Bambu

gempa gayoMembelah bambu, satu diangkat dan satu lagi diinjak. Gambaran itu tidak salah bila ditujukan kepada korban musibah gempa Gayo, 2 Juli 2013 lalu. Sudah lebih setahun berlalu, ada yang sudah membangun rumahnya yang hancur dengan dukungan dana dari pemerintah, namun sampai kini masih ada ribuan lainnya yang tidak tersentuh.

Gempa yang meluluh lantakkan bumi Gayo (Aceh Tengah dan Bener Meriah), selain menghancurkan infrastruktur pemerinta, ratusan sarana ibadah, juga memporak-porandakan perumahan penduduk. Untuk Aceh Tengah tercatat 16.403 perumahan penduduk rusak.

Dari jumlah ini pemerintah mengklasifikasi kerusakan itu dalam tiga kelompok. Rusak berat 4.142, rusak sedang 3.827, serta rusak ringan mencapai 8.434. Walau pemerintah menjanjikan akan membantu keseluruhan, namun yang sudah dibantu untuk klasifikasi rusak berat dan sedang ( Rp 60 juta rusak berat dan Rp 25 juta rusak sedang).

Untuk rusak ringan tidak jelas kabar beritanya, walau sebelumnya dijanikan akan diberi bantuan Rp 5 juta untuk setiap rumah. Walau lebih fokus untuk rusak berat dan sedang mencapai 7.969, namun masih terdapat 1.013 rumah penduduk yang rusak berat dan sedang hingga ahir Oktober 2014, belum dibantu pemerintah.

Para korban ini tersebar di seluruh kecamatan. “Anda sama-sama musibah, tetangga Anda juga musibah dan kerusakannya juga sama, mengalami rusak berat. Bagaimana perasaan Anda tetangga Anda dibantu Rp 60 juta, sementara Anda sendiri tidak mendapat bantuan. Inilah fakta yang terjadi,” sebut Nurdin Syufi, koordinator korban gempa dari Kecamatan terparah (Ketol).

Mereka yang tidak mendapat bantuan ini tergabung dalam 59 kelompok masyarakat (Pokmas). Tercatat 275 masuk dalam kerusakan berat dan 738 dalam kerusakan sedang. Mereka menuntut hak yang sama seperti para korban lainnya.

Namun walau aksi demo sudah dilakukan secara bergelombang ke DPRK dan bupati Aceh Tengah, sampai kini nasib mereka tidak jelas. Sementara tetangga mereka sudah merampung pembangunan rumah, selain mengusahakan biaya sendiri, juga dibantu pemerintah.

Mengapa bisa tercecer? Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengacak yang mendapatkan bantuan tahap awal dan menjanjikan semuanya akan diberikan bantuan, namun kenyataanya sampai sekarang tidak ada kejelasan.

“Ada juga yang tidak rusak berat dan sedang, namun dalam data mereka masuk klasifikasi rusak berat dan sedang, mereka mendapatkan bantuan, sementara rumahnya yang benar-benar hancur, tidak mendapatkan apa-apa,” sebut Nurdin Syufi.

Apa yang dikatakan koordinator aksi ini memang itulah keadaanya. Hampir disetiap kampung persoalan itu ada, namun tidak mampu diselesaikan dengan bijak. Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tengah turun ke lapangan memberikan pengertian kepada masyarakat, agar yang tidak korban untuk mengembalikan dana yang sudah mereka terima. Sebagian ada yang mengembalikannya.

Dana yang sudah disalurkan mencapai Rp 216 milyar lebih. Dana tersebut berasal dari pusat, provinsi dan daerah. Namun pemerintah pusat dan provinsi masih berhutang janji, belum seluruhnya dana yang mereka janjikan disalurkan kepada korban.

Bila hanya bantuan itu untuk klasifikasi rusak berat dan sedang bagaimana nasib 1.013 para korban yang belum mendapat bantuan ini? Para korban walau ada yang masih bertenda darurat (ekonominya kurang mampu), namun sebagian membangun puing kehancurannya tanpa menunggu bantuan pemerintah. (Bahtiar Gayo/ Waspada edisi Jumat (31/10/2014)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.