by

SMAN 12 Takengon Sepi, Kendalanya Transportasi

Takengen | Lintas Gayo : Walau masih dalam kota Takengen Kabupaten Aceh Tengah dengan bangunan baru dan lingkungan yang cukup asri karena dikelilingi persawahan serta dengan latar gunung berhutan pinus, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 12 Takengon masih terkesan terpencil dan rendah minat siswa untuk bersekolah disini.

Kondisi ini terungkap saat kunjungan Lintas Gayo ke sekolah yang nampaknya nyaman untuk belajar mengajar  ini, Kamis (12/5) dalam peliputan kegiatan latihan kepemimpinan yang digagas oleh LSM Lipga Takengon.

Sekolah ini baru empat tahun berdiri, bahkan pada tahun pertama 120 orang siswanya harus menumpang di SMAN 1 Takengen dengan nama Persiapan SMAN 1 Lut Tawar. Barulah pada tahun kedua sekolah ini memiliki gedung sendiri, di Kampung Asir-asir bagian atas.

Tahun pertama ada 120 orang siswa, perlahan mulai bertambah dan karena jauhnya jarak yang harus ditempuh. Sampai tahun keempat, penerimaan siswa baru di SMA 12 belum mengalami peningkatan yang significant. “Saat ini kira-kira berjumlah 197 murid yang bersekolah disini,” tutur Prespin, guru tik yang masih berstatus honor yang  berada disekolah karena mendampingi para siswa mendapatkan pelatihan dari personil Lipga.

Sejauh ini menurut amatan Prespin yang sudah mendapat izin Kepala Sekolah tersebut Ratnawaty,S.Pd untuk memberi keterangan kepada Lintas Gayo, murid-murid yang bersekolah di SMAN 12 mayoritas merupakan penduduk di sekitar Asir – asir saja, mengingat jarak yang harus ditempuh cukup jauh jika para murid tidak memiliki kendaraan.

Ditambah lagi tidak adanya kendaraan umum yang melewati jalan Asir-asir. “Jika menggunakan labi-labi hanya terdapat jurusan Toweren atau Kenawat-kota Takengen. Itupun harus turun di jembatan Bale kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sekitar 2 kilometer hingga ke sekolah. “Kecuali para murid menggunakan becak sampai ke sekolah, namun ketika pulang tetap harus berjalan kaki,” katanya lagi.

Selain itu, hingga saat ini SMAN 12 belum memiliki laboratorium apapun untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Jika memungkinkan guru akan meminta para murid untuk membawa alat peraga ke sekolah, jika tidak maka guru hanya menggunakan alat bantu berupa gambar saja.

Sekolah yang memiliki guru honor sebanyak 5 orang ini baru mempunyai alumni angkatan pertama pada 2010 lalu. “Sebanyak 105 siswa, dan yang harus mengulang hanya 4 orang. Namun dulu masih ada ikut ujian ulang sehingga dapat lulus semua atau seratus persen. Dan ini bagi kami para guru sudah sangat memuaskan,” ujar Prespin.

Menyinggung tentang prestasi yang pernah digondol siswa SMAN 12, dia menjawab jika bidang non akademik, para murid bisa diandalkan. “Sekolah kami kerap menjuarai pertandingan sepak bola, gerak jalan, Bola Voli, Taekwondo, Tinju dan di bidang kesenian. Bahkan beberapa atlit cabang olahraga seperti selam, renang bahakan sudah mengharumkan nama Aceh Tengah di level Aceh maupun nasional,” tutur Prespin. Pernyataan ini diamini oleh Kepsek Ratnawaty yang dikonfirmasi melalui telepon selularnya, Jum’at (13/5).

“Dalam prestasi belajar dan kuantitas siswa memang sekolah kami agak kurang menggembirakan, tapi justru naik prestasinya dibidang ekstra kulikuler,” kata Ratnawaty singkat.

Saat Lintas Gayo berkunjung ke SMAN 12, tampak beberapa murid yang merupakan warga Asir-asir menggunakan lapangan sekolah sebagai wadah olahraga dan tidak menutup kemungkinan yang menggunakan lapangan bukan para siswa sekolah.

“Sejauh mereka tidak merusak sekolah, kami tidak pernah memberikan larangan,” tambah Prespin seraya menyebutkan lokasi sekolah mereka juga kerap dijadikan tempat latihan bagi atlit balap sepeda Aceh yang umumnya merupakan putra Aceh Tengah.

Terkait kegiatan yang digagas Lipga, Prespin mengaku sangat apresiatif karena sangat diperlukan oleh para siswanya. “Jarang sekali LSM yang memiliki program memberikan pelatihan seperti ini ke sekolah-sekolah, biasanya hanya mengadakan try out atau Tes Uji Kemampuan saja. Saya mendukung sekali kegiatan seperti ini karena para siswa sekolah itu merupakan calon penerus bangsa yang memerlukan pengetahuan tentang bagaimana sosok pemimpin yang ideal itu,” papar Prespin.

Seperti yang dituturkan oleh Gusti, trainer sekaligus orang nomor satu di LSM Lipga. “Seorang pemimpin itu haruslah seseorang yang cerdas, berakhlaq bagus, dapat dijadikan tauladan bagi teman- temannya dan tidak gengsi untuk belajar dari orang lain yang lebih pintar dari dirinya,” ujarnya dihadapan sejumlah peserta pelatiahan disekolah tersebut. (yy)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.