Tidaklah berlebihan, Masjid Nur Muhajirin Jl. Bambu Wulung Rt.010/5 Kelurahan Bambu Apus Jakarta Timur, merupakan masjid ni urang Gayo terbesar dan yang pertama berdiri seluruh Indonesia di Perantauan.
Masjid Nur Muhajirin dibangun pada Tahun 1983, ada delapan keluarga besar Gayo yang memprakarsai lahirnya tempat sujud ini. Mereka merupakan keluarga Arisan Gayo sebayung yaitu:
1. H. Mansur Aman Aini
2. H. Gemuruh Alam Aman Desy
3. Zulkifli Aman Ema
4. Syabaruddin Harfa Aman Windy
5. Erwan Mahmud Aman Marisa
6. H. Muda Remaya
7. Mahyuddin Aman Rita
8. Almarhum Aman Satria
Keluarga Arisan Gayo Sebayung menamakan Masjid ini dengan nama Nur Muhajirin. Artinya cahaya pendatang. Awal mulanya pembangunan masjid ini, ala kadarnya, hanya dapat menampung jamaah bulan ramadhan di sekitar masjid.
Kondisi masjid menyedihkan tidak layak sebagai rumah Allah SWT. Tapi jamaahnya sangat antusias mencari ridha Allah SW. Apalagi sesama urang Gayo berkumpul disana, bisa sedikit mengobati kerinduan pada tanah leluhur. Namun semuanya disyukuri, karena itulah swadaya masyarakat Gayo Sebayung dan sekitarnya.
Pada akhir tahun 2014, diusia 31 Tahun Gayo Sebayung dan sekitarnya, renovasi secara total Masjid Nur Muhajirin ini dilakukan. Di atas tanah 700 meter dengan anggaran 1,5 Miliyar, Inysa Allah bulan Juli 2015 masjid kebanggaan urang Gayo perantauan ini dapat difungsikan dengan baik .
Hari itu sabtu tanggal 7 Februari 2015 petinggi Gayo Sebayung dan sekitarnya melaksanakan gotong royong membangun. Kehadiran petinggi Gayo Sebayung dan sekitarnya, memberi warna tersendiri bagi pengurus masjid. Para pengurus sangat bersemangat seperti tidak ada kekurangan.
Sejarah panjang pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1983. Hampir setiap hari Minggu dilaksanakan gotong royong dengan alat seadanya, untuk berdirinya sebuah bangunan masjid. Bahkan dari luar Sebayung urang Gayo juga ikut gotong royong, seperti tokoh masyarakat Gayo, Bapak Alm. M. Rasyid dari Pasar Minggu.
Saat itu setiap dilaksanakan gotong royong ada ganguan dari masyarakat setempat. Mereka beranggapan, para penggotong royong ini sebagai perusak, akan membuat lingkungan tidak nyaman membuat kerusuhan dan sebagainya.
Namun berkat semangat “Ratip musara anguk, nyawa musara peluk”, perlahan tetapi pasti, pembangunan masjid ini terus berlanjut. Pada tahun 2015 ini masyarakat setempat tidak berani lagi menggangu urang Gayo bila sedang gotong royong. Karena sampai sekarang lingkungan menjadi ramah tidak kumuh, fasilitas jalan mulai ada, mudah dilewati mobil, harga tanah diwilayah itu ikut menjadi mahal berkat cahaya pendatang membawa berkah, karena Gayo masyarakat terasa merdeka, Gayo itu Indah.
Mohon doa restunya (doa sempena) pembangunan masjid kebanggaan urang Gayo ini untuk terus dilanjutkan. Bila ada rejeki yang diberikan Allah dan terbuka hati hidayah, untuk membantu, dipersilakan menghubungi Pengurus Masjid Nur Muhajirin Bapak Syabaruddin Harfa Aman Windy HP 0819 3411 4992. (catatan Andrian Kausyar/ Jakarta)