AKHIR-AKHIR ini sering beredar berita di koran, televisi maupun internet berbagai kerusakan moral yang terjadi di negeri ini. Para pelakunya mulai dari mereka yang berkedudukan sebagai pejabat hingga rakyat biasa.
Pelaku kejahatan dan kerusakan moral tidak memandang usia. Baik laki-laki maupun perempuan, orangtua, pemuda, remaja bahkan anak-anak sama-sama pernah menjadi bahan berita.
Di daerah penulis tinggal, pernah terjadi seorang pelajar berusaha membunuh temannya hanya karena rebutan pacar, MasyaAllah. Kasus tak kalah parah (seakan dianggap hal lumrah) adalah bagi-bagi uang dalam Pemilihan Umum (Pemilu), Astagfirullah!
Kondisi ini begitu mencemasakan dan memprihatinkan. Lebih-lebih negeri ini mayoritas penduduknya adalah Muslim. Langsung ataupun tidak tentu ada pihak-pihak yang menyangkutpautkan individu itu dengan agama yang dianutnya.
Sesungguhnya, jika umat Islam mengabaikan agama, bahkan untuk urusan hal-hal sepele saja bisa membuat nama Islam rusak. Sebut saja masalah kebersihan, apalagi sudah kasus kriminal, suap, korupsi, seks bebas dan perilaku buruk lainnya yang dilakukan seorang Muslim tentu lebih mencoreng agama yang haq ini.
Islam telah memberikan pedoman dalam bertingkah laku. Tidak berhenti pada tataran konsep, bahkan Allah Subhanahu Wata’ala telah mengirimkan seorang teladan bagi umat ini yaitu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wassallam, Michael H Hart (yang Nasrani saja) menyebut Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassallam satu-satunya tokoh dalam sejarah yang berhasil mencatat kesuksesan yang sempurna dalam tataran agama maupun dunia.
Sudah seharusnya umat Islam mengikuti jejak Nabinya ini. Semoga kita bersegera dalam meneladani Beliau.
Lantas apa yang harusnya diperbuat umat Islam di abad modern ini? Setidaknya ada empat hal yang harus dilakukan oleh setiap individu Muslim supaya terbentuk perilaku yang islami.
Pertama, berfikirlah sebelum berbuat. Allah Subhanahu Wata’ala menggarunia manusia dengan akal bukan tanpa maksud dan tujuan. Dengan akal ini diharapkan manusia bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Bisa memfikirkan apakah perilakunya itu sesuai dengan syariat Allah Subhanahu Wata’ala ataukah malah melanggarnya.
Jadi berfikir sebelum berbuat ini harus dibiasakan sehingga benar-benar menjadi sebuah kebiasaan umat Islam. Allah Subhanahu Wata’ala melarang manusia melakukan sesuatu yang tidak ia ketahui ilmunya.
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al Israa:36).
Ayat ini memberi petunjuk kepada manusia untuk mencari tahu dulu, mencari ilmu dulu, dan berfikir dulu sebelum melakukan suatu perbuatan karena semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.
Kedua, menjadikan iman sebagai landasan. Artinya, dalam beraktivitas seorang Muslim harus meniatkannya untuk memperoleh ridho Allah Subhanahu Wata’ala.
Dengan niat yang demikian maka akan selamatlah manusia dari memperturutkan hawa nafsu dan cinta dunia. Karena niat yang benar ini akan menuntun manusia untuk berperilaku sesuai syariatNya. Dan dengan perilaku yang senantiasa diikatkan pada syariat Allah Subhanahu Wata’ala, seorang Muslim akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholeh mereka itulah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka disisi Tuhan mereka adalah surga ‘And yang mengalir di bawahnya sungai-sungai mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, Allah ridho terhadap mereka dan merekapun ridho kepadaNya, yang demikian itu adalah balasan bagi orang yang takut kepada TuhanNya.” (QS. Al Bayyinah [98]: 7-8)
Ketiga, pembiasaan. Langkah pertama dan kedua yang telah dibahas tadi harus dijadikan sebagai habits (kebiasaan). Kebiasaan untuk menuntut ilmu, dan mendasari amal dengan iman. Untuk membentuk habits ini dapat ditempuh dengan terus menerus belajar ilmu agama hingga Islam benar-benar menjadi landasan berfikiranya.
Kemudian melakukan repetition (pengulangan) dalam menjalani aktifitas yang baik tadi. Bila perilaku Islami sudah menjadi habits maka tanpa komandopun insyaAllah akhlaq Islam itu akan terpancar dari pribadi Muslim.
Keempat, selanjutnya, usaha untuk berperilaku baik yang sesuai syariat Islam ini harus didukung oleh masyarakat dan Negara.
Keberadaan masyarakat yang peduli dengan anggota masyarakat lainnya akan menjadi kontrol berarti dalam mencegah tindak maksiat maupun amoral lainnya. Demikian pula sistem di negeri ini haruslah mendukung kebaikan dan menutup segala pintu maksiat. Bukan malah membuka kran untuk gaya hidup sekuleris, individualis, kapitalis, hedonis serta kebebasan yang tiada jelas batasannya. Dengan usaha yang demikian semoga perilaku mulia itu terpancar dari semua lapisan umat Islam dan menular kepada umat lainnya. Aamiin. Wallahua’lam..*/Puji Astutik, penulis adalah Kepala Madrasah Diniyah Al Muslimun, tinggal di Trenggalek Jawa Timur. Email: puji.pogalan@gmail.com
Sumber: Hidayatullah.com