Takengen | Lintas Gayo- Pedagang pejuang Gayo, Pang Engrang, saat merebut kemerdekaan, merupakan pedang yang memiliki kekuatan mistis. Dalam pertempuran beberapa gelombang, pedang pejuang ini ahirnya jatuh ke tangan Belanda, bersama gugurnya Pang Engrang.
Namun pedang yang memiliki kekuatan itu tidak mampu dikendalikan oleh kalangan militer Belanda, bahkan sang ratu dari Belanda tidak mau berurusan dengan kekuatan pedang mujahidin dari Gayo ini. Ahirnya sang ratu meminta perwira militernya untuk mengembalikan pedang itu kepada pejuang Gayo yang lain.
Adegan yang penuh haru dan semangat heroik, dimainkan dalam sebuah sosio drama menyambut kemerdekaan RI yang ke 70. Usai upacara bendera di lapangan Setdakab Aceh Tengah, para siswa dan siswi dari SMA 8 unggul Takengen, bersama personil Danramil 01 Bebesen, menunjukkan kebolehan dalam melakoni peristiwa perjuangan.
Semangat Allahhuakbar, isak tangis, serta aktifitas perempuan Gayo dalam membantu kaum lelaki mengusir penjajah, semuanya diperagakan dengan jelas dalam adengan yang disutradarai Win Gemade ini.
Semangat heroik mengusir penjajah oleh pejuang Gayo, sampai ahirnya terbentuk militer di negeri ini, semua dilakoni oleh pelajar SMA 8 unggul Takengen ini dengan penuh penjiwaan, bahkan ketika “sebuku” ratap tangis atas gugurnya para pejuang ini, benar-benar mengucurkan air mata dan yang menyaksikanya dibuat merinding. (Iqoni RS)