RATUSAN ruang belajar hancur berserak ke bumi. Ribuan pelajar terpaksa belajar digedung darurat. Namun Pemda Aceh dan Dinas Pendidikan Aceh “tutup mata”. Membiarkan persoalan itu ditangani sendiri oleh korban.
Sampai 2015 ini, Waspada masih menyaksikan gedung sekolah beralaskan bumi di atas puing-puing amukan gempa. Masih berdinding triplek. Sarana belajar tetap darurat. Mengapa Pemda Aceh tidak membantu pembangunan gedung sekolah yang terkena musibah nasional ini?
Pertanyaan itu sering Waspada dengar dari berbagai kalangan. Gempa Gayo 2 Juli 2013 telah membuat negeri ini berduka. 20.000 ribu lebih perumahan penduduk yang rusak, ratusan gedung pemerintah, dan ratusan sarana ibadah berkeping ke bumi, termasuk di dalamnya 421 ruang belajar.
Sejak 2013 hingga sekarang ternyata gedung sekolah yang hancur itu belum ada yang dibangun dengan dana bersumber dari Pemerintah Aceh. “Anda mengikuti perkembangan Gempa Gayo. Tentunya sudah punya catatan, dari mana saja dana pembangunan sekolah yang hancur akibat gempa,” sebut Nasaruddin, Kadis Pendidikan Aceh, ketika Waspada meminta tanggapanya.
Daerah yang tertimpa musibah mendapat tugas berat membangun kembali berbagai prasana yang hancur, termasuk di dalamnya sarana pendidikan. Terpaksa “daerah” mengemis ke Jakarta, karena tidak mungkin seluruhnya ditangani daerah.
Namun sampai dengan 2015 masih ada puluhan ruang belajar yang belum dibangun. “Ya kita masih mendapat tugas mencari dana untuk pembangunan puluhan ruang belajar dari 8 unit sekolah yang belum dibangun,” sebut Bupati Aceh Tengah Nasaruddin, ketika diminta keteranganya secara terpisah.
Kedua Nasaruddin ini (Bupati dan Kadis Pendidikan) nyaris memberikan keterangan yang sama walau berbeda redaksi. “Tahun 2015 ada beberapa sekolah yang dibangun dengan sumber dana dari APBK Aceh Tengah dan APBN”.
“Paska gempa kita berupaya meyakinkan dan melobi berbagai pihak untuk membantu pembangunan gedung sekolah . Sampai kini mayoritas sudah terbangun, namun masih ada puluhan gedung yang belum,” sebut Nasaruddin Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tengah.
Amukan gempa menyisakan catatan sejarah. Ada 180 SD mengalami kerusakan berat, 33 sedang. Untuk SMP 17 unit, 3 diantaranya rusak sedang. Sementara SMA 2 unit dan satu unit SMK.
Menurut Nas, pada tahun ini ada 10 unit sekolah yang dibangun. Meliputi SD 8 Kebayakan, SD 1 Bebesen, SD 9 Silih Nara, SD 15 Silih Nara, SD 2 dan SD 5 Rusip Antara, SD 11 Bintang, SD 10 dan SD 12 Silih Nara, serta SD 9 Ketol.
Masih ada 8 sekolah lagi yang belum dibangun. SMK 3 Takengen. SD 1 Ketol (Relokasi Kampung Bah), SD 9 Kute Panang, SD 10 Ketol (relokasi Kampung Serempah). SD 17 Ketol. SD 7 Bebesen, Atu Gajah, SD 15 Ketol dan SD 21 Ketol Terang Engon.
Sisa sekolah yang belum dibangun ini dananya dari mana? Sebagian dari APBK yang sudah setiap tahun dianggarkan. Lainya? “ Kita doakan pemerintah Aceh juga ada perhatianya terhadap pendidikan akibat gempa ini. Karena ini kan dearah mereka juga,” sebut Nas.
Waspada masih teringat ketika bertemu dengan Kadis Pendidikan Aceh saat dijabat Anas M. Adam, di lokasi amukan gempa. “Ini musibah besar, semoga semuanya tabah. Kita juga akan membantu mencari jalan keluarnya agar gedung yang rusak cepat dibangun. Untuk sementara gedung darurat dulu,” sebut Anas M.
Hingga kini Pemerintah Aceh, belum ada mengusulkan anggaran untuk pembangunan sekolah yang hancur akibat gempa ini. Mungkin Pemda baru mengusulkan setelah sekolahnya selesai dibangun? (Bahtiar Gayo/ Waspada, Senin 31/08/2015)