Oleh : drg. Leny Sang Surya
Dewasa ini, seringkali kita mendengar kata-kata statistik/statistika. Kata ini sering digunakan oleh para ilmuan diseluruh dunia, yang mana kita sebagai orang awam sering bertanya-tanya apa itu statistika, apakah itu nama orang atau semacam istilah apakah itu…??? kenapa banyak orang-orang diluaran sana membicarakan masalah statistik…??? Bahkan dalam pengucapannya pun terbilang cukup susah, sta-tis-tik bahkan seringkali kita mendengar orang meng-eja dengan stas-tis-tik.
Kebanyakan orang mendengar kata-kata statistik dari media visual seperti televisi, misalnya pada saat pertandingan sepakbola, seringkali kita mendengar komentator berbicara mengenai peluang yang dalam bahasa statistik dikenal dengan probability dan menampilkan angka dan data tentang perbandingan banyaknya peluang kesebelasan A dan B dalam mencetak gol dikandang lawan, peluang melakukan tendangan sudut, lemparan ke dalam, peluang mendapatkan pelanggaran dan sebagainya.
Statistik merupakan sebuah ilmu, yang mana sering kali banyak orang menghindari dan membenci ilmu ini, ilmu yang dibilang rumit, ilmu tebak-tebakan, bermain dengan angka-angka, ilmu yang ngga penting, dan ilmu khayal-mengkhayal.
Yaaa, tepat sekali ilmu yang membuat kita mengkhayalkan sesuatu memprediksi dan membuat sebuah estimasi segala sesuatu yang masih fiksi untuk menjadi pasti yang dapat diperjelas untuk menjadi sebuah kejelasan yang dibuktikan dengan fakta dan diperkuat dengan data. Bicara statistik bicara tentang data, tanpa adanya data, itu semua hanya omong kosong belaka. Apa yang dimaksud dengan data…??? data semacam apa…??? banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang membuat kita penasaran tentang statistk, banyak istilah yang harus kita ketahui, dan tidak ada salah dan ruginya kita sebagai orang awam mempelajari dan memahami ilmu ini.
ilmu statistik telah dikenal sejak zaman Romawi. Pada saat itu, penggunaan ilmu statistik masih terbatas pada kepentingan negara yang berisi data tentang jumlah penduduk menurut umur, jenis kelamin dan pekerjaan. Data ini digunakan untuk menarik pajak dan wajib militer.
Pemerintah Indonesia telah menyatakan dalam Undang-Undangnya menetapkan “Hari statistik” jatuh pada tanggal 26 September. Hari statistik pertama kalinya diperingati pada tanggal 26 september 1996 dan pada hari itu disosialisasikan logo hari statistik dan dicantumkan pada kulit buku, sticker ataupun surat menyurat yang berlangsung selama bulan september tahun 1996 tersebut.
Dimana tujuan penetapan hari statistik tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran statistik bagi para responden, produsen dan konsumen data agar dapat memberdayakan secara maksimal semua pelaku menuju terwujudnya sistem statistik nasional.
Bagi petugas statistik, pemberdayaan tersebut dilakukan antara lain dengan mempertajam cara pandang, memperluas wawasan serta menanamkan budaya kerja yang paripurna. Hal-hal tersebut tentunya sangat diharapkan agar mampu memacu gairah menuju kesatuan tekad dalam menyajikan statistik yang andal, lengkap, tepat, akurat dan terpercaya.
Ilmu statistik berkembang dengan pesat, saat ini ilmu statistik dapat digunakan sebagai alat bantu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan pada berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu pertanian, industri, psikologi, ekonomi, manajemen, bisnis, hukum, ilmu kesehatan masyarakat serta ilmu kedokteran. Dalam perkembangannya, ilmu statistik telah menemukan padanannya yaitu dengan menggunakan komputer, dengan perkembangan komputer sehingga metode statistik dapat berkembang dengan cepat sekali. Dalam perkembangannya terlihat betapa peranan statistik sangat menonjol sebagai alat bantu dalam menentukan suatu kebijakan. Ilmu statistik dapat menjawab permasalahan yang dahulunya dianggap rumit, tapi saat ini mendapat jawaban dengan melakukan pengolahan dengan menggunakan komputer.
Berikut pengertian statistik yang saya kutip dari buku salah seorang dosen statistik disalah satu Universitas Negeri di Indonesia. “Statistik merupakan sekumpulan konsep dan metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasi data tentang bidang kegiatan tertentu dan mengambil kesimpulan dalam situasi dimana ada ketidakpastian”. Untuk beberapa dekade, statistika semata-mata hanya dikaitkan dengan penyajian fakta-fakta dan angka-angka tentang situasi perekonomian, kependudukan, dan politik yang terjadi disuatu negara. Sampai sekarangpun banyak dijumpai laporan-laporan pemerintahan yang memuat dokumentasi numerik dan menggunakan judul “Statistika Produksi Pertanian”, “Statistika Pendidikan”, “Statistika Tenaga Kerja”, dan lain sebagainya yang merupakan sisa-sisa arti asli dari kata-kata statistik.
Sebagian besar masyarakat masih mempunyai pengertian yang salah bahwa statistik itu hanya semata-mata berkaitan dengan susunan angka-angka yang membosankan dan kadang-kadang diselingi dengan sederetan grafik yang terlihat rumit dan membingungkan. Namun demikian, sangat penting untuk diingat bahwa metodologi dan teori statistik modern telah membuat lompatan yang jauh lebih maju daripada hanya sekedar kompilasi grafik-grafik dan tabel-tabel angka. Secara garis besar, tahapan kegiatan didalam statistik biasanya dibagi dalam beberapa tahap, yang mana urutannya dimulai dari pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, dan analis/interpretasi data. Penggunaan metode statistik telah merambah bidang ilmu kesehatan. Walaupun demikian, perkembangan statistik kedokteran mengalami hambatan karena masih banyak para klinisi yang tidak setuju penggunaan metode statistik dalam bidang kedokteran dengan alasan statistik hanya merupakan kumpulan angka-angka yang tidak sesuai dengan kenyataan dan etika kemanusiaan. Alasan lain tidak digunakannya statistik dalam bidang kedokteran adalah karena perhatian dokter hanya tertuju pada penderita secara individu dan setiap penderita akan berbeda dengan penderita lainnya sehingga kontribusi statistik dianggap sangat kecil untuk kemajuan bidang ilmu kedokteran.
Untuk menyatakan bahwa statistik hanya merupakan permainan angka-angka, Darrell Huff secara provokatif menulis buku yang berjudul “How to lie with statistics” dan Arthur Koestler menyatakan bahwa statistik bagaikan “bikini” karena bagian yang menarik untuk diperlihatkan, sedangkan yang bagian vital ditutupi. Demikian pula Disraeli menyatakan ada tiga dusta, yaitu “dusta, dusta besar, dan statistik”. Kondisi tersebut berlangsung terus hingga menghambat kemajuan penggunaan metode statistik dalam bidang kedokteran. Walaupun demikian, data statistik sangat dibutuhkan oleh para dokter untuk menarik kesimpulan, misalnya bila seorang dokter gigi ingin membandingkan dua macam obat A dan obat B, mana yang lebih efektif dalam menekan rasa sakit pada syaraf gigi. Dokter memberikan obat A kepada seorang penderita yang mengalami sakit gigi, dimana giginya mengalami infeksi yang sudah mencapai syaraf gigi dan ternyata obat tersebut mampu menenangkan syaraf gigi dengan menekan rasa sakit sehingga pasien tidak merasakan sakit lagi pada giginya. Sedangkan pada pasien berikutnya yang juga mengalami sakit gigi dan infeksi juga sudah mencapai syaraf gigi, si dokter memberikan obat B, akan tetapi obat tersebut tidak mampu menekan rasa sakit dan pasien masih merasakan rasa sakit. Kemudian si Dokter langsung menyimpulkan bahwa obat A bekerja lebih efektif daripada obat B. Untuk dapat menyimpulkannya, maka dibutuhkan data statistik untuk menguatkan temuan tersebut. Dalam hal ini kita harus mengkontrol karaktesistik pada kasus yang sama dan diagnosa yang sama sehingga baru bisa dilakukan perbandingan secara adil. Bisa saja kedua pasien tersebut sama-sama mengalami infeksi yang sudah mencapai syaraf gigi, akan tetapi memiliki diagnosa yang berbeda, yang satu giginya masih vital dan yang satu lagi sudah nonvital. Sehingga efek dari pemberian obat jadi berbeda. Untuk itu sebagai seorang dokter, sebagai tenaga klinisi maupun sebagai peneliti, perlu juga diperhatikan ketelitian dalam menegakkan diagnosa dan mengkontrol faktor-faktor yang mungkin.
Contoh lainnya apakah ada pengaruh dan seberapa besar pengaruh faktor malas dan takut memeriksakan gigi ke dokter gigi sehingga berdampak memiliki gigi berjejal. Dalam kasus ini dimana seorang ibu mengeluhkan anaknya mengalami gigi berjejal pada rahang atas dan rahang bawah, padahal dia sebagai orang tua begitupun dengan ayahnya sianak mempunyai gigi yang tidak berjejal bahkan bisa dibilang normal, sehingga si ibu menyalahkan anaknya karena sewaktu kecil anaknya merasa takut dan tidak mau diajak ke dokter gigi untuk memeriksakan gigi. Dalam kasus ini, banyak faktor yang harus dipertimbangkan, diantaranya adalah faktor keturunan dimana perkawinan ibu yang mempunyai gigi yang kecil dan rahang yang kecil dengan ayah yang mempunyai gigi besar dan rahang yang besar, menghasilkan anak yang mempunyai gigi besar turunan dari ayahnya dan rahang yang kecil turunan dari ibunya, ini tidak menutup kemungkinan untuk terjadi, atau faktor lainnya anak tersebut mempunyai gigi berlebih dalam susunan tulang rahangnya yang disebut dengan anomali jumlah gigi, faktor lainnya asupan gizi sianak yang kurang pada masa tumbuh kembangnya sehingga pertumbuhan rahangnya menjadi tidak berkembang sebagaimana mestinya sesuai dengan umurnya, atau benar adanya bahwa ini terjadi karena sianak tidak mau memeriksakan gigi sewaktu kecil sehingga gigi yang seharusnya sudah waktunya lepas akan tetapi belum lepas sehingga pada saat tumbuhnya gigi permanen menjadi kekurangan ruangan sehingga berjejal tumpang tindih satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini banyak faktor yang harus diperhatikan dan perlu dilakukan observasi pada pasien lainya untuk menyatakan bahwa ada pengaruh malas dan takut memeriksakan gigi ke dokter gigi serta berapa besar pengaruhnya terhadap gigi berjejal. Jadi dalam menyimpulkan segala sesuatu tidak boleh secara terburu-buru hanya berdasarkan dari satu pasien saja, akan tetapi diperlukan lebih banyak lagi observasi pada pasien-pasien yang lainnya. Karena pada prinsipnya menyimpulkan sesuatu harus berdasarkan data.
Ini yang sering dikeluhkan oleh para dokter dalam menggunakan metode statistik didalam penelitiannya, dimana kasus-kasus semacam ini sifatnya secara individu lebih dikenal dengan studi kasus sedangkan aplikasi ilmu statistik kebanyakan lebih menekankan pada kasus-kasus yang sifatnya berkelompok. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri juga, kemajuan dibidang kedokteran didukung oleh pemakaian metode statistik. Sebagai contoh statistika kesehatan sangat bermanfaat untuk kepentingan administratif, seperti merencanakan program pelayanan kesehatan, menentukan alternatif pelayanan masalah kesehatan, dan melakukan analisis tentang berbagai penyakit selama periode waktu tertentu yang disebut juga dengan time series analysis. Selain itu, statistik kesehatan juga berguna untuk menentukan penyebab timbulnya penyakit baru yang belum diketahui atau untuk menguji manfaat obat bagi penyembuhan penyakit tertentu setelah hasil uji klinik dinyatakan berhasil.
Statistik kesehatan secara administratif dapat digunakan untuk memberikan penerangan tentang kesehatan kepada masyarakat, misalnya informasi tentang pentingnya Inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian imunisasi, penularan penyakit HIV/AIDS, dan lain sebagainya. Statistika kedokteran dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah kedokteran, misalnya angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas) yang disebabkan oleh penyakit tertentu. Informasi tersebut dapat digunakan untuk merecanakan program pelayanan kesehatan atau untuk mengadakan penelitian guna mengetahui penyebabnya sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan dan pengobatan agar angka kematian karena penyakit tersebut dapat dikurangi.
Statistik kedokteran merupakan suatu pedoman yang penting dalam penarikan kesimpulan dari hasil penelitian dalam upaya mencari efektivitas dan efisiensi obat untuk penyembuhan penyakit. Oleh karena itu, pengetahuan tentang prinsip dasar metode statistik serta aplikasinya dibutuhkan oleh para dokter. Namun, perlu dipahami bahwa metode statistik dalam bidang kedokteran bukan merupakan satu-satunya alat bantu untuk untuk menarik kesimpulan karena masih banyak alat pendukung lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologis, pengalaman klinik, dan lainnya.
Jadi pada dasarnya, statistik dibutuhkan dan tanpa disadari seringkali digunakan bagi kehidupan sehari-hari, bagi pemerintah dimana tujuan penetapan hari statistik dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran statistik bagi para responden, produsen dan konsumen data agar dapat memberdayakan secara maksimal semua pelaku menuju terwujudnya sistem statistik nasional. Bagi petugas statistik, pemberdayaan tersebut dilakukan antara lain dengan mempertajam cara pandang, memperluas wawasan serta menanamkan budaya kerja yang paripurna. Hal-hal tersebut tentunya sangat diharapkan agar mampu memacu gairah menuju kesatuan tekad dalam menyajikan statistik yang andal, lengkap, tepat, akurat dan terpercaya.
Selamat Hari Statistik Nasional, jadilah orang yang tau dengan data dan berkontribusi terhadap negara.
Artikel ini ditulis, dalam rangka memperingati Hari Statistik Nasional
Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Biostatistik Universitas Indonesia