Takengen | Lintas Gayo- Tanah longsor tetap turun dari gunung, walau hujan sudah berhenti. Rembesan air membawa tanah dari atas. Terlihat tumpukan tanah yang jatuh dan mengalir ke bawah dibawa air.
Namun jalan dibekas longsor itu harus dilalui. Di jalan setepak ini tidak ada pegangan. Hanya mengandalkan keberanian dan keseimbangan tubuh. Semuanya harus dilalu demi menunju Kampung Kute Keramil, Kecamatan Linge, yang ditimpa bencana longsor. Para musibah di sana butuh tenaga medis.
Dalam kondisi hujan, berlumpur, ada kalanya berjalan kaki, naik sepeda motor, bahkan mobil medis harus didorong, semuanya dilakukan dengan ihklas demi para korban mendapatkan pelayanan medis. Itulah sekilas pengalaman wanita tangguh, Nurhayati Simanjorang, Kabid Pengendalian kesehatan di Dinas Kesehatan Aceh Tengah.
Lintas Gayo terkejut ketika Nurhayati menampilkan foto kegiatanya di FB. Ketika diminta menyebutkan pengalamanya, kabid pengendalian kesehatan ini, menuturkan kisahnya. Saat mendapat kabar kawasan kecamatan Linge, tertimpa musibah pada Oktober 2015 ini, dia bersama tim medis lainya dan unsur Muspika Kecamatan bersiap-siap ke sana.
Tetapi menuju Kute Keramil saat musibah tidaklah mudah. Jalan dari Burlintang tidak dapat dilalui, harus memutar via Tanoh Abu, kemudian turun ke bawah menuju jembatan Gading. “Dek dekan juga, ketika melihat jembatan Gading yang juga disapu banji,” sebut Nurhayati.
Tidak ada pilihan, sang supir yang sudah terbiasa dengan medan “maut” memberanikan diri melintasi jembatan yang bila salah langkah, nyawa tantanganya. Dibawahnya air bergumpal lumpur terlihat di sela-sela air deras.
“Alhamdulillah kami berhasil melewati jembatan Gading, kemudian menuju ke Isaq. Kembali kami menghadapi tantangan,” sebutnya. Mobil terperosok di jembatan Isaq. “Dengan Bismilah, Pak Camat, Danramil, Kapolsek, serta tim medis mengangkat mobil yang terperangkap di tengah jembatan. Luar biasa, mampu diangkat dan dapat kembali melanjutkan perjalanan.”
Kami melanjutkan perjalan, baru beberapa menit, kembali bertemu dengan tumpukan lonsgor di jalan. “Aduh bagaimana mau lewat? Muspika Kecamatan Linge dan tim medis, tetap bertekad apapun tantanganya harus sampai dilokasi korban. Pilihan terahir, mobil harus melintasi longsor dengan mendorongnya,” sebut Nurhayati.
Dalam lumpur, tubuh mulai basah, “pasukan “ kemanusian ini harus mengeluarkan tenaga ekstra, untuk mendorong mobil. Sementara yang wanita, dibebaskan dari mendorong mobil dan harus turun berjalan kaki diantara lumpur yang licin. Lumpur yang dibawa air masih turun diantara beberapa tumpukan longsor. (Fazri Gayo/Iqoni RS) .Bersambung.
berita terkait : Menyabung Nyawa Demi Tugas Kemanusian (2)