Takengen | Lintas Gayo – Pakar prasejarah Sumatra , Ketut Wiradnyana mengatakan temuan aksara Gayo harus ditindaklanjuti.
Menurut Ketut Wiradnyana dari Balai Arkeologi Medan, temuan tersebut ditindaklanjuti dengan penelitian yang lebih khusus dan mendalam.”Dinas yang terkait dengan temuan ini, seperti dinas kebudayaan harus mulai melakukan dengan mengumpulkan bukti -bukti yang terkait temuan ini”, kata Ketut Rabu, (25/10)
Dikatakan , aksara Gayo yang telah diseminarkan ini perlu diteliti agar diketahui apakah aksara ini baru dibuat atau memang merupakan warisan budaya Gayo yang sudah ada sejak dahulu.
“Perlu diketahui apakah teks aksara Gayo ditulis atau disimpan pada daun, kayu atau pada batu. Ini yang harus dicari seperti di tempat lain yang tertulis di daun lontar dll”, jelas Ketut.
Karena menyangkut penelitian, diperlukan waktu dan biaya , untuk itulah dinas terkait harus terlibat karena menyangkut khasanah kekayaan budaya.
Selain itu, tambah Ketut , temuan aksara Gayo harus ditindaklanjuti dengan ilmu Filologi.
Filologi adalah ilmu yang mempelajari bahasa dalam sumber-sumber sejarah yang ditulis, yang merupakan kombinasi dari kritik sastra, sejarah, dan linguistik.
Hal ini lebih sering didefinisikan sebagai studi tentang teks-teks sastra dan catatan tertulis, penetapan dari keotentikannya dan keaslian dari pembentukannya dan penentuan maknanya. Filologi juga merupakan ilmu yang mempelajari naskah-naskah manuskrip, biasanya dari zaman kuno.
Ketut Wiradnyana , peneliti senior di Balar Medan akan kembali melakukan penelitian prasejarah di Gayo pada bulan November nanti.
“Penelitian nanti masih melakukan penggalian di Mendale dan di Loyang Putri Pukes. Di Loyang Pukes pernah ditemukan batu kapak”, papar Dr.
Ketut yang dijuluki Aman Met atau Bapak Mayat (Win Ruhdi Bathin/LG010)
Deskripsi Dr. Ketut Wiradnyana,M.Si
Utama bidang Arkeologi Prasejarah yang biasa di sapa Pak Ketut ini lahir di Jembrana, Bali dan mengabdi di Balai Arkeologi Sumatera Utara sejak tahun 1994. Gelar S1 Arkeologi diperoleh dari Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra, Universitas Udayana, Bali. Melanjutkan ke jenjang S2 di Program Studi S2-Antropologi Sosial, Universitas Negeri Medan, Medan. Jenjang S3-nya diperoleh dari Program Studi S3-Ilmu Sosial, Universitas Airlangga, Surabaya. Pak Ketut ini memiliki fokus kajian pada budaya Hoabinh dan budaya penutur Austronesia di Sumatra bagian utara. Saat ini, penelitian yang sedang intensif dilakukan adalah Penelitian Arkeologi di Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang, Aceh Tengah.
Banyak karyanya yang telah diterbitkan seperti di Jurnal Internasional, ESJ dan juga Jurnal akreditasi nasional seperti kapata arkeologi; naditira widya; forum arkeologi, Amerta, dan lain-lain.
Selain itu, beberapa buku juga telah diterbitkan secara nasional seperti Prasejarah Sumatra bagian utara; Gayo Merangkai Identitas