Takengen | Lintasgayo-com – Pengerjaan pembangunan drainase beranggaran milyaran rupiah dari dana APBN di jalan antar kabupaten, tepatnya di sisi jalur Kp. Tan Saril, Bebesen-Kp. Kayukul, Kec. Pegasing, Aceh Tengah menelan korban. 1 meninggal dunia dan 2 kritis.
Peristiwa naas yang menimpa para pekerja di sub proyek PT. Ketiara tersebut terjadi, Kamis (1/3) sekira pukul 11.30 WIB. Satu orang meninggal dunia di tempat dan dua lainnya kritis dan dilarikan ke RSU Datu Beru Takengen.
Informasi dihimpun Media LeuserAntara. com di lokasi musibah Kp. Pendere, penyebab musibah itu terjadi lantaran tanah di atas pengerjaan jalan longsor dan menimpa tiga pekerja drainase yang berada di bagian bawah.
Diduga pihak rekanan yang melakukan pengerukan tidak melakukan sefty untuk pengaman guna mencegah pergerakan tanah yang labil. Ketiga korban baru dapat dievakuasi oleh petugas dan dibantu masyarakat setelah setengah jam paska kejadian.
Ali Saman, mandor pengerja proyek saat dimintai keterangannya di lokasi musibah menyebutkan, pihaknya akan bertanggungjawab atas korban yang tertimpa material tanah.
“Korban sudah dibawa ke rumah sakit. Sedang yang meninggal dunia akan kami urus sampai ke pemakaman,” kata Ali sembari mengaku tidak mengetahui nama korban, karena mereka direkrut oleh kepala tukang.
*Tuai Ragam Persoalan
Catatan media ini, selain peristiwa naas itu, dari awal pengerjaan proyek beranggaran milyaran rupiah tersebut menuai keluhan di tengah masyarakat. Hal itu lantaran “arogansi” pihak oknum rekanan yang melakukan pengerjaan tanpa gantirugi.
“Kami tidak melarang proyek ini dikerjakan. Tapi jangan sampai merugikan warga. Halaman kami sebagai jalur masuk ke rumah dikeruk dan tidak ada kopensasi apapun.”
“Sementara, untuk beraktifitas kami terpaksa membuat jembatan darurat di atas paret proyek. Biayanya cukup besar, diperlukan setidaknya 10 keping papan dengan harga Rp40.000/lembar ditambah 3 tiang (Rp65.000/batang),”ungkap warga di sepanjang pengerjaan proyek itu.
Artinya, warga yang terkena imbas proyek ini, bila membeli bahan kayu untuk membuat jembatan darurat, mereka terpaksa mengeluarkan cost senilai Rp595.000/KK (Kepala Keluarga).
*Pipa Diputus, Warga Kesulitan Air Bersih
Selain persoalan itu, dampak proyek ini juga berimbas terhadap kebutuhan air bersih di Kp. Kayukul, Kec. Pegasing. Sebagian warga di sana sudah sekitar tiga pekan kesulitan air bersih dari PDAM karena putusnya pipa dampak penggalian proyek.
Untuk permasalahan ini, sebelumnya Bambang alias Bembeng penanggungjawab PT Ketiara saat dikonfirmasi mengaku, pihaknya saat itu sedang mengupayakan koordinasi dengan PDAM Tirta Tawar untuk secepat mungkin membantu pasokan air yang putus akibat patahnya pipa.
“Dalam satu, dua hari ini saya pastikan airnya sudah masuk, anggota saya juga siang malam akan berupaya membantu. Namun jika perbaikan tidak kunjung selesai, saya akan bantu alat pompanisasi sebagai alternatif,” ucap Bembeng.
Mirisnya, sampai berita ini diturunkan Bembeng selaku pihak rekanan pengerjaan proyek drainase di jalur tersebut belum kunjung menunaikan janjinya. Dihubungi via sambungan seluler setelah pertemuan itu tidak memberikan tanggapan. ( Irwandi MN/Leuser Antara. com)