“Syair syair Gayo yang kamu buat sudah dikemas dalam lagu. Kita butuh waktu dan mencari moment yang tepat. Album kita akan lounching,” sebut Kandar SA, musisi Gayo, kepada saya.
Belum sempat album baru Kandar SA lounching, dimana karangan saya banyak di dalamnya, Allah maha berkehendak. Musisi Gayo ini menghadap ilahi, Jumat ( 7/12/2018) sekitar jam 23. 00 WIB di Jakarta. Vokalis Gayo dengan ciri khas ini sudah menyelesaikan tugasnya di muka bumi.
Kabar duka itu menggema di dunia. Gayo berduka, mereka telah kehilangan seniman yang sudah cukup banyak mengumandangkan lagu Gayo. Maestro musisi yang tak pernah lelah dalam berkarya.
Album baru Kandar yang dikemas cukup luar biasa. Bahkan menurut almarhum akan menjadi petuah sepanjang masa, selama Gayo tetap ada, belum sempat dinikmati publik itu. Album itu digarap bersama musisi Joel Tampeng. Ciri khas musik SABA ada di dalam lagu, namun ahli music ini memadukanya dengan ramuan rock, ciri khas Joel Tampeng.
Saya bersama almarhum menyaksikan album yang belum dilounching itu di kediaman Aman Ruwes di Paya Tumpi, Takengon. “ Dek, guwel ko mulo lagu kami. Si ngarang lagu ni kati erahe ngen si nge buetni. (Dek kau putar dulu kami, biar sang pengarang melihatnya bagaimana perkembangan album ini),” sebut Kandar pada Aman Ruwes.
Saya merinding ketika menyaksikan karangan saya dibawakan Kandar. “Osop Beperah” judulnya, lagu ini pertama kalinya dikumandangkan Kandar bersama musisi Joel Tampeng di Unsyiah Banda Aceh dalam event Nahma ni Gayo.
Lagu yang mengisahkan bagaimana hancurnya bahasa dan budaya Gayo bila tidak dipertahankan. Semuanya akan tinggal nama, bila orang Gayo tidak melestarikanya. Demikian dengan lagu Munarun Ruwesmu, ada tetesan air mata saya, ketika syair saya dijadikan lagu. Perjuangan orang tua untuk anaknya, sampai berkorban nyawa.
Selain itu ada lagu tekabur, ama ine, anakku, tuh tibuk jele kemang. Janyi wan nipi. Berume. Gurungku dan tajuk.
Ada lagu romantis yang saya karang,” tuh tibuk jele kemang,” dialunkan almarhum bersama Ila Hasan. Lagu yang mengisahkan kesetian calon pasangan hidup dalam memegang amanah kasih sayang yang dititipkan Allah di relung hatinya.
Ketika lagu itu saya putar dalam bus Pemda, saat kami pulang dari Banda Aceh dalam rangka PKA ke 7, Dahlan sang penari Sining, bertanya kepada saya. “Mengapa lagu itu ada pada abang”?
Ketika saya jelaskan lagu lagu yang dibawa Kandar, mayoritas karangan saya, Dahlan, penari Guwel ini tersenyum. Dia menyebutkan, sudah mendengar lagu yang belum beredar itu di kediaman Aman Ruwes (Adek).
Album itu belum sempat dinikmati publik, hanya kalangan tertentu yang sempat mendengarnya. Kini sang pencipta album itu sudah kembali ke ilahi. Tugasmu sudah selesai di muka bumi ini saudaraku.
Selamat jalan sahabatku, selamat jalan Kandar. Karya karyamu akan tetap dikenang dan tetap hidup di relung jiwa. Semoga Allah menempatkan dirimu di surga……!!!
Catatan Bahtiar Gayo Wartawan Senior di Aceh Tengah