TAKENGON – Potensi di bidang peternakan hewan di Kabupaten Aceh Tengah dinilai sangat besar, sehingga bisa dikembangkan lebih intensif lagi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah berhawa dingin itu.
Kepala Bidang Kesehatan Ternak Dinas Peternakan Kabupaten Aceh Tengah, Rahmandi, menyatakan, pengembangan ternak secara besar-besaran sangat memungkinkan dilakukan di daerah ini, karena potensinya cukup besar.
Dikatakan, nilai transaksi penjualan ternak kerbau di daerah dataran tinggi Gayo itu mencapai ratusan juta rupiah setiap tahun.
“Dari kerbau saja tidak kurang Rp500 juta setiap tahunnya diperdagangkan. Belum lagi dari ternak sapi dan kuda,” sebut Rahmandi.
Dikatakan, saat ini populasi ternak kerbau di Aceh Tengah mencapai 20 ribu ekor yang tersebar di beberapa kecamatan.
“Kecamatan yang menjadi lokasi peternakan adalah Kecamatan Linge, Bintang, dan Kecamatan Kebayakan,” tambahnya.
Masyarakat Gayo, kata Rahmandi, sudah mengenal pola peternakan tradisional sejak dahulu yang ditandai dengan ditetapkannya berbagai lokasi untuk peternakan kerbau.
“Pola peternakan tradisional masyarakat Gayo hingga saat ini masih terjaga dan merupakan sumber ekonomi selain kebun kopi,” katanya.
Kini, lanjut dia, potensi terbesar setelah kerbau adalah peternakan sapi bali yang berkembang baik di Takengon.
Saat ini, di Ketapang Waq, Kecamatan Linge, lebih kurang 1.000 ekor sapi bali diternakkan dengan pola modern.
“Dalam beberapa hari ini, 105 ekor sapi bali dari peternakan Ketapang akan dilelang. Sistemnya bagi hasil antara Pemda Aceh Tengah dan peternak,” ujarnya.
Selain kerbau dan sapi bali, populasi kuda lokal dan peranakan dengan kuda Australia sudah mencapai 200 ekor dan terus berkembang.
Sumber : waspada.co.id
foto : az
Comments are closed.