Penelitian Pra Sejarah Takengon di Lanjutkan

TAKENGON – Balai Arkeologi (Balar) Medan, Sumatera Utara akan melanjutkan penelitian dengan cara eksavasi (penggalian) dan analisa carbon, mengingat pentingnya temuan manusia prasejarah di Ceruk Mendale, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, bagi perkembangan arkeologi dunia.

Ketua Tim peneliti Balar Medan Ketut Wiradnyana di Takengon, Jumat, menyatakan, pihaknya bertekad melanjutkan penggalian di Ceruk Mendale, karena temuan manusia prasejarah di daerah itu sangat penting untuk dilanjutkan demi ilmu pengetahuan dunia.

“Kami akan melanjutkan menggalian lagi, karena apa yang terungkap selama ini masih sangat terbatas,” tambahnya.

Untuk keperluan penelitian lanjutan itu Balar Medan, menurut Ketut, harus dilakukan lobi dan meyakinkan pemerintah pusat, karena anggaran penelitian berasal dari sana.

“Balar Medan membawahi lima provinsi di sumatera. Hampir tiga tahun ini, kami memakai anggaran tersebut untuk penelitian arkeologi di Takengon. Hasilnya memang luar biasa dengan ditemukannya kerangka manusia prasejarah. Tapi penelitian tersebut perlu dilanjutkan,” sebut Ketut.

Saat ini, lanjutnya, sebagian sampel kerangka manusia prasejarah yang ditemukan sebelumnya, sedang dilakukan analisa karbon (carbon dating), guna mengetahui secara ilmiah usia manusia prasejarah yang ditemukan sebelumnya di ceruk Mendale dan Ujung Karang Kecamatan kebayakan.

“Dalam minggu ini, hasil analisa karbon bisa diketahui setelah diteliti Batan. Pembiayaan untuk analisa karbon dibantu Pemkab Aceh Tengah mengingat terbatasnya anggaran Balar,” kata Ketut.

Ia memberikan apresiasi kepada Pemkab Aceh Tengah karena telah membantu biaya analisa karbon sehingga secara pasti umur dari kerangka manusia prasejarah dapat diketahui.

“Tahun depan, kita harap penelitian masih dilakukan di Takengon dengan membuka lebih banyak bagian dari ceruk yang digali agar hasil penelitian bisa lebih banyak dan menyeluruh,” harap Ketut.

Selain sebagai ajang pengungkapan sejarah dan penelitian, ia berharap penelitian tahun depan bisa juga dijadikan agenda wisata sejarah dengan mengundang mahasiswa dan pelajar untuk mengetahui sejarah dan lebih banyak lagi pelajar yang menekuni ilmu arkeologi, kata Ketut. (waspada.co.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments