Hari berganti, waktu terus bergulir. Orang yang dinanti belum juga kembali. Bait bait doa senantiasa dilantukan dengan penuh harap. Agar sang imam dapat kembali mencurahkan kasih sayang, pada darah dagingnya yang sudah dua pekan ditinggalkan.
Pembahasan tentang hilang dan belum kembalinya Ricky Arasendi, aktivis Jaringan Anti Korupsi Gayo (Jang-Ko), sampai saat ini masih ramai, khususnya di dunia maya.
Polisi yang menerima laporan orang hilang sudah menyebutkan Ricky Arasendi tidak hilang. Namun pergi atas kemauanya sendiri, setelah pihak penyidik membuka CCTV dan meminta keterangan saksi, teman Ricky, namun sampai sekarang Ricky belum kembali ke keluarga.
Sebagai seorang istri, Oktami Amalia (Tami), perasaanya bercampur aduk. Namun dia tetap berupaya mencari tahu dimana keberadaan suaminya. Sejak tak pernah pulang ke rumah, 8 November lalu, baru pada 18 November, Oktami membuat laporan polisi tentang orang hilang.
Paska laporan itu, pemberitaan ramai. Beragam status dan statemen bermunculan di media sosial. Statemen itu semakin ramai, setelah pihak polisi menyatakan, Ricky tidak hilang, namun pergi atas keinginanya.
Oktami Amalia juga tak luput dari sasaran komentar. Ada yang bersimpati dan berharap Ricky cepat pulang, namun ada juga yang memberikan komentar pedas dan kasar kepadanya. Tami mengahapi cercaan dan rasa simpati, dengan perasaan bercampur aduk. Di sisi lain, suaminya tidak diketahui di mana berada.
Tami ahirnya menuangkan perasaan hatinya dalam sebuah tulisan yang lumanyan panjang di laman Face Books mililknya. Dia membuka tulisan ungkapan perasaan yang dalam. Kesekian kalinya saya harus lihat satu bantal kosong diantara anak- anak yang harusnya jadi tempat mu menyandarkan kepala kala tidur.
Tudingan kepada Tami juga beragam, ada yang mempersoalkan mengapa sudah 10 hari tidak pulang baru dibuat laporan kehilangan. Sebagai seorang istri, Tami tentunya lebih tahu tentang suaminya. Dia punya pertimbangan, mengapa lama membuat laporan kehilangan.
Tami sudah merasakan, Ricky sering tidak pulang. Tami menulis, walau tidak pulang, dia tahu dimana suaminya dan sedang mengerjakan apa. Apalagi suaminya “suka” mengebut pekerjaan sekaligus, agar cepat selesai.
Tami pernah merasakan suaminya tidak pulang selama 4 hari, namun mereka tetap berkomunikasi. Tidak ada persoalan. Namun kali ini komunikasi itu tidak ada. Ricky sudah menjual HP miliknya, karena sesuatu kebutuhan dan penggantinya belum dibeli.
Terahir berkomunikasi, sebut Tami, ketika suaminya mencari bibit cabai bersama temanya. Bakda Jumat, ketika dihubungi kembali HP teman Ricky, ternyata mereka telah berpisah. Sejak itu putus hubungan komunikasi suami istri ini.
Tami mengakui tidak gegabah membuat laporan kehilangan suaminya, karena suaminya sering beraktivitas dan tidak pulang ke rumah. Namun seiring dengan perputaran waktu, sepekan Ricky belum juga pulang, pemikiran Tami terbeban.
Rasa marah, sedih, kecewa, kesal, cemas, semua berbaur menyisakan sesak yang mendorong air mata. Air bening dari indra Tami sering keluar. Apalagi dia sebagai seorang ibu, sekaligus istri. Ketika sendiri dan melihat anak-anak, tetesan hangat itu tak mampu dibendung.
Tami menulis, dia sempat terpikir terjadi musibah dan suaminya tidak ditemukan. Upaya penelusuran tetap dilakukan, diskusi dan meminta saran keluarga, sahabat, membahas langkah apa yang harus ditempuh. Ahirnya pilihan, laporan polisi harus dilakukan.
Ricky tercatat sebagai aktivis Jang-Ko. Dia aktif menyuarakan penolakan tambang di Gayo. Apakah kepergianya karena aktivitasnya? Tidak ada yang tahu pasti. Atau karena ada persoalan keluarga? Atau persoalan lainya?
Soal harmonisasi hubungan suami istri, sempat dipersoalkan oleh nitizen. Namun Tami dengan tegas menyebutkan, dia dan suaminya saling pengertian, tidak ada masalah dalam keluarga. “Allah menjadi saksi, dia pergi masih dalam keadaan baik- baik saja dan berpamitan dengan saya,” sebut Tami.
Bila tidak ada persoalan keluarga, seperti pengakuan Tami, lantas Ricky pergi bagaikan ditelan bumi ada apa gerangan? Pertanyaan ini yang belum ada jawaban, karena Ricky masih belum kembali.
Tami tidak mengetahui mengapa Ricky melalukan semua ini. Namun Tami berkeyakinan, semua itu pasti ada alasanya. Mungkin ada masalah, selesaikanlah. Walau Tami berkeinginan kalau ada masalah diselesaikan bersama.
Minta Maaf
Tami juga meminta maaf kepada suaminya dengan kisah perjalanan hidup anak manusia yang sudah viral ini. Mungkin karena sudah viral, psikologis Ricky terganggu dan harus beranjak pergi jauh. Tami meminta maaf.
Rasa gundah di hati Tami sedikit terobati, ketika dia melihat CCTV yang didampingi polisi. “Kami sudah mendampingi istri Ricky untuk menyaksikan suami ada dan tidak hilang,” sebut Kasat Reskrim Polres Aceh Tengah, Iptu Agus Riwayanto, menjawab media ini.
Bagi Tami saat dia melihat CCTV, bagaikan menemukan penawar luka. Ada rasa syukur di dalam dada. Suaminya masih dalam keadaan sehat walafiat dan tidak kurang satu apapun. Masih hidup dan baik- baik saja.
Pengakuan yang keluar dari nurani terdalam dari seorang istri, ketika dia menuliskan masih hidup dan baik-baik saja. Bila Tami belum melihat CCTV, entah perasaan apa yang bercampur aduk di relung rongga dadanya.
Bukti CCTV dan keterangan pihak kepolisian yang menyebutkan suaminya tidak hilang, ternyata mengubah statemen di dunia maya. Tami dan Ricky dibulli, statemen pedas ditujukan kepada mereka. Namun Tami mengelus dada dan menjawabnya melalui tulisan terbuka.
Dengan adanya informasi dari pihak kepolisian, Tami berharap media bijak menyikapi berita ini. Beban mental keluarga semakin tertekan, karena simpang siurnya berita yang tidak jelas sumbernya. Sudah suami belum pulang, ditambah dengan tekanan mental, itulah keadaan Tami saat ini.
Bagi Tami ada hikmah dibalik kejadian ini. Allah sudah menunjukan kepadanya siapa teman yang berbagi dalam suka dan duka. Siapa musuh, siapa musuh yang berkedok teman, dan siapa teman namun ternyata musuh. Demikian tulisan Tami.
Tami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan semua pihak, yang sudah berupaya dan disibukan dalam mencari suaminya. Selain meminta maaf kepada suaminya, dia juga meminta maaf kepada publik, bila ada yang dirugikan akibat kejadian ini.
Sebagai seorang istri, Tami senantiasa berdoa dalam butiran air mata, dia berharap ayah dari anak-anaknya dapat berkumpul kembali. Tami merasakan sebelah jiwanya bagaikan hilang, dia tidak mampu mengayuh bahtera tanpa sang suami.
Ungkapan itu dengan halus diisyaratkan Tami. Sulit menggunakan sumpit yang kehilangan pasangannya. Sumpit tidak mampu digunakan ketika memakan mie, bila tidak sepasang. Namun walau demikian, Tami masih menunjukkan ketegaranya.
Dia mengabarkan bahwa anak-anaknya baik- baik saja. Ketegaran Tami dia tunjukan melalui kalimat yang penuh harapan. Cepatlah pulang. Namun Tami melanjutkan, tepatnya ketika suaminya sudah siap untuk pulang.
Sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anak, sudah pasti Tami “bergumul” dengan beragam perasaan dan pertanyaan. Doa –doa penuh harap senantiasa dia sampaikan kepada sang maha kuasa. Ada kalanya tetasan air mata mengiringinya.
Namun Tami terlihat tegar dalam balutan doa. Ketegaran itu dia tulis dipenutup statusnya “Semoga Allah menjaga kita”. Bukan hanya Tami yang berharap Ricky pulang. Publik juga ingin tahu mengapa Ricky pergi dan bagaimana kisahnya. Kapan Ricky pulang? (Bahtiar Gayo/dialeksis.com)