Soal Tolak Tambang, Hendra Budian Jangan Seperti Raja

Takengen | Lintasgayo.com – Pernyataan Hendra Budian, wakil ketua DPRA soal tambang yang ditayangkan di media ini, mendapat tanggapan serius dari Maharadi coordinator Jangko.

Menurut Maharadi, dalam relisnya, Senin (13/07/2020) menyebutkan, pernyataan Hendra Budian yang menyebutkandirinya tidak pernah dihubungi oleh kawan-kawan yang melakukan penolakan terhadap tambang PT. LMR di linge, terkesan Hendra bagaikan raja.

Hendra menurut Maharadi  seperti menunjukan dirinya sedang mengalami penyakit amnesia.  Dia  lupa saat hari pertama dilantik, tanggal 03 september 2019. Mahasiswa Banda Aceh memberikan “tiket pulang” pada dirinya. Mahasiswa dalam sebuah aksi dengan lantang tegas menolak tambang di wilayah Linge.

Kemudian dilanjutkan dengan aksi pada tanggal 19 september 2019 di kantor gubernur mahasiswa Gayo,  bahkan aksi demonstrasi tersebut terjadi  kericuhan.

“Media-media nasional pun saat itu ikut meliput aksi kawan-kawan di kantor gubernur. Ada  bentrok dengan aparat keamanan. Ada yang  luka-luka, pingsan. Kan aneh kalau wakil rakyat apalagi berposisi strategis tidak tahu hal tersebut,”ungkap Maharadi.

Menurut coordinator Jangko ini, DPRA itu punya alat dan kekuatan bahkan diberikan dana untuk mendengar aspirasi masyarakat. Jadi apa alasan hendra budian bertingkah seolah raja, menunggu informasi dan aspirasi rakyat diantarkan ke gendang telinganya, tanya aktivis ini.

Saat  Hendara bersama timnya, saat  turun ke wilayah pemilihananya beberapa hari lalu, ada aksi mahasiswa di DPRK Aceh Tengah, terkait penolakan PT.LMR ini. Hendra sudah kehilangan sense of crisis. Sosok Hendra yang sudah hilang. Padahal wakil ketua DPRA ini  merupakan tokoh yang besar dan tumbuh dari civil society.

“Kok sudah bersifat raja, padahal lembaga legislatif itu harus punya kepekaan yang tinggi, sehingga mampu mendengar secara jelas suara-suara dari masyarakat,” kata maharadi.

Untuk itu, Hendra harus menyatakan sikapnya  terkait PT.LMR. Wakil ketua DPRA harus sadar bahwa marwah, cagar budaya, asal-usul Gayo, ekosistem, hutan dan kehidupan masyarakat Gayo sedang dalam ancaman bahaya dengan kehadiran PT. LMR ini, jelasnya Maharadi. (Ihfa/Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.