Komisi III DPR-RI  Akan Kunjungi Radio Rimba Raya

Jakarta| lintasgayo.com – Pemerintah kabupaten Bener Meriah yang diwakili Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Irmansyah S.STP. MSP, menemui anggota Komisi III DPR RI M. Nasir Djamil di ruang kerjanya di komplek DPR RI, Senayan Jakarta. Rabu, 26/02/2020.

Irmansyah juga menyebutkan kedatangannya untuk mengadakan koordinasi kembali tentang sejarah perjuangan Radio Rimba Raya.

“Kita ketahui bahwa Radio Rimba Raya beberapa waktu lalu sempat disinggung oleh ketua Komisi III Herman Herry dalam laman Facebook pribadinya dalam rangka hari radio sedunia.”jelasnya.

Irmansyah yang didampingi oleh sutradara film dokumenter Radio Rimba Raya dan pengusaha muda Dedy Satria menyebutkan bahwa sejarah Radio Rimba Raya perlu mendapatkan legitimasi dari pemerintah sebagai bagian dari sejarah bangsa.

“Untuk itu kita perlu berkoordinasi dan konsultasi dengan Komisi III DPR RI langkah langkah apa yang perlu diambil agar legitimasi sejarah radio ini segera terealisasi” ujarnya.

Tujuan untuk berkoordinasi kembali tentang radio rimba raya ini adalah mengenang peran radio perjuangan rimba raya bahwa kita tidak boleh melupakan sejarah dalam mempertahankan kemerdekaan di saat agresi militer Belanda ke II tahun 1948-1949.

“Radio ini pernah menjadi sejarah dalam perjalanan kemerdekaan, karena telah mensyiarkan kebenaran bahwa Indonesia masih ada. Radio ini satu-satunya titik terakhir bagi republik dan koordinat Radio Rimba Raya inilah meretas kebohongan Belanda yang menyuarakan bahwa Indonesia tidak ada lagi.

Radio perjuangan yang dijaga ketat pada masa itu karna belanda ingin radio rimba raya tersebut di musnahkan pada masa agresi militer ke II.

“Radio Rimba Raya bukan sembarang radio kata “Irmansyah” karna dengan radio inilah indonesia merdeka dan indonesia masih ada,dengan menyiarkan lima bahasa pada masa itu, Urdu, Inggris, Cina, Arab, India.

Dan indonesia harus mengetahui dan menjadi catatan besar bagi NKRI karna tanpa radio ini belum tentu republik indonesia ada seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini, radio ini juga berfungsi sebagai sarana diplomasi ke perwakilan RI di luar negeri.

Dengan adanya berita radio rimba raya PBB mendesak belanda untuk melakukan perundingan sehingga kita kenal konfrensi meja bundar di Denhag belanda sampai munculnya pengakuan kedaulatan RI oleh belanda.

Irmansyah berharap pemerintah pusat dapat memberikan legitimasi terhadap monumen radio perjuangan rimba raya dan menjadi salah satu monomen bersejarah di republik yang kita cintai ini.

Sebagai monumen bukti sejarah, generasi muda mendapatkan edukasi bagi generasi bangsa kedepannya, khususnya Aceh dan seluruh tanah air agar dapat mengetahui bahwa ada sejarah tersembunyi di dataran tinggi gayo yang perlu di publikasikan dalam peran sejarah kemerdekaan.

Sutradara Film Dokumenterw Radio Rimba Raya, Ikmal Gopi menjelaskan bahwa sejarah Radio Rimba Raya tidak bisa terlepas dari perjuangan rakyat Aceh.

“Seperti Kolonel Husin Yusuf komandan Divisi X beliau ini adalah inisiator pembelian perangkat Radio Rimba Raya. Dan para broadcaster Radio Rimba Raya pada waktu itu semestinya diberi gelar pahlawan nasional”ujar Ikmal.

“Saya punya film dokumenternya, Saya buat sendiri. Bahkan kalau perlu kita buat film layar lebar. Ini merupakan bagian edukasi dan upaya untuk memperkenalkan peran Aceh terhadap membela negara ini” jelas Ikmal.

Menanggapi permintaan tersebut Nasir Djamil mengatakan ia mendukung upaya pemerintah kabupaten Bener Meriah tersebut dan akan membantu mengangkat kembali kepermukaan tentang sejarah ini.

“Saya merekomendasikan agar Pemkab Bener Meriah membuat proposal besar kepada pemerintah pusat dan pihak terkait agar legitimasi sejarah perjuangan Radio Rimba Raya ini dapat terealisasi”.

“Saya juga mendorong Pemerintah kabupaten Bener Meriah bisa bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Aceh, nanti kegiatan kegiatan yang perlu dilaksanakan secara kontinyu”.

“Misalnya seminar, edukasi film, menulis sejarah ulang, memasukkan kedalam kurikulum di sekolah-sekolah yang semuanya terkait sejarah perjuangan Radio Rimba Raya”jelasnya.

“Puncaknya adalah legacy oleh pemerintah pusat”tambah Nasir Djamil.

Lebih jauh Nasir menjelaskan Forbes Aceh juga akan membantu agar proses legitimasi ini berjalan lancar “nanti saya akan koordinasi dengan teman-teman Forbes Aceh”ujarnya.

“Apalagi Plt. gubernur Aceh juga dari wilayah tengah, memiliki darah Gayo, saya rasa beliau pasti akan mendukung, jadi momentum yang bagus kolaborasi antara Pemkab Bener Meriah dan Propinsi Aceh”.

Ditambah lagi Presiden Joko Widodo baru kembali dari kabupaten Bireuen yang dikenal sebagai kota juang, kota yang memiliki keterkaitan dengan perjalanan Radio Rimba Raya jelasnya.

Nasir Djamil juga berjanji dalam masa reses akan ke Bener Meriah bertemu dengan pemerintah kabupaten dan berkunjung ke monumen Radio Rimba Raya.

“Waktu pertemuan nanti saya harap sudah ada hasil agar bisa ditindaklanjuti”pinta Nasir.

Sementara, anggota Komisi I dari fraksi partai Golongan Karya Ilham Pangestu menyatakan sejarah Radio Rimba Raya ini perlu menjadi perhatian semua pihak.

“Saya akan membantu nanti dengan teman-teman disini agar film dokumenter Radio Rimba Raya bisa diputar dan disaksikan di gedung parlemen ini” ujar anggota dewan dari daerah pemilihan dapil II Aceh ini.

Pada kesempatan itu Irmansyah juga menambahkan sekaligus memberitahukan bahwa di Bener Meriah sudah didirikan RRI Radio Rimba Raya sebagai bentuk penghargaaan dari RRI pusat.

“Karena Radio Rimba Raya adalah cikal bakal “Voice Of Indonesia”demikian kata Irmansyah. (Putra Mandala)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.