Benarkah rencana mundurnya Tgk Syarkawi, Bupati Bener Meriah untuk mengukur kekuatan pendukungnya? Ingin mengetahui siapa yang setia, mana kawan dan lawan dalam berjuang?
Bener Meriah terpecah. Peta politik di sana yang semula remang-remang, mulai menunjukan sisi terang. Publik mulai tahu. Siapa pihak pembela Syarkawi yang tetap menginginkan Abuya bertahan, tidak mundur, serta pihak yang mendukung Syarkawi mundur.
Dukungan untuk bertahan datang dari kalangan ulama, pasantren, aktivis, akademisi, tokoh adat, sebagian tokoh politik, serta elemen lainya di Bener Meriah. Bahkan Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar, datang khusus ke pendopo Bener, meminta Syarkawi untuk tidak mundur.
Namun dukungan mundurnya Syarkawi dan desakan untuk istiqamah dengan ucapanya juga tak kalah serunya. Para aktivis, tokoh politik, meminta Abuya komitmen dengan apa yang sudah diucapkanya. Mundur.
Bahkan DPRK Bener Meriah secara resmi pada tanggal 27 Mei 2020 melayangkan surat resmi, meminta Syarkawi untuk membuat surat tertulis atas pengunduran dirinya, agar dapat diproses lebih lanjut sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dua Fraksi di DPRK (Golkar dan FGGNN) mengirimkan surat resmi kepada pimpinan DPRK untuk meminta ketegasan dan kejelasan mundurnya Syarkawi dalam bentuk surat tertulis. Permintaan fraksi ini dijawab lembaga dengan secara resmi menyurati Bupati Bener Meriah.
Muhammad Saleh, ketua DPRK Bener Meriah menyambangi Syarkawi ke pendopo, menyampaikan keadaan di dewan. Meminta kejelasan dan ketegasan seputar mundurnya Syarkawi dalam bentuk tertulis, sesuai dengan aturan, bukan hanya disampaikan diatas podium.
Pimpinan DPRK Bener Meriah, Muhamad Saleh dari Golkar menjelaskan, Fraksi Golkar dan Fraksi Gabungan Gerakan Nurani Nasional (FG-GNN) sudah mengirimkan surat, meminta ketegasan lembaga untuk “mendapatkan” surat pengunduran diri Syarkawi.
Mundur? Ternyata Syarkawi belum memutuskan untuk mundur. Syarkawi justru memilih meminta izin cuti untuk berobat, sembari tetap melanjutkan tugas sebagai Bupati Bener Meriah.
Syarkawi kembali mengeluarkan pernyataanya. Kali ini bukan pernyataan mundur seperti yang dia sampaikan di atas mimbar, saat memberikan sambutan pada pelaksanaan salat Idul Fitri, 1441 H, Minggu (26/5/2020) di lapangan Masjid Babusalam, Bener Meriah.
Namun, pernyataanya kali ini dia akan meminta izin cuti untuk berobat. Artinya Syarkawi masih melanjutkan memimpin Bener Meriah, belum mundur. Soal mundur atau tidaknya Abuya, tergantung nanti hasil medis.
Hasil pemeriksaan medis nantinya akan menjadi pertimbangan bagi Syarkawi untuk menjadi bahan pertimbangan berkoordinasi dengan pemerintahan Aceh dan pihak lain yang terkait untuk memutuskan langkah apa yang terbaik.
Alasan Syarkawi tidak jadi mundur? ” Setelah mendengar nasihat para ulama, saran dari berbagai pihak, semuanya menjadi pertimbangan. Hal ini saya sampaikan kepada keluarga dan kami mendiskusikan kembali rencana tersebut,” sebut Syarkawi, Rabu (27/5/2020).
Pernyataan Syarkawi akan meminta izin cuti untuk berobat kembali meramaikan media. Sebelumnya media juga sudah meramaikan seputar surat resmi DPRK setempat, agar Syarkawi membuat surat tertulis tentang pengunduran dirinya.
Pernyataan Syarkawi di hari dan tanggal yang sama Rabu (27/5/2020) keluarnya surat DPRK Bener Meriah, perihal perihal pengunduran diri dari jabatan Bupati Bener Meriah.
Belum diketahui dengan pasti bagaimana kelanjutan dari surat resmi DPRK Bener Meriah yang sudah melayangkan surat secara resmi kepada bupati. Soal mundur agar dapat diproses sesuai aturan yang berlaku.
Riuh Jadi Pembahasan
Pernyataan mundur Syarkawi saat menyampaikan sambutan pada salat Id di lapangan masjid Babusalam cepat menyebar. Tidak lama kemudian, Hendra Budian, wakil ketua DPRA sekaligus ketua Plt Golkar Bener Meriah mengucapkan alhamdulilah. Bagaikan mensyukuri mundurnya Syarkawi, Hendra membuat status di laman FB miliknya.
“Alhamdulillah… Saya, Hendra Budian Plt Ketua DPD II Partai Golkar Kab. Bener Meriah dengan ini Mendukung dan Menghormati Keputusan Pengunduran Diri Tgk. H. Sarkawi sbg Bupati BM, sebagaimana yg diinformasikan langsung oleh yg bersangkutan pada hari ini 24 Mei 2020 di halaman Masjid Babussalam, Sp Tiga, Bener Meriah. Semoga beliau dapat fokus untuk Penyembuhan atas sakit yg selama ini dideritanya”.
Syarkawi adalah pasangan bupati (Ahmadi) terpilih yang diusung Golkar, PKB, PDA dan PKS. Sebagai Plt pimpinan Golkar, Hendra justru mengucapkan alhamdulilah. Publik bertanya ada apa? Padahal Syarkawi menyatakan dia mundur karena alasan sakit dan akan fokus berobat, namun justru ketua Golkar memulai ucapanya dengan alhamdulilah.
Spontan pernyataan Hendra Budian jadi makanan media. Sementara di lapangan juga berkembang “suara-suara” bahwa Hendra Budian akan meramaikan bursa Pilkda Bener Meriah 2022. Demikian dengan aktifis, tokoh politik, juga bermunculan mendukung Syarkawi mundur.
Soal dukungan untuk mundurnya Syarkawi juga disampaikan oleh Tgk Bahar, ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Bener Meriah. Walau Tgk Bahar mengakui terkejut dengan kabar itu, namun dia meminta agar Syarkawi membuat surat tertulis.
Namun pernyataan Tgk. Bahar yang sudah diramaikan media itu, dibantah oleh Ruslan M. Daud (anggota DPR RI) yang kini dipercayakan mengendalikan PKB Bener Meriah. Menurut mantan Bupati Biruen ini, PKB di Bener Meriah saat ini dia dipercayakan oleh DPP untuk mengendalikanya.
Ruslan M Daud yang menyambangi Syarkawi ke pendopo menegaskan, PKB pada prinsipnya tidak menginginkan Syarkawi mundur. Ruslan meminta agar Abuya melanjutkan kepemimpinanya sampai dengan batas masa jabatan 2022.
Sementara Rahmah, ketua PDA Bener Meriah, belum memberikan keteranganya. Pihaknya sebagai partai pengusung masih menunggu keputusan DPP partai.
Tenyata dikalangan partai pengusung juga ada perbedaan pandangan soal mundurnya Tgk Syarkawi. Ketua Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bener Meriah Yusrol Hana, menolak sikap Abuya mengundurkan diri. Yusrol menyebutkan, selama ini dia belum pernah mendengar keluhan sakit yang diderita oleh Abuya.
“Disatu sisi kami menghargai apa yang disampaikan oleh Bupati Syarkawi, mungkin ada tertekan dengan satu problem, tetapi kenapa harus seperti ini. Kalau kami cermati, alasannya apakah hanya paktor kesehatan saja,” tanya ketua PKS ini.
Menurutnya, selama ini Bupati Bener Meriah tidak ada bercerita samasekali soal penyakit. Ini tidak logis, kalau tidak ada api tentu tidak ada asap.
“Sebagai analisa, kita perlu mengetahui terkait dengan seseorang itu yang mengidap satu penyakit. Kalau tidak ada problem dan banyak pikiran juga tekanan, pasti tidak akan kambuh penyakitnya,” sebut Yusrol.
“Perlu kami ulangi kembali, bahwa kami dari Partai PKS menolak atas keputusan pengunduran diri Bupati dari Bupati Bener Meriah, sebelum duduk bersama untuk mencari jalan keluar terkait dengan pengunduran diri ini perlu diadakan duduk bersama,” katanya.
Partai pengusung berbeda pandangan soal rencana mundur Syarkawi. Namun soal pengajuan wakil bupati untuk mengisi kekosongan hingga berahir masa tugas hingga 2022, partai pengusung ini seperti sefaham.
Menurut Hendra Budian ketua Plt Golkar Bener Meriah, ada 4 nama yang diusulkan. Hasanah (istri dari Ahmadi). Dimana Ahmadi sebelumnya merupakan Bupati Bener Meriah, sementara Syarkawi sebagai wakilnya.
Ahmadi terjerat OTT bersama Irwandi Yusuf (Gubernur Aceh non aktif). Kini istri orang yang pernah menjadi nomor satu di Bener dimasukan dalam calon wakil Syarkawi. Selain Hasanah ada nama Dailami, Genalisah dan Tgk. Usman.
Belum tuntas siapa calon wakil bupati yang akan mendampingi Syarkawi, kini di negeri penghasil kopi arabika terbaik dunia ini, diributkan soal wacana Syarkawi yang akan mundur, walau kemudian Abuya memilih untuk mengambil sikap meminta izin cuti berobat.
Cek Ombak
Rencana mundurnya Syarkawi telah memunculkan “kekuatan” di Bener Meriah. Aksi dukungan agar Syarkawi tetap mempertahankan jabatan terus mengalir. Namun aksi mendukung agar Syarkawi istiqamah dengan pernyataan untuk mundur, juga bermunculan.
Pengamat politik dan keamanan Aceh, Aryos Nivada, dalam sebuah ulasan tulisanya “ Syarkawi Bupati Tersandra Keadaan”, menyebutkan istilah cek ombak (test the water).
Menurut Aryos, mundurnya Syarkawi dari kursi Bupati Bener Meriah, merupakan hak asasi politik seseorang yang dijamin oleh konstitusi. Terlebih pengunduran tersebut karena alasan yang sangat manusiawi, kondisi kesehatannya yang memburuk.
Bisa saja publik menilai, pengunduran dirinya merupakan bagian dari manuver politik untuk “cek ombak” (test the water). Langkahnya dianggap sebagai bagian dari penilaian, sejauhmana dukungan rakyat dan kekuatan politik terhadap dirinya, sekaligus menguji kesetiaan loyalis.
Menurut Aryos, apabila sekedar manuver Syarkawi akan sangat riskan bagi image (citra) politiknya ke depan. Publik akan menilai, dirinya tidak konsisten antara perkataan dan perbuatan. Bisa jadi akan muncul isu bahwa dirinya adalah pemimpin yang menjilat ludah sendiri.
Hal ini akan menyulitkan dirinya sendiri apabila dia maju kembali dalam Pilkada berikutnya. Karena citra personalnya sudah direkam yang dapat dimunculkan oleh lawan politiknya.
Aryos mengisahkan, permintaan mundur dari posisi bupati juga pernah dilakukan Bukhari Daud, Bupati Aceh Besar Periode 2007-2012, dengan alasan tekanan dan intervensi politik. Akan tetapi hingga akhir masa jabatan, Bukhari Daud tidak mundur dari kursi Bupati Aceh Besar.
Syarkawi telah menjawab kembali pernyataanya akan mundur. Dia belum memutuskan untuk mundur. dia lebih memilih untuk meminta izin cuti untuk berobat. Bagaimana kelanjutanya, mundur atau tidak, tergantung hasil medis dan kemudian Syarkawi akan mempertimbangkanya kembali.
Abuya sudah mengukir sejarah di Bener Meriah. Jabatan yang ditinggalkan Ahmadi itu dilanjutkan Abuya seorang diri. Hingga kini persoalan wakil bupati hingga sisa masa kepemimpinanya belum tuntas ditetapkan.
Belum tuntas soal wakil bupati, saat lebaran Idul Fitri, Abuya membuat pernyataan yang menggemparkan. Namun empat hari kemudian, kembali Abuya kembali mengeluarkan pernyataan, dia akan meminta izin cuti berobat.
Negeri di lembah Burni Telong ini masih menyisakan cerita yang belum tuntas terjawab. Persoalan waktu. Bagaimana kisah selanjutnya dari hingar bingar di tanah Redelong ini. (Bahtiar Gayo/Dialeksis.com)