Oleh: Sadra Munawar*
Kesempurnaan ibadah pasca sebulan penuh berpuasa adalah impian setiap muslim di seluruh Dunia. Salah satu urgensi awal bulan syawal adalah mendapatkan fitrah dari sang Maha Kuasa. Agar manusia dapat menjadi pelita dalam gelap gulita dan setetes air ketika sedang dahaga.
Sampai saat ini, kita masih di bulan syawal. Tapi di awal bulan syawal, tepatnya saat ibadah Idul Fitri berlangsung seorang yang diakui pemahaman agama, mengatakan hal yang dianggap mustahil jika di kaitkan dengan komitmen kepemimpinannya.
Berikut ini petikan singkat dari video pernyataan H. Syarkawi berdurasi 30 detik pada 24 Mei 2020 (1 Syawal 1941 H) di hadapan Jama’ah sholat Idul Fitri “Untuk kesehatan kami, sambil mengajar di pesantren, maka pada kesempatan yang mulia ini, kami sampaikan bahwa kami, saya Tgk. H. Sarkawi mengundurkan diri sebagai Bupati Bener Meriah, proses-proses lebih lanjut administrasi Kemendagri, Gubernur, DPR, akan kami lakukan setelah proses” dan Video berakhir.
Sontak video tersebut beredar di tengah-tengah masyarakat, melalui Instagram, WhatsApp Group, Story WhatsApp dan Fecebook, secara otomatis masyarakat resah. Hampir semua mulut di Kabupaten Bener Meriah membicarakan persoalan ini, bahkan masyarakat di kabupaten lain juga tidak mau ketinggalan, seolah sedang bertempat tinggal di wilayah Bener Meriah. Mereka mengomentari dengan berbagai asumsi yang mereka sampaikan di beranda media sosial Fecebook dan WhatsApp Group yang juga ikutan riuh.
Keriuhan ini Ibarat seorang sedang menonton Sinetron, penulis namakan ini Sinetron politik. Kita semua masih ingat, beberapa waktu lalu masalah Resi Gudang Kopi belum jelas hingga kini, mutasi pejabat, wakil Bupati yang masih kosong, ungkapan Bupati kaya miskin mendapat Bantuan ketahanan Pangan sebesar Rp. 500.000, Bantuan Langsung Tunai (BLT) masih bermasalah hingga saat ini, Sunlight dan sticker, transparansi dana penanganan Covid 19 dan masalah lainnya yang mungkin masih banyak lagi.
Beberapa isu diatas semacam hilang dengan sendirinya ketika seorang Bupati Bener Meriah mengatakan rencana mundur, mengapa bisa demikian, untuk ini wajar saja semua berbicara terkait orang nomor satu di Negeri penghasil kopi ini, karena semua tau beliau berlatar belakang Ulama yang dihormati dan disegani, pasti tidak akan main-main dengan ucapannya, namun sekarang kita semua tau jawabannya “Sinetron Politik” sedang di mainkan dengan produser yg handal, apalagi melibatkan rakyat.
Yang sangat disayangkan adalah ketika daerah lain fokus pada penanganan Corona pemimpin daerah ini malah memainkan peran sebagai aktor utama dalam bersineteon dan pemimpin daerah lain fokus memikirkan rakyatnya, ini daerah terbalik kejadiannya, malah rakyat yang memikirkan kelakuan pemimpinnya.
Sadar atau tidak ucapan pemimpin itu sangat mempengaruhi semua rakyat yang dia pimpin, jika memang kesehatan Bupati menjadi alasan dirinya mundur, dimana surat keterangan dokter yang bersangkutan, buktinya hingga saat ini kita belum mendapatkan informasi soal sakit pada tulang belakang beliau, jika memang benar, buktinya akhir-akhir ini belau masih aktif menggunakan Sepeda Motor Trail dan masih menikmati wisata Arung Jeram.
Akhirnya penulis ingin mengajak kita semua untuk tetap mengontrol masalah yang di sebutkan tadi diatas. Semoga Sinetron politik ini dikahiri dengan penegakan keadilan dan penyelesaian masalah kerakyatan. kehidupan kembali seperti sedia kala, dan pemimpin juga tidak suka memainkan peran cegeng serta fokus pada visi dan misi semula untuk masyarakat Bener Meriah yang sejahtera.
*Penulis adalah Kabid. PA. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Lhokseumawe – Aceh Utara, Putra Bener Meriah.