Tuhan sudah menakdirkan tubuhnya relatif kecil. Namun dia punya semangat dan kemauan yang tinggi. Rasa percaya diri, dibaringi dengan skil, dia mampu mengalahkan fisiknya. Sejumlah jabatan penting sudah pernah diembannya.
Kemampuanya sudah teruji. Bahkan ketika harus menghadapi demo gelombang masa yang terbilang besar, persoalanya berlarut larut, dia mampu menghadapinya. Beragam persoalan yang muncul kepermukaan, dia selesaikan dengan mengandalkan suara hati.
Lama dia tercampak, tidak memiliki jabatan dalam organisasi pemerintah Aceh. Namun dia tetap menunjukan karakternya, berjiwa besar dan tabah menghadapi ujian yang melatih kesabaran diri.
Kini, Nova Iriansyah, Plt Gubernur Aceh mempercayakanya sebagai kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Mantan Pj Bupati Aceh Tengah ini namanya mulai kembali disebut. Dia akan mengayuh bahtera organisasi pemerintahan.
Dia dikenal dengan panggilan Baong. Walau namanya aslinya Mohd Tanwier. Pria kelahiran Kuala Simpang 16 September 1968 ini, terbilang sudah banyak berpengelaman, khsusunya dibidang konstruksi.
Dia alumnus Unsyiah jurusan tehnik sipil pada tahun 1994, baru kemudian dia memutar haluan, meraih S2 magister managemen pada tahun 1999 juga diraihnya di Unsyiah.
Usai menyelesaikan pendidikan Tehnik sipil, setahun kemudian dia menjadi pegawai negeri sipil (1995). Bidangnya dalam persoalan proyek. Dua tahun Baong menjadi PNS sudah menjabat sebagai Pembagro Pembangunan jalan Kota Provinsi Aceh.
Pernah menjadi Pimpro penangan jalan kota di Provinsi Aceh. Tiga jabatan kepala Dinas yang berurusan dengan kontruksi pernah diembannya. Menjadi Plt Kadis PU Aceh Utara, kepala Dinas PU Pidie Jaya dan kepala Dinas Bina Marga Aceh Utara. Sebulan dia dipercayakan sebagai stah ahli gubernur Aceh bidang pemerintahan.
Kejutan terjadi, dari persoalan kontruksi tiba tiba Baong dipercayakan memimpin negeri kopi, negeri yang subur dengan alamnya yang indah. Sebulan menjabat sebagai staf ahli, dia dipercayakan sebagai orang nomor satu di Aceh Tengah, walau sebagai penjabat (PJ).
Lebih setengah tahun dia memimpin negeri tempat dia menuntun ilmu. Saat menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD), Mohd Tanwier tercatat sebagai murid SD no 5 Takengon. Ketika dia memimpin Aceh Tengah, tidak terlalu lama dia beradaptasi, karena dia banyak saudara di sana.
Saat memimpin Aceh Tengah demi menyukseskan Pilkada pada 2012 kemampun pemimpinnya sebagai “milik” publik diuji. Baong menghadapi persoalan yang rumit. Proses Pilkada di Aceh Tengah pada masa dia menjabat sebagai Pj Bupati dihiasi protes dan demo yang panjang.
Walau kasusnya sampai ke Mahkamah Agung dan sudah mendapatkan ketetapan hukum, namun pelantikan Bupati Aceh Tengah terpilih, tidak mulus. Proses pelantikanya tertunda tunda, sampai ahirnya harus dilantik di Banda Aceh. Baong bertugas di Aceh Tengah sampai sejak April sampai ahir Desember 2012.
Dalam menjalankan roda pemerintahan di Aceh Tengah, Baong “kurang” mendapat dukungan sepenuhnya dari staf. Bahkan ada yang terang-terangan menantang kebijakanya. Namun Baong dengan penuh kesabaran menghadapi tantangan itu, dia tunjukan dia mampu menyelesaikan tugas.
Aksi demo dan protes yang berkepanjangan oleh pihak yang tidak menerima hasil Pilkada, semuanya dilalui Baong. Aksi demo membuat kediaman Baong (pendopo), silih berganti disesaki masa. Demo yang panas itu dihadapi Baong dengan sabar dan jiwa besar.
Dia mampu membangun komunikasi dengan baik. Semua pihak mampu dirangkulnya. Kekompakanya dengan Forkopimda, membuat demo bagaikan tak henti itu, tidak anarkis. Rasa persahabatan dibangun, namun tugas tidak dilupakan.
Kapolres Aceh Tengah ketika itu dijabat Dicky Sondani (Kini Dir Lantas Polda Aceh), juga menunjukan kemampuanya dalam bertugas dalam mengamankan riak-riak Pilkada. Dicky dan Baong bahu membahu “menyejukan” suasana.
Sikap Boang yang mau mendengarkan tuntutan aksi protes itu, membuat dia “diperhitungkan” oleh mereka yang melakukan aksi demo. Karena sikapnya, dan kekompakanya dengan Forkopimda setempat, demo sangat panjang berbulan bulan itu, tidak ada menimbulkan korban.
Ketika dia menjabat sebagai Pj Bupati, Baong membuat nuansa baru. Dia dikenal “gaul” oleh kalangan muda, suka bermain musik, dan menjadikan pendopo sebagai tempat berkumpul. Boang menyiapkan meja di halaman pendopo untuk ngopi bareng. Duduk santai.
Usai menjabat Pj Bupati, Baong “dipercayakan” sebagai Kepala Sekretariat MPD Aceh. Tidak lama jabatan itu diembanya, kemudian dia dijadikan staf sekretariatan daerah provinsi Aceh, sejak tahun 2013. Sejak ini karir Baong redup, tanpa jabatan.
Cukup lama dia “hilang” dari peredaran. Kini dia dipercayakan Plt Gubernur Aceh sebagai Kadis Perindag, yang pelantikanya Rabu (10/06/2020).
Mohd Tanwier dalam karirnya sudah mengecap beragam ilmu melalui pelatihan dan pendidikan. Dia merupakan alumnus Lemhannas PPRA 52 tahun 2014, Diklat PIM tingkat III dan II, serta sejumlah pelatihan lainya.
Usai menamatkan pendidikan SD no 5 di Takengon, Baong merupakan alumni SMP Negeri 2 Banda Aceh, kemudian dilanjutkan dengan SMA 3 Banda Aceh. Kalau Unsyiah, tempat dia meraih gelar sarjana tehnik dan magister managemen.
Boang sudah menjalani pasang surut kehidupan ini, sudah merasakan sebagai pemimpin, bahkan pernah memimpin negeri yang saat itu senantiasa dihiasi unjuk rasa karena Pilkada. Namun dia pernah juga diabaikan tanpa jabatan, hanya sebagai staf sekeratriat.
Kini Tuhan menunjukan perputaran roda itu, Baong kembali dipercayakan memegang jabatan. Kini dia bukan untuk mengurus proyek, namun dia mengemban tugas sebagai Kadisperindag. Semoga mampu menjalankan amanah dengan baik. (Bahtiar Gayo/Dialeksis.com)