“Bersyukurlah kita yang mencari rezeki dibidang wisata, khususnya perhotelan karena sekali kita membuka usaha ini maka sepanjang masa usaha tersebut akan langgeng,” ujar Bahrumsyah bernada nasehat kepada puluhan pengusaha hotel dan restoran Aceh Tengah tersebut.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Usaha Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, Mustafa Ali, SE dalam sambutannya menyatakan bahwa dunia pariwisata harus mampu menjadi lokomotif yang menggerakkan perekonomian di Aceh.
Untuk tujuan tersebut, kita harus mampu menjawab lima pertanyaan wisatawan yang akan berkunjung, diantaranya dimana saya tidur, bagaimana sarana transportasinya, bagaimana makanannya, apa objek yang menarik dan kenangan apa yang akan dibawa pulang, jelas Mustafa Ali lebih lanjut.
“Tugas pengelola usaha wisata adalah memuaskan hati wisatawan dengan pelayanan makasimal dan bagaimana cara menguras isi kantong dengan berbelanja,” ujarnya.
Untuk memajukan dunia usaha di Dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah, Mustafa Ali menyarankan agar even-even wisata dimaksimalkan dan waktu penyelenggaraan even-even wisata harus konsisten tiap tahunnya yang dicontohkannya seperti penyelenggaraan balap sepeda Tour De Singkarak.
Sambutan terakhir disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Tengah, Mukhlis Gayo yang mengakui bahwa alam Aceh Tengah sangat indah, akan tetapi sejauh ini warganya belum bisa mensyukuri anugerah tersebut dengan mengelolanya dengan baik.
Dalam sambutannya sekaligus membuka rangkaian acara tersebut, Mukhlis berharap agar Pemerintah Provinsi Aceh tidak terpengaruh dengan isu-isu politik seperti perjuangan pemekaran Provinsi Aceh Leuser Antara (ALA).
“Sudah lama perjuangan ALA dilakukan, tapi kenyataannya Aceh Tengah sebagai bagian dari Aceh. Belum kita lihat program apa yang diperjuangkan Provinsi untuk Aceh Tengah ke level pusat. Ada pembangunan Gedung Olahraga dari Kementrian Pemuda dan Olahraga RI, tapi bukan atas perjuangan Provinsi,” tutur Mukhlis sambil menambahkan sangat ingin mengadakan even Tour De Lut Tawar tapi mungkin peserta akan jera karena keadaan jalan yang belum mulus.
Ditegaskan Mukhlis, Aceh bukan Aceh jika tidak ada Gayo, Pidie, Jamik dan lain-lain. Biarkan budaya yang ada di Aceh itu kaya. “Saman tetap dari Gayo, jika disebut Saman Aceh maka kita telah memiskinkan budaya yang ada di Aceh,” harap Kadis yang pernah bertugas di Sekretariat Negara ini.
Sementara itu, Pengurus Badan Pimpinan Cabang PHRI Aceh Tengah periode 2010 – 2014 terpilih sebagai Ketua Umum H Ilyas Ismail SPd, Sekretaris M Yusuf Isa dan Bendahara Rahmawati SKM.
www.theglobejournal.com