Petani Kopi Gayo Diminta Kembangkan G1 dan G2

Takengen | Lintas Gayo : Kepala Bidang Produksi dan Perlindungan Tanaman Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Tengah, Hermanto, Senin (4/7) di Takengon menyatakan untuk meningkat produksi kopi di Aceh Tengah diminta kepada petani untuk membudidayakan varietas Gayo 1 (G1) dan Gayo 2 (G2).

“Varietas kopi Arabika G1 dan G2 sudah dilepas sebagai kopi unggulan Nasional oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Dirjen Perkebunan yang disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3998 dan 3999/ Kpts/ SR.120/12/2010 pada tanggal 29 Desember 2010 lalu,” kata Hermanto.

Ditetapkannya kedua varietas tersebut setelah dilakukan penelitian yang cukup panjang yang melibatkan peneliti dari Puslit Kopi dan Kakao Jember dan peneliti Kebun Percobaan Kopi Gayo – BPTP Aceh.

Dijelaskan, varietas G1 adalah kopi Timtim  cocok dibudidayakan dengan ketinggian antara 1000-1600 meter diatas permukaan laut (mdpl) dan G2 berupa kopi Borbor cocok dibawah ketinggian 1000 mdpl. Dan secara pewilayahan secara umum maka G1 cocok di Aceh Tengah dan G2 di Bener Meriah.

Ditanya terkait luas lahan kopi Gayo saat ini, dijelaskan Hermanto saat ini di Aceh Tengah ada sekitar 48.000 hektar lahan kopi dengan rincian 34.750 hektar sudah atau sedang berproduksi, 5000 hektar belum produksi dan sisanya sekitar 950 hektar dalam keadaan rusak atau pohon kopinya sudah tua.

“Dengan luas lahan tersebut, produksi kopi green bean dari Aceh Tengah sebanyak 25.0771 ton pertahun dengan kadar air sekitar 12 persen,” ujar Hermanto sambil mengungkapkan saat ini pihaknya sedang kedatangan tamu dari Dephukam dan Dirjenbun dengan tujuan mengevaluasi sertifikat Identifikasi Geografis (IG) Kopi Gayo.

Selanjutnya terkait hama dan penyakit yang menyerang kopi, dipaparkan Hermanto ada 2 yakni hama Penggerek Buah dengan persentase serangan antara 10 – 15 persen dan penyakit Jamur Akar dengan persentase serangan dibawah 1,5 persen dari luas lahan kopi di Aceh Tengah.

“Serangan hama Penggerek Buah cukup besar dengan luasan sekitar 190 hektar  yang diakibatkan adanya perubahan cuaca, terutama didaerah dibawah 1200 mdpl. Pun demikian sudah kita upayakan pengendaliannya,” kata Hermanto.

Sementara untuk Jamur Akar, menurut Hermanto, serangannya tidak mengkhawatirkan karena masih dibawah ambang ekonomis. (Khalis)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.