Transmigrasi adalah suatu program yang dibuat oleh pemerintah Indonesia, untuk memindahkan penduduk dari suatu daerah yang padat penduduknya (kota) ke daerah lain (desa) di dalam wilayah Indonesia.
Seperti salah satu kampung yang menjadi Kawasan tranmigarasi adalah Kampung Gegarang,kecamatan Jagong Jeget, Kabupaten Aceh Tengah. Gegarang merupakan wilayah UPT2 (Unit Pemukiman Transmigrasi), yang dibuka oleh Dinas Transmigrasi.
“Sejarahnya panjang, masa masa sulit dikawasan transmigrasi kami lalui. Karena masa sulit itu, ada warga transmigarasi yang kembali ke kampung asal,” sebut Siahusin, salah seorang tokoh pemekaran kampung transmigrasi di Aceh Tengah.
Jadup yang disiapkan pemerintah selama setahun belum membuat warga tranmigrasi bisa bertahan. Apalagi saat sulit itu, warga menanam jagung, dalam hitungan hari bibit jagung yang sudah ditanam itu habis digasak tikus, sebut Sekdes pertama Kampung Gegarang ini.
Siahusin, ketika ditemui penulis di kediamanya, Kampung Telege Sari, yang merupakan kampung pemekaran Gegarang, Jagong, Aceh Tengah, Senin (30/11/2020) banyak bercerita tentang suka duka warga transmigrasi, hingga lahirnya kampung baru dari transmigrasi ini.
Menurut Siahusin, warga transmigrasi Gegarang, tiba di tanah Gayo di negeri gunung kawasan hutan ini pada awal desember tahun 1982. Gelombang pertama hanya ada 50 KK , namun secara bertahap jumlah warga transmigrasi di Jagong mencapai 150 kepala keluarga.
“Mereka berasal dari Magelang,Cilacap,dan Semarang,dan ada sebagian dari penduduk lokal yang berprofesi sebagai guru,” sebut Siahusin.
Dari banyaknya wilayah transmigrasi di Aceh Tengah, di Kecamatan Linge (kini kecamatan Jagong Jeget), ada wilayah transmigrasi bernama Gegarang. Nama gegarang ini diambil dari tumbuhan penyedap gulai ikan, yang banyak tumbuh ditepian danau di kampung ini.
Wilayah transmigrasi ini merupakan wilayah paling ujung dari kecamatan linge pada waktu itu. Kampung Gegarang berada di hamparan diantara gunung, ada sebagian Kawasan kampung ini yang berbukit dan rawa.
Tanahnya subur, sangat tepat untuk lahan perkebunan kopi dan palawija, disana juga ada beberapa hektar sawah yang dibangun oleh masyarakat. Dulu Gegarang hanya satu kampung, kini gegarang sudah melahirkan generasi, kampung pemekaran itu bernama Telaga Sari.
Menurut Siahusin, sebelum Gegarang menjadi kampung defenitif, awalnya di Edi Mardani selama 1tahun. Kemudian digantikan oleh Tarsudi, kemudian dia menjabat reje paling mana (dulu Namanya kepala desa), sejak 1984-1997.
Dari Gegarang dilakukanlah pemekaran pada tahun Pada tahun 2001 dengan nama Telege Sari. Prosesnya panjang dan rumit, melelahkan. Apalagi ketika itu tidak ada sarana komunikasi, sarana transportasi saja sangat sulit, kenang Siahusin tenang pemekaran kampung.
Waktu itu, jelasnya, Drs. Fakhruddin yang menjabat asisten 3 Pemda Aceh Tengah berperan penting dalam lahirnya kampung Telaga Sari. Gegarang juga ihlas dimekarkan, walau mereka berada di ujung, lebih dahulu bertemu kampung pemekaran Telaga Sari kalau datang dari arah Jagong.
Nama yang diusulkan ketika itu Telaga Sari, namun dalam SK diterbitkan namanya Telege Sari (menggunakan nama Gayo) telege dalam Bahasa Gayo artinya sumur, sementara telaga yang diusulkan artinya danau.
Awal mulanya kampung ini hanya ada 177KK,atau 645 jiwa. Kampung persiapan itu resmi menjadi Kampung Telege Sari pada tahun 2004. Kepala desanya Muchson dan sekretarisnya Siahusin, ketua RGM Ir alinurdin, ketika itu masih berada dibawah administrasi kecamatan linge.
Kampung Telege Sari, sebut Sekder pertama kampungh ini, juga banyak dibantu oleh Ishak (kini kepala BPBD Aceh Tengah) ketika itu jabatan Ishak di pemerintahan mengurus soal kampung.
Saat itu adalah masa sulit, jelas Siahusin, belum ada dana desa ADK, dana kampung juga masih kecil nilainya. Waktu itu banyak tantangan dari masyarakat,banyak masyarakat yang pesimis,banyak muncul pertanyaan pertanyaan kenapa kampung Gegarang dimekarkan.
Setia pada urusan tentang pemekaran berurusan ke Takengon,harus lewat Isaq, kecamatan Linge. Saat itu HP belum ada, Kalau ada keperluan harus ke Takengon dan jam 12 malam baru Kembali dalam mengurus persiapan pemekeran. Itu salah satu kesulitan, jelas Siahusin.
Saat dimekarkan semuanya damai, tidak ada keributkan, karena Tarsudi kepala Kampung Gegarang mendukung sepenuhnya, agar kampung ini memiliki kampung yang baru. Alhamdulilah kebersamaan itu membuahkan hasil.
Dulu Gegerang memiliki 5 dusun, dua dusungnya dijadikan untuk kampung Telege Sar. Kini adiknya Gegarang sudah berdiri tegak, banyak masyarakat yang menjadikan kampung ini sebagai sumber hidupnya.
Di negeri dalam balutan kabut ini, ada kopi dan tanaman palawija, Kawasan transmigrasi yang pada tahun 1982 adalah Kawasan hutan belantara, kini menjadi kampung yang menghasilkan kesejahteraan. Telege Sari lahir dari rahim Gegarang, dilahirkan oleh manusia-manusia yang ihklas yang ingin hidup sejahtera. **** Penulis; Ifa Zahra Fadhila, santri Dayah Mas Alhuda Jagong, Aceh Tengah/Editor Redaksi LG)
Comments are closed.