Gantunglah cita- citamu setingga langit, namun jangan lupakan bumi tempatmu berpijak. Petuah itu menjadi bahagian keseharian dua remaja kembar di Pesantren Ulumul Quran Bebesen, Aceh Tengah.
Kedua santri kembar ini telah menduduki kursi di kelas Xll IPS, Dayah Terpadu Ulumul Qur’an. Wajahnya memang sulit dibedakan, yang mana adik dengan abang. Namun dibalik wajah mereka yang kembar, namun ada juga perbedaan.
Nama fadlan dan fadli, kelahiran Jaluk, Aceh tengah 21 maret 2003. Mereka memiliki badan yang agak tinggi lebih dari 160 CM. Namun bila diteliti dan dilihat seksama, fadli sang adik agak sedikit tinggi daripada fadlan abangnya.
Kalau mereka berdiri, perbedaan itu akan terlihat walau masih sulit membedakanya. Kedua remaja kembar ini sudah kehilangan sosok sang ayah yang selama ini menuntunya. Namun walau ayahnya telah kembali ke Ilahi, tekad mereka berdua dalam berjuang untuk menggapai cita-cita tidak pernah surut.
Mereka ingin menjadi dokter. Saat diminta keteranganya, keduanya berbeda pandangan dalam sugesti meraih cita cita.
“Saya ingin menjadi dokter, karna saya suka lihat darah ” ujar fadlan. Sedangkan pendapat fadli berpendapat, ” Saya ingin jadi dokter, karna kalau ada orang sakit, saya dapat mengobatinya, ” ujar fadli.
Dua remaja ini adalah anak ke tiga dan keempat dari lima bersaudara dari pasangan alrmarhum Damin kumara dengan Rabumah, awrga Jaluk Aceh Tengah. Hobinya sama, suka main bola. Keduanya juga pernah dibekali ilmu jurnalistik yang pelatihanya diselenggarakan Dinas Syariat Islam dan Pendidikan Dayah Aceh Tengah.
Ketika meraka duduk dibangku kelas 2 MTss Ulumul Qur’an, Aceh tengah, Tuhan menguji ketangguhan semangatnya dengan menjemput sang ayah, usai sudah masa hidupnya di dunia. Walau kehilangan ayah yang membuat mereka “lunglai”, namun semangat dari ibu yang berprofesi sebagai guru, telah membuat si kembar kuat dan tegar menapaki hidup ini.
Kedua remaja ini yang sudah terbiasa di panggil dengan si kembar, sudah terkurung enam tahun di pesantren. Selepas dari pesentren Ulumul Quran ini, mereka akan berjuang mewjudkan cita citanya. Walau tanpa ayah, mereka akan berjuang dengan segenap kemampuan.
Bahkan soal cita cita si Padlan sambil berkelakar, dia menyebutkan ingin jadi presiden atau dokter. Sebuah cita cita yang tidak ada kata tidak mungkin, bila Tuhan merestuinya.
Walau sang ayah telah tiada, namun mereka mengakui semangat perjuangan dari ayahnya masih melekat di dada. “ Kami akan berjuang, walau tanpa ayah kami harus bisa. Kami hanya berkewajiban berusaha dengan sungguh, soal hasil Tuhanlah yang menentukanya,” sebut Padlan.
Dunia ini banyak diisi oleh mereka yang sukses, dimana banyak anak yatim yang muncul kepermukaan. Semoga Padlan dan Padli si kembar ini juga kelak akan masuk di dalamnya, sekenario Tuhan dalam mempersiapkan hambanya jauh lebih sempurna. **** Siti Mahara, Santriwati Dayah Ulumul Quran, Bebesen, Aceh Tengah.
Comments are closed.