Bukan Sinetron

Aku seperti sedang menyaksikan sebuah sinetron. Sinetron sesungguhnya secara kolosal. Tanpa peran pengganti atau karangan cerita fiksi. Inen Dendy menangis tersedu. Dalam bahasa Gayo disebut bersebuku.

Bersebuku adalah tangisan berkisah. Tangisan kepiluan sang ibu. Tentang ungkapan perasaannya yang diutarakannya . Tak mampu lagi dibendungnya. Puncak dari kesedihan dan cerita panjang membesarkan sang anak . Kemudian harus berpisah.

Dalam sebuku itu pula Inen Dendy mengurai dukanya dan cintanya pada sang anak. Dendy, anak tertuanya yang baru  tamat SMA harus menikah muda. Dendy juga sesungukan dalam pelukan sang bunda.

Tak kuasa keduanya menahan kesedihan dari sebuah pilihan Dendy sehingga harus menikah setamat SMA.  Banyak ibu-ibu warga Kampung tersebut yang ikut menangis. Apalagi melihat adegan pelukan ibu dan anak itu. Demikian pula beberapa kaum bapak yang coba-coba menahan tangis dengan berbagai cara.

Ada yang menghisap rokok kreteknya dalam-dalam. Ada yang melihat keatas coba membendung butir-butir mutiara dari pelupuk matanya. Ada yang menunduk saja atau bahkan keluar dari ruangan itu. Semuanya terpaku ditempat duduknya masing-masing.

Salam-salaman antara Dendy yang akan menikah dengan perempuan tamat SMP yang baru dikenalnya tiga hari sebelumnya, dilakukan setelah berguru. Berguru adalah upacara adat Gayo bagi calon pengantin.

Dalam berguru, calon pengantin diajarkan tentang makna sakral sebuah perkawinan. Ikatan dua hati yang juga menyatukan dua keluarga. Dan semua perbedaan dalam dua hati. Puluhan keluarga dan warga sekitar disalami Dendy setelah secara setengah dipaksa orang tua Inen Dendy melepas anaknya dan menghentikan sebukunya.

Dendy menangis sambil mencium kerabatnya  dan warga . Sesungukannya tak berhenti hingga salaman terakhir. Setelah makan, para tamu dan keluarga Inen Dendy menyiapkan diri untuk melepas Dendy menjadi  Aman Mayak.

Dendy, bukan nama sebenarnya, adalah anak yang baik awalnya. Dia tetanggaku. Aku mengenalnya sejak kecil karena rumahnya tak jauh dari istanaku di pinggiran Takengon. Dendy adalah anak yang lembut dan pendiam. Sesuai dengan warna kulitnya yang putih.

Setamat SMA beberapa waktu lalu, Dendy berpacaran dengan tetangga Kampung. Menurut pengakuan ibu Dendy kepada istriku, dia baru kenal sang pacar tiga hari sebelum menikah. Kemudian Dendy membawa sang pacar sehari semalam.

Keluarga sang pacar, sebut saja Putri, belakangan tahu kalau Putrid dibawa Dendy. Mereka kemudian meminta pertanggungjawaban keluarga Dendy .  Untuk bertanggungjawab atas peristiwa itu, ayah Dendy meminta agar Putri divisum guna memastikan apakah Putri yang baru tamat SMP itu benar-benar sudah tidak suci lagi.

Visum tak didapat, masalah berlanjut. Keluarga Putri melaporkan Dendy ke polisi dan kemudian dijemput polisi untuk dimintai keterangan. Namun kedua keluarga kemudian berembuk lagi, akhirnya  disepakati kedua anak sekolahan ini dikawinkan.

Kamis (14/7), keduanya menikah. Satu babak kisah berakhir dan memulai kisah baru. Antara Dendy dan Putri. Nantikan kisah selanjutnya….. (Ashaf)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.