Mahasiswa Gayo Jabodetabek Perlu Wadah Berkreativitas

Agustia Feriandi, Mantan Pengurus Himpunan Mahasiswa Takengon (HIMATA)

Jakarta | Lintas Gayo – Melihat mulai aktifnya mahasiswa Gayo Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dalam pelbagai kegiatan kegayoan mahasiswa di Jakarta, Agustia Feriandi, Mantan Pengurus Himpunan Mahasiswa Takengon (HIMATA) mengaku senang dan cukup mengapresiasi perkembangan yang terjadi.

“Apa yang dilakukan adik-adik, luar biasa. Melalui beberapa kegiatan yang digelar, saat ini, seolah-olah Asrama Lut Tawar beruh kembali,” kata Agustia Feriandi di Jakarta, Rabu (2/11/2011). Agus menilai perlunya wadah bagi mahasiswa Gayo. Selelumnya, tahun 2000, di Jakarta, ada Himpunan Mahasiswa Takengon (HIMATA) kata Agus, sapaan akrab Agustia. Sayangnya, ungkapnya, HIMATA tinggal nama dan tinggal jadi sejarah “mati.” Sebab, tidak adanya regenerasi di internal kepengurusannya. Selain itu, wadah ini terlalu kecil cakupannya.

Dia melihat, perlu wadah (Gayo) yang mencakupi empat kabupaten—Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Bener Meriah—sekaligus. Namun, di bawahnya, ada lagi organisasi atau koordinator dari masing-masing kabupaten tersebut, seperti HIMATA atau Ikatan Mahasiswa Gayo Lues (IMGL) tadi.  Di tingkat bawah, wadah seperti itu tetap diperlukan.

Dengan adanya wadah tersebut, sambung Agus, mahasiswa Gayo Jabodetabek akan semakin mudah bergerak. Lebih dari itu, dapat menuangkan kreativitas mereka secara terencana, terstuktur, sistematis, terukur, dan berkesinambangunan.

Secara terpisah, dimintai tanggapannya, Win Noto Gayo mengaimini pernyataan Agus. Noto bersama Sastra Wirawan yang merupakan penggagas Temu Ramah, Pemutaran Film, dan Kuliah Enterpreneurship di Asrama Lut Tawar Jakarta beberapa waktu yang lalu, mengungkapkan, wacana pembentukan organisasi mahasiswa Gayo sudah lama berkembang di kalangan mahasiswa Gayo di Jabodetabek. Namun, karena pelbagai faktor, belum juga terwujud sampai sekarang.

“Kami—mahasiswa Gayo—pun menyadari perlunya wadah ini. Sebab, kami tidak pernah bertemu, saling kenal, dan jarang berkomunikasi satu sama lain, selama ini. Ada, tapi cukup terbatas, satu dua orang dan itu pun sifatnya informal” kata Noto. Mudah-mudahan, wadah tadi dapat segera terbentuk, ujar Noto penuh semangat. Dengan begitu, semua permasalahan dan potensi mahasiswa Gayo Jabodetabek dapat terpetakan dengan baik. Pada akhirnya, dapat diambil langkah-langkah pengembangan yang diperlukan. Lebih-lebih, yang bertalian dengan pengembangan inovasi dan kreativitas tadi, jelas Noto (al-Gayoni)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.