Bila saja pak Walid jadi menyetorkan ONH ke bank. hari-hari ini ia tentu tengah bersama jutaan jamaah menunaikan ibadah haji di Baitullah . Entah apa yang membuat pak Walid membatalkan niat sucinya. Uang yang telah dikumpulkan bertahun tahun dari pekerjaannya sebagai guru madrasah dan menggarap sedikit lahan perkebunan milik saudaranya, raib entah kemana. Hanya dia, istrinya dan Tuhan saja yang tau.
Ketika ada yang bertanya apa yang membuatnya membatalkan niat suci itu, pak Walid hanya tersenyum seraya menceritakan kisah seorang tukang sepatu dari Damsyik bernama Muwafak.
Siapakah Muwafak ?
Pada suatu musim haji. Dalam masjidil haram, seorang bernama Abdullah bin Mubarak tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya Ia melihat dua malaikat turun dari langit dan berdialog.
Malaikat 1 : “Berapa orang yang berhaji tahun ini..?”
Malaikat 2 : ” Enam ratus ribu”
Malaikat 1 : “Berapa yang diterima?”
Malaikat 2 : “Tidak seorangpun, kecuali Muwafak. Dia batal berhaji tapi hajinya diterima”
Abdullah terbangun, ia segera berangkat ke Damsyik mencari dan menemui si tukang sepatu.
” Kebaikan apakah yang telah kau perbuat ?” tanya Abdullah setelah menceritakan mimpinya pada Muwafak.
“Bertahun-tahun aku menabung dari pekerjaanku memperbaiki sepatu demi mewujudkan niatku berhaji. Suatu hari, aku dan istri mencium bau makanan dari rumah tetangga. Istriku yang sedang hamil menginginkan makanan itu. Aku datangi rumah itu dan menyampaikan keinginan istriku mendapatkan makanan tersebut.
“Makanan ini haram untukmu tapi halal untuk kami” jawab si tetangga.
Tetangga itu sangat miskin, hidup bersama beberapa anak yatim asuhannya. Mereka telah tiga hari tidak makan. Saat mencari makanan mereka menemukan bangkai keledai di pinggir jalan lalu memotong sebagiannya untuk dibawa pulang dan memasaknya.
Aku trenyuh, bergegas aku pulang kerumah mengambil uang tabungan yang sedianya untuk berhaji. Kuserahkan kepada si tetangga agar dibelanjakan untuk keperluannya dan anak anak yatim yang dalam pengasuhannya” Jelas Muwafak.
“Kamu boleh batal berhaji, tapi hajimu di terima Allah. Karena perbuatan baikmu, Allah akhirnya menerima juga haji 600 ribu lainnya” terang Abdullah.
” Alhamdulillah, aku berhaji didepan pintu rumahku” kata Muwafak dengan rendah hati.
Begitulah cerita pak Walid kepada setiap yang bertanya kenapa membatalkan keberangkatannya.
Lalu, apakah berarti pak Walid juga memberikan uang tabungannya untuk hal yang sama…? Tampaknya demikian.
Ditengah sulitnya mendapatkan seat. Ditengah kecenderungan sebagian orang yang berlomba lomba untuk “menampakkan” kealiman. Ditengah kebanggaan menyandang gelar haji bagi sebagian kalangan, pak Walid malah ihlas membatalkan niat berhaji. Diluar kemampuan kita memang untuk mengetahui niat seseorang dan itu biarlah yang bersangkutan dan Rabb nya yang tahu. Wallahualam.
*****
Terinspirasi dari tulisan di Republika beberapa tahun yang lalu
Tepi Danau Laut Tawar, 04 Nopember 2011