Oleh : Muhammad Syukri*
Tak terbantahkan, keberadaan media online Lintas Gayo telah menjadi penawar bagi seluruh masyarakat Gayo, baik yang berada di perantauan maupun yang berdomisili di Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara. Media ini telah berhasil menyajikan berita-berita terkini yang sedang terjadi di Dataran Tinggi Gayo meskipun belum mampu mengcover seluruh peristiwa. Paling kurang, kehausan terhadap informasi tentang peristiwa yang sedang dan telah terjadi disekitar kita telah terobati dengan kehadiran media online hasil kerja keras sejumlah anak muda kreatif itu.
Meskipun masih banyak orang yang pesimis terhadap kuantitas minat baca masyarakat di Dataran Tinggi Gayo, toh media online Lintas Gayo telah membuktikan tentang jumlah kunjungan pembaca ke situs itu yang rata-rata diatas 1000 orang perhari. Angka ini sebuah capaian yang fantastis untuk sebuah media online lokal. Apa arti angka tersebut? Penulis melihatnya sebagai indikasi optimistik bagi prospek pengembangan media itu kearah yang lebih luas.
Dalam posisinya sebagai media online yang hanya dapat diakses melalui internet atau handphone, barangkali mereka yang membaca media ini hanya segmen tertentu yang memahami seluk beluk browsing di internet. Bisa dibayangkan, bagi kalangan pengguna internet saja jumlah pengunjung media online Lintas Gayo sudah mencapai ribuan orang, bagaimana pula jika Lintas Gayo terbit dalam edisi cetak. Mungkinkah pembaca untuk edisi cetak akan sebanding dengan edisi online? Semua itu tentu terpulang kepada berita dan tulisan yang disajikan, apakah memenuhi kebutuhan dan harapan pembacanya?
Mungkin masih segar dalam ingatan kita tentang sejumlah media cetak yang terbit di Takengon atau Bener Meriah, rata-rata tidak berumur lama. Dari penuturan beberapa pekerja jurnalistik di media lokal tersebut, gulung tikarnya sejumlah media lokal itu disebabkan oleh persoalan dana dan manajemen. Hasil penjualan dan pemasaran media cetak lokal waktu itu tidak mampu menutupi biaya operasionalnya. Minat baca rendah termasuk rendahnya minat memasang iklan yang merupakan sumber pemasukan utama dan “nyawa” sebuah penerbitan pers.
Berangkat dari pengalaman pahit yang dialami sejumlah media cetak lokal yang telah gulung tikar itu, timbul rasa pesimis untuk menyarankan agar media online Lintas Gayo juga diterbitkan dalam edisi cetak. Khawatir nantinya terbitan Lintas Gayo akan menjadi kertas bungkus atau koran kiloan karena tidak mampu menembus pasar. Namun, melihat kesungguhan wartawan, redaksi Lintas Gayo dan personil lainnya dalam meliput berbagai peristiwa, sangat optimis bisa berkembang. Sebab, media online yang didukung oleh media cetak menjadi salah satu jalan untuk menjadikan Lintas Gayo sebagai bahan bacaan utama warga Tanoh Gayo.
Barangkali untuk mengobati kehausan warga Tanoh Gayo terhadap informasi tertulis (cetak), kenapa tidak Lintas Gayo terbit dalam edisi bulanan terlebih dahulu yang memuat ulasan dan analisis berita yang terjadi selama sebulan yang lalu. Dengan menggunakan metode penulisan komprehensif atau penulisan jurnalistik sastrawi, tentu akan disukai pembaca.
Pelan-pelan, warga akan membutuhkan sumber informasi tercepat dan terakurat, tentu saja akan mampu disediakan oleh edisi cetak Lintas Gayo. Tinggal lagi bagaimana tim Lintas Gayo menyiapkan manajemen, pemasaran, sirkulasi dan dukungan wartawan untuk memulai penerbitan tersebut.
Semoga rekan-rekan pembaca sependapat dengan tulisan ini dan mari kita beri dukungan agar Lintas Gayo dapat terbit dalam edisi cetak. (03)
——
*Pemenang lomba artikel lingkungan dengan tema “Sejahtera tanpa merusak” oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh 2011