Bank Pencurian Dana Nasabah

Sabirin S.IP

ilustrasi/google

Kejahatan perbankan itu beraneka ragam tingkatan kelasnya mulai dari kelas teri sampai kakap. Modusnyapun semakin bervariasi, mulai dari cara sederhana sampai yang rumit dengan melibatkan teknologi canggih. Pelakunya bisa individu perorangan, namun bisa pula operasinya dioperatori oleh suatu bentuk organisasi atau jaringan yang rapi.

Bahkan bisa pula dengan melibatkan karyawan yang berada di internal bank yang bersangkutan, baik itu karyawan tetap maupun karyawan outsourcing. Tingkatan kelas teri, biasanya beroperasi dengan menyasar langsung kepada nasabah banknya, dalam artikata kerugian yang ditimbulkan langsung dirasakan dan ditanggung oleh nasabahnya.

Salah satu contoh yang terjadi baru-baru ini yang di alami oleh ibu saya yang inisial S salah satu nasabah bank BPD Aceh cabang Takengon : pada tanggal 7-12-2011, pukul 11.00 wib. Ibu saya mengambil  uang tunai yang jumlah nya tidak sedikit sesampainya di rumah uang tersebut di hitung kembali ternyata di selah tumpukan uang 100rb terselib 1 lembar uang 5rb yang mengurangi jumlah uang yang di ambil nasabah.  Hal ini dialami oleh ibu saya kemarin. Setelah di konfirmasi kepada pihak BPD cabang Takengon pihak BPD tidak mau tau perihal tersebut dan mereka notabene tidak mau menganti rugi uang yang jumlahnya tidak sesuai transaksi seperti  yang dilaporkan oleh nasabah.

Kasus ini bukan saja di alami oleh ibu saya tapi pernah juga di alami oleh keluarga saya yang inisial R dalam mencairkan uang yang jumlahnya sampai puluhan bahkan ratusan juta di ketemukan terselipnya uang Rp.5 ribu dari susunan uang Rp. 100 ribuan. Fakta ini juga dikuatkan oleh teman saya yang bekerja di bank syariah di Takengon, perihal tersebut sering terjadi namun mungkin nasabah takut untuk melapor atau mungkin sudah di konfirmasi ke bank namun pihak bank tidak menanggapi laporan dari nasabah.

Walaupun disebut jumlah nilai uang itu berkurang sedikit, namun akibat dampaknya tak bisa dianggap ringan saja. Bisa-bisa yang kelas teri (pegawai bank) ini pun mampu menimbulkan dampak yang sistemik. Kita tidak mengetahui apakah ini di lakukan oleh pegawai bank BPD Aceh cabang Takengon atau oleh kelas kakap (pihak bank sendiri). Dan justru kerugian ini akan di alami oleh seluruh nasabah di Takengon khususnya.

Terlepas dari siapa dan mengapa ini di terjadi perlu di lakukan  penelitian dan penelusuran serta perbaikan atas keseluruhan sistem sekuriti di BPD Aceh cabang Takengon, yang harus difokuskan adalah bagaimana keamanan nasabah dapat terjamin. Sehingga kepercayaan masyarakat terhadap bank menjadi baik dengan di evaluasi kembali sistem kinerja pegawai-pegawai di bank BPD Aceh Cabang Takengon.

Sebab, tidaklah selayaknya jika ada pihak perbankan yang seakan cuci tangan dengan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui ada kekurangan di dalam transaksi antara nasabah dan karyawan bank itu sendiri. Mengingat layanan perbankan itu seharusnya tak hanya sebatas bagaimana memberikan kemudahan dan kenyamanan serta imbal balik berupa bunga simpanannya saja. Namun seharusnya juga memberikan jaminan keamanan atas dana simpanannya nasabah dan penarikan dana nasabah. Hal ini perlu di tindak lanjutin oleh pemerintah daerah dan lembaga hukum terkait di daerah, sebab ini sangat merugikan nasabah yang di kemudian hari jika ini terus terjadi maka sangat di sayangkan masyarakat tidak akan mempercayakan lagi dana nya di simpan di bank BPD Aceh cabang Takengon.

Jika pihak perbankkan tak bisa memberikan jaminan keamanan atas keutuhan dana simpanan nasabahnya, maka hilanglah satu satu fungsi penting dari menyimpan dana di bank BPD Aceh Cabang Takengon. Disini penulis akan berteriak kesal dengan lemparan untai kata buat si Bank Pencuri Dana Nasabah (BPD-S).

Si Pencuri Berdasi

Tak tahukah kau pencuri berdasi?
Namamu tercaci termaki mulut kami
saat kau injak saudara senegeri
dan perut buncitmu terisi darah tak terberi

Hei pencuri berdasi!
Sudah kau makan hak kami
tak acuh pada kata busukmu kami
mati hidupmu kami tak peduli

Sadarkah kau pencuri berdasi?!
tak butuh racun maafmu kami
hatimu berduri terlanjur mati
pada hidup ternanti kau tak urusi

Wahai pencuri berdasi…
tak pedulikah kau pada diri?
Saat kau meregang mati
terjawab Tuhan apa katamu nanti?

Wallahualambishshawab

—–

*Penulis adalah Pemerhati Sosial dan politik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.